Best Scandal

By desiariaa

1.8K 233 23

Ada sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tr... More

Scandal - 1
Scandal - 2
Scandal - 3
Scandal - 4
Scandal - 5
Scandal - 6
Scandal - 7
Scandal - 8
Scandal - 9
Scandal - 10
Scandal - 11
Scandal - 12
Scandal - 13
Scandal - 14
Scandal - 15
Scandal - 16
Scandal - 17
Scandal - 18
Scandal - 19
Scandal - 20
Scandal - 21
Scandal - 22
Scandal - 23
Scandal - 24
Scandal - 25
Scandal - 26
Scandal - 27
Scandal - 28
Scandal - 29
Scandal - 30
Scandal - 31
Scandal - 32
Scandal - 33
Scandal - 34
Scandal - 35
Scandal - 36
Scandal - 37
Scandal - 38
Untitled Part 39
Scandal - 40
Scandal - 41
Scandal - 43
Scandal - 44
Scandal - 45
Scandal - 46
Scandal - 47
Scandal - 48
Scandal - 49
Scandal - 50
Scandal - 51
Scandal - 52
Scandal - 53
Scandal - 54
Scandal - 55
Scandal - 56
Scandal - 57
Scandal - 58
Scandal - 59
Scandal - 60
Scandal - 61
Scandal - 62
Scandal - 63
Scandal - 64
Scandal - 65
Scandal - 66
Scandal - 67
Scandal - 68
Scandal - 69
Scandal - 70

Scandal - 42

17 4 0
By desiariaa

Untuk pertama kalinya, Abyasa, Bisma, Denver dan juga Marin berkumpul bersama. Tentu saja itu bukan pertemuan tanpa sengaja, melainkan pertemuan yang sudah diatur oleh Abyasa di sebuah tempat karaoke. Tadinya, pertemuan itu akan dilakukan di rumah Abyasa seperti biasa. Tapi karena ada Marin, terpaksa ia ubah lokasinya. Ia tidak ingin jika Anjani sampai melihat Marin di rumah. Marin adalah kartu yang belum Anjani tau.

"Brengsek! Kenapa lo bawa-bawa Ribi, hah?!" Denver kesal bukan main dengan apa yang baru saja Marin sampaikan. Ya, kedatangan Marin hanya untuk melaporkan bagaimana kondisi internal BEST saat ini setelah ia memfitnah Ribi.

Marin melengos. Sama sekali tidak peduli atau takut dengan amarah Denver. Urusannya di sini hanya dengan Abyasa. Bukan Denver apalagi Bisma.

"Ver, dengerin gue." Abyasa merangkul Denver, lalu memaksanya duduk dengan pelan.

Denver yang masih marah, terus menatap ke arah Marin yang sejak tiba hanya berdiri di belakang pintu. Memang mereka bertemu di tempat karaoke, tetapi tak satu pun dari mereka yang bernyanyi, meski suara musik diperdengarkan.

"Bukannya lo pengen pacarin Ribi?" tanya Abyasa.

Mata Denver segera beralih ke Bisma. Seingat Denver, ia tidak pernah mengatakan hal semacam itu di depan Abyasa. Satu-satunya yang Denver katakan hanya mengecam Abyasa untuk tidak mencoba menyentuh Ribi.

Ditatap seperti itu oleh Denver, Bisma segera mengambil mic kemudian menyanyikan lirik lagu yang sedang disetel dengan suara parau.

Satu ujung bibir Abyasa terangkat, "Ini saatnya lo ambil Ribi."

Mata Denver kembali beralih. Kini ke arah Abyasa.

"It's okay. Gue masih tetep dukung lo kok. Walaupun lo udah ngehianatin geng motor lo dan yeah, ngerugiin gue. Tapi dikit." Abyasa mulai mengurai rangkulan di bahu Denver.

Entah kenapa, meski Abyasa berkata demikian, Denver merasa sebaliknya.

"Gue rasa udah saatnya lo buat hapus video itu." suara Marin menginterupsi pembicaraan Abyasa dan Denver. Bisma yang tadi bernyanyi tidak jelas, sekarang juga berhenti.

"Hm?" Abyasa menggumam.

"Gue udah ngelakuin banyak hal buat lo. Elang juga udah pernah sekali. Udah cukup kan?"

Kemudian Abyasa pun terbahak. "Lo bahkan belum berbuat apa-apa, Rin." Katanya di sela tawanya.

"Hah? Jangan becanda! Gue udah bikin Ribi sama Topan berantem sekali, gue udah ngasih tau lo soal keberadaan Anjani, terakhir gue udah bikin anak-anak mulai curiga sama Ribi. Masih kurang apalagi?" mendadak Marin jadi kesal dan hilang kesabaran.

"Cuma itu kan?"

"Maksud lo?" Marin benar-benar tidak mengerti.

Abyasa menyeringai, "Kalo lo mau gue bener-bener hapus video bokep lo, lo harus bekerja lebih giat lagi."

**

Setelah melalui serangkaian proses investigasi, akhirnya ditetapkan bahwa apa yang menimpa Seven merupakan sebuah kasus penganiayaan yang melibatkan sebuah geng motor dengan motif cinta setiga. Tak hanya penetapan kasus, beberapa nama juga sudah ditetapkan sebagai tersangka dan siap untuk diproses secara hukum. Nama-nama tersebut antara lain Eksa sebagai eksekutor utama, Resa sebagai eksekutor kedua, Heri sebagai eksekutor ketiga, Beni sebagai eksekutor keempat dan Nino sebagai eksekutor kelima. Kelima orang itu merupakan ketua dan anggota geng motor yang ikut memukuli Seven hingga koma. Sedangkan anggota lain yang ada di TKP, hanya diperiksa sebagai saksi. Ditangkapnya Eksa, sekaligus menjadi akhir bagi geng motor yang sudah ia pimpin selama 3 tahun.

Selain para anggota geng motor, ada lagi nama-nama yang turut diperiksa selama proses investigasi. Yaitu kakak beradik Abyasa dan Anjani, serta Denver. Denver sebagai orang yang memanggil ambulance yang ia sendiri memang salah satu anggota geng motor. Anjani jelas, saksi kunci. Sedangkan Abyasa?

Tentu saja Eksa tidak mau ditangkap sendiri bersama keempat rekannya. Ini semua terjadi juga atas ide Abyasa. Awalnya, Abyasa meminta Denver itu mengenalkannya dengan Eksa setelah tau kalau adiknya pernah berpacaran dengan Eksa. Dari perkenalan itu, Abyasa mulai melakukan pendekatan dan memanfaatkan sifat Eksa yang mudah terprovokasi dan terhasut.

Akhirnya Abyasa menyusun sebuah ide agar Eksa bisa melampiaskan amarahnya pada Seven yang saat ini menyandang sebagai pacar Anjani. Ide itu pun berhasil dan berjalan sesuai rencana.

Sayangnya, keinginan Eksa untuk menyeret Abyasa tidak berhasil karena saksi kunci yaitu Anjani memberikan pengakuan yang amat berbeda dari kenyataannya. Dalam pengakuannya di depan polisi, Anjani tidak menyebut nama Abyasa sama sekali. Bahkan Anjani berani menjamin jika kakaknya tidak tau menau dan tidak terlibat dalam kasus itu.

Alhasil, nama Abyasa bersih. Sedangkan Eksa dan keempat rekannya terpaksa jatuh ke dalam lubang hitam dengan perasaan marah dan dendam bukan main karena merasa dikhianati.

Lalu kenapa Anjani bisa bersaksi demikian? Pastinya ingat kan dengan ancaman Abyasa saat itu? Ya, Anjani terpaksa berbohong di depan polisi demi keselamatan Seven. Selain itu, dalam hati kecilnya, Anjani masih berharap jika kakaknya bisa segera berubah dan bertobat dari jalannya suatu saat nanti.

"Gila! Padahal udah jelas kalo dalang di balik semuanya itu Abyasa! Bisa-bisanya dia malah masih bisa keluyuran bebas?!" biasanya Topan yang akan berapi-api, namun kali ini karena Topan masih satu hari lagi menikmati masa skorsing-nya, entah kenapa jiwanya seperti berpindah pada Sakaris.

Marin tersenyum sinis, sedikit. Ia sudah tau kalau hal ini pasti akan terjadi. Meski belum lama, ia sudah cukup tau tentang Abyasa yang cerdik.

"Kenapa juga sih, Anjani pake ngasih keterangan palsu segala? Nggak tau diri emang! Padahal udah jelas-jelas Kak Seven mempertaruhkan nyawa buat dia!" Ikky ikut marah dan kesal. Tapi kesalnya lebih ke Anjani yang berbohong.

"Ky, kamu harus memahami posisi dia. Dia pasti dalam posisi nggak diuntungkan." Sana mengingatkan.

"Tapi, Kak, tetep aja. Harusnya tuh dia tau, siapa yang seharusnya dia bela!"

"Kak Sana bener. Anjani pasti nggak sesengaja itu bohong demi ngelindungi kakaknya." Gangga sependapat dengan Sana.

Seven yang kondisinya makin lebih baik dari hari-hari sebelumnya, kini menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Pastinya ini bukan hal yang mudah baginya. Setelah melalui peristiwa mengerikan, ia malah dihadapkan dalam keadaan yang tidak adil untuknya.

Belum lagi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anggota-anggotanya selama ia tidak ada. Seven pun mengedarkan mata, menatap satu persatu anggotanya. Hingga akhirnya ia menyadari kalau ada dua anggotanya yang terlihat berbeda dari yang sebelumnya ia selalu lihat.

Kedua orang itu sejak tadi diam. Tak bersuara sama sekali. Ribi dan Kiel. Sementara kalau River sih, memang 11-12 dengan Gangga, jarang bicara atau bicara seperlunya.

"Kalian berdua kenapa? Ada masalah? Ribi? Kiel?" suara Seven membuat perhatian anggota lain jadi tertuju pada kedua orang yang namanya Seven sebut tadi.

Kiel segera menggeleng, "Nggak ada." Katanya seperti itu. Nyatanya Kiel memang sedang ada masalah. Masalah dengan otaknya sendiri yang tidak berhenti overthinking tentang hubungannya dan Cassie.

Sejak hari mereka bersama-sama mengunjungi rumah Cassie setelah Cassie menelepon Gangga tentang Anjani yang dibawa pulang, Kiel tidak berhenti overthinking. Belum lagi, Cassie sering kedapatan sibuk dengan ponsel saat sedang diantar atau dijemput olehnya. Masih kurang? Hampir setiap malam, Cassie selalu online di whatsapp. Tapi chat dari Kiel selalu lama dibaca apalagi dibalas. See? Bagaimana Kiel tidak overthinking?

"Kalo Ribi?" perhatian Seven berganti ke Ribi.

"Gu—"

"Kak Seven nggak liat grup?" Marin langsung menyela.

Mata Ribi seketika meliriknya. Marin yang tau, malah sengaja tersenyum sinis.

"HP Kak Seven kan ilang." Ujar Ikky.

Marin segera mengangguk-angguk. "Oh iya. Gue lupa."

"Ada apa di grup?" Seven bertanya karena ia memang tidak tau menau tentang apa-apa di grup chat maupun dunia maya lainnya sejak ia bangun dari koma.

"Mau gue yang ngomong atau ngomong sendiri?" Marin bertanya pada Ribi.

"Nggak ada apa-apa." River menyahut cepat.

Marin, Ikky, Sakaris, Sana, Gangga, Kiel, Seven dan Ribi sontak menoleh padanya.

"Nggak ada apa-apa kata lo?" tanya Marin menegaskan.

"Cuma salah paham." Lanjut River.

Ribi berjalan maju ke arah Seven. Lalu tanpa ragu, ia tunjukkan fotonya dan Denver yang Marin share di grup tepat di depan Seven. "Ini gue sama Denver, Bang. Denver yang kongkalikong sama Abyasa dan Bisma."

Kedua alis Seven mengerut. Meski tidak terlalu ingat, ia merasa seperti pernah bertemu dengan Denver. Tetapi... ia lupa!

"Gara-gara foto ini, mereka semua ngira kalo gue sekongkol sama Denver. Yeah, sama Abyasa juga. Menurut lo, apa iya gue gitu, Bang?" tanpa ragu, Ribi langsung mengatakannya di depan leader.

Seven diam sambil mengamati foto itu dan wajah Ribi secara bergantian. Namun rupanya bukan hanya wajah Ribi yang ia amati. Ia amati juga wajah River yang tertuju padanya.

"Gini cara lo nyari pembelaan ketua BEST?" sindir Marin.

Ribi meliriknya, "Kenapa emangnya?"

"Cih, menyedihkan."

Seven kembali menyerahkan ponsel Ribi pada Ribi. "Gue lebih percaya gosip kalo Ribi pernah ngompol daripada gosip kayak gini."

Semua yang mendengar ucapan Seven, tentu terkejut.

"Bang?" Kedua mata Ribi seketika melebar.

Seven pun tersenyum sembari menepuk-nepuk kepala Ribi. "Kalian jangan berasumsi yang nggak-nggak. Saat ini, kondisi kita udah cukup terpuruk. Yang kita butuhin itu kerja sama dan rasa saling percaya."

Nafas Ribi tertahan. Ia lega selega-leganya. Sekaligus terharu dengan kepercayaan yang Seven beri kepadanya. Tidak salah memang BEST punya leader.

Sana langsung menghampiri dan memeluk Ribi. Ia turut lega, "Maaf ya, Bi, kami sempat curiga sama kamu."

Ribi mendengus. Tapi sedetik kemudian, ia pun tersenyum dan balas memeluk Sana dengan erat. "Lain kali nggak gue maafin, Kak!"

"Gue rasa gue nggak perlu ikutan minta maaf. Dari awal gue nggak pernah ikutan nuduh lo kayak mereka kan?" kata Gangga.

Ribi pun melepas pelukan Sana dan mencibir Gangga.

"Bi, maaf ya? Waktu itu gue nggak bisa... yaah, lo tau, gue nggak bi—"

"Iya, iya, Bang! Gue tau lo pusing kan, gantiin posisi Bang Seven?" potong Ribi sambil menepuk-nepuk lengan Sakaris.

Sakaris hanya cengengesan malu.

"Oi, piyik! Lo nggak ngerasa salah sama gue nih?" panggilan Ribi selanjutnya kepada Ikky yang hanya diam menunduk.

"Anu. Gue, gue... Gue min—YAAAH?!" Ikky tidak sempat meminta maaf, karena Ribi sudah terlanjur memiting lehernya gemas. Untuk pertama kalinya, Ikky membiarkan kakak kelasnya itu melakukan hal itu padanya.

"Cih, sulit dipercaya. Segampang itu kalian terpengaruh." Sinis Marin kepada orang-orang yang meminta maaf kepada Ribi.

"Bukannya lo yang harusnya minta maaf pertama kali sama dia?" Ujar River yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya.

"Gue nggak merasa bersalah dan gue emang nggak salah." Tegas Marin.

"Bi, lo beneran pernah ngompol?" akhirnya Kiel bersuara. Membuat euforia sekejap yang terjadi setelah Ribi bebas dari tuduhan seketika lenyap.

"Eh?" Ribi melongo.

"Eh, iya. Tadi Kak Seven bilang gosip lo pernah ngompol, Kak?" imbuh Ikky.

"Bi, udah gede masih ngompol lo? Malu sama ponakan gue!" ledek Sakaris.

"Nggak! Gue nggak ngompol, sumpah!"

"Mana mungkin ngaku?" ujar Gangga lempeng.

Sana hanya terkekeh geli.

"Bang Tujuh, tolong klarifikasi! Gue nggak pernah ngompooool!" seru Ribi.

Bukannya memberi klarifikasi seperti yang Ribi minta, Seven malah tersenyum. Hal itu membuat Sakaris dan Ikky makin bahagia meledeknya.

Di tengah kebahagiaan itu, River hanya duduk diam di sebelah Marin yang hanya bisa menahan kesal. River diam bukan sekedar diam. Ia diam karena sedang mengamati semua rekan-rekan BEST yang ada di ruangan ini.

Dari orang-orang ini, siapa impostor yang sebenarnya?

**

Dua hari yang lalu.

Setelah River memeluk dan berhasil menenangkan Ribi, River berhasil membujuknya untuk diantar pulang. Siapa sangka, di perjalanan pulang, Ribi malah minta mampir sebentar ke minimarket untuk membeli minuman. Setelah minuman ia—dan River—beli, ia meminta River untuk tidak buru-buru meninggalkan parkiran minimarket tersebut. Ribi bilang ada yang ingin ia katakan pada cowok itu.

"Soal foto gue sama Denver yang di grup... Lo nggak mau tanya ke gue?"

"Apa lo mau jawab kalo gue tanya?" River balas bertanya.

Bibir Ribi sedikit maju. Jujur ia cukup gemas dan kesal dengan sikap River yang tidak ada inisiatifnya ini. "Gue marahin dia gara-gara dia udah sekongkol sama Abyasa." Akhirnya Ribi mulai bercerita.

"Terus?"

"Dia malah nyuruh gue keluar dari BEST."

River yang siap menenggak cola, jadi batal. Ia pun segera menoleh pada Ribi.

"Dia bilang, alesan dia gabung sama Abyasa demi ngelindungin gue biar nggak ikutan hancur kalo-kalo Abyasa berhasil ngehancurin BEST." Lanjut Ribi lebih jelas dan rinci.

"Lo mau?" tanya River langsung.

Ribi menggeleng.

"Kenapa? Itu penawaran yang nguntungin lo."

Ribi menatap River dengan tatapan kesal. Bagaimana tidak, pilihan Ribi untuk tetap bertahan di BEST malah dipertanyakan oleh River. "BEST tumbuh bareng-bareng. Jadi kalo kita runtuh, runtuhnya juga harus bareng-bareng."

River tersenyum kecil. Lalu kembali menatap ke arah depan sembari melanjutkan meneguk cola di tangannya.

"Satu lagi yang Denver sampein." Kata Ribi lagi.

"Hm?"

"Ada penghianat di dalam BEST."

Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 376K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
6.1M 263K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.7M 198K 74
"Ketika orang yang paling dibenci, berubah menjadi orang yang paling disayang." Dia yang tidak kamu sukai. Dia yang masuk ke dalam daftar orang-orang...
2.4M 142K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...