Best Scandal

By desiariaa

1.8K 233 23

Ada sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tr... More

Scandal - 1
Scandal - 2
Scandal - 3
Scandal - 4
Scandal - 5
Scandal - 6
Scandal - 7
Scandal - 8
Scandal - 9
Scandal - 10
Scandal - 11
Scandal - 12
Scandal - 13
Scandal - 14
Scandal - 15
Scandal - 16
Scandal - 17
Scandal - 18
Scandal - 19
Scandal - 20
Scandal - 21
Scandal - 22
Scandal - 23
Scandal - 24
Scandal - 25
Scandal - 26
Scandal - 27
Scandal - 28
Scandal - 29
Scandal - 30
Scandal - 31
Scandal - 32
Scandal - 33
Scandal - 34
Scandal - 35
Scandal - 36
Scandal - 37
Scandal - 38
Scandal - 40
Scandal - 41
Scandal - 42
Scandal - 43
Scandal - 44
Scandal - 45
Scandal - 46
Scandal - 47
Scandal - 48
Scandal - 49
Scandal - 50
Scandal - 51
Scandal - 52
Scandal - 53
Scandal - 54
Scandal - 55
Scandal - 56
Scandal - 57
Scandal - 58
Scandal - 59
Scandal - 60
Scandal - 61
Scandal - 62
Scandal - 63
Scandal - 64
Scandal - 65
Scandal - 66
Scandal - 67
Scandal - 68
Scandal - 69
Scandal - 70

Untitled Part 39

19 3 0
By desiariaa

Diputuskanlah sebuah keputusan berdasarkan kesepakatan bersama, bahwa BEST tidak akan mengerahkan seluruh anggotanya untuk ikut dalam proses pencarian Raihan bersama gabungan tim SAR dan pendaki setempat. Sakaris, Topan, Gangga, River dan Kiel. Sakaris sengaja tidak memberangkatkan Ikky karena menurut Sakaris, kondisi fisik Ikky kurang oke untuk mendaki gunung.

Hal itu tentu saja membuat Kiel iri. Padahal jelas-jelas Kiel yang ingin tetap di sekolah. Eh, malah Ikky yang dapat hoki!

Karena jumlah anggota BEST yang bergabung hanya 5 orang dan diduga masih kurang tenaga, pihak sekolah pun meminta bantuan lagi kepada para siswa yang berkenan untuk menjadi volunteer untuk membantu mencari Raihan. Makin banyak yang membantu, maka peluang Raihan untuk lebih cepat ditemukan makin besar. Keluarlah sederet nama-nama yang di antaranya ada nama Abyasa.

"Gue harap kehadiran gue bisa sedikit berguna." Begitu kata Abyasa saat bertemu dengan anggota BEST sebelum menaiki bus.

"Jangan menghambat!" seru Topan.

Abyasa hanya tersenyum. Senyum penuh arti.

"Thanks, Sa." Sementara ini ucapan tulus dari Sakaris.

Sebelum benar-benar berangkat, lebih dulu mereka melalukan brief secara singkat untuk memberi informasi terbaru, termasuk kondisi tracking dan lain sebagainya. Tak lupa, mereka juga menghimbau semuanya untuk berdoa lebih dulu sebelum berangkat agar diberi kelancaran dan kemudahan. Setelah rangkaian itu selesai, baru mereka diperkenankan menaiki bus yang disediakan oleh sekolah.

Bagi Sakaris dan River, ini akan menjadi pengalaman kedua mereka menaiki gunung. Sedangkan untuk Topan, ini akan jadi pengalamannya yang ke-8. Hampir semua gunung yang ada di tanah Jawa, sudah pernah ia daki. Namun bagi Kiel dan Gangga, menaiki gunung apalagi dalam proses pencarian orang hilang adalah pengalaman pertama. Kedua orang ini memang bukan tipikal orang yang suka berada di alam.

My Love: Hati2.

Hanya dengan membaca pesan singkat dari Cassie, Kiel jadi bersemangat untuk berangkat ke Bogor, ke gunung Pangrango. Segera Kiel ketik pesan balasan untuk sang kekasih yang isinya:

I'll be there soon! Jangan nakal ya! Jangan kangen sama aku. Berat. Kamu bukan Dilan, kamu nggak akan kuat. Love you :*

Hanya dibaca dan tidak dibalas. Kiel pun meringis. Hal ini sudah sering terjadi. Tapi bodo amat! Selama itu menyenangkan, Kiel akan tetap melakukannya. Setelahnya, ia pun memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket dan menghampiri Gangga.

"Hati-hati Kak Gangga, jangan sampe terluka ya. Aku tunggu kamu kembali pulang."

Sontak Gangga menoleh ke arah Kiel yang berdiri di sampingnya, yang baru saja membaca sebuah chat yang dikirim dari sebuah kontak bernama She's Virgo.

"Lo ada cewek, Ga?" tanya Kiel tengil dengan wajah sedikit kaget.

Andai saja Kiel tau kalau She's Virgo adalah nama kontak Cassie di ponsel Gangga.

"Siapa cewek lo?" tanya Kiel lagi, padahal satu pertanyaannya saja belum ia jawab.

"Lo bakal nyesel kalo udah tau." Jawab Gangga memasukkan ponsel ke dalam saku celana, kemudian berjalan lebih dulu mendului Kiel menaiki bus yang sudah disediakan sekolah untuk perjalanan menuju Bogor.

"Jiaaah, sok misterius lo! Siapa woy? Namanya Virgo? Atau zodiaknya virgo?" tanya Kiel lagi-lagi penasaran sambil mengekori Gangga menaiki bus.

🎡🎡

"Non, ini makan malamnya Bibi taroh di meja ya?" Bi Tati, ART di rumah Anjani memasuki kamar Anjani sembari membawa nampan berisi makan malam lengkap dengan susu dan buah sebagai pencuci mulut.

Anjani yang duduk sambil memeluk kedua lutut yang ia tekuk, hanya memperhatikan perempuan paruh baya itu meletakkan nampan makanan itu ke meja belajarnya.

Sejak peristiwa Seven dihabisi oleh Eksa, Anjani dibawa pulang oleh Abyasa secara paksa dan masih oleh Abyasa, Anjani dikurung di dalam kamarnya. Semua barang-barang elektronik yang ada di kamar Anjani juga Abyasa sita. Di antaranya ada tablet, laptop dan juga handphone.

Bukan tanpa alasan Abyasa melakukan itu. Abyasa melakukan itu karena Anjani benar-benar menggila sehingga Abyasa harus 'menjinakkannya'. Caranya ya dengan seperti ini. Mengurung Anjani seperti binatang ternak di dalam kamarnya sendiri. Pintu kamar hanya akan terbuka ketika Bi Tati memberikannya makan sebanyak tiga kali sehari.

Karena tak ada akses sama sekali, alhasil Anjani tidak tau sama sekali tentang keadaan Seven. Apakah Seven selamat, atau justru hal paling buruk terjadi padanya? Sungguh, memikirkannya saja membuat Anjani seperti orang frustasi. Makanya tidak heran, jika makanan yang Bi Tati bawa seringkali masih utuh atau hanya berkurang sedikit.

"Bi,"

"I-iya, Non?" Bi Tati cukup terkejut karena setelah hari Minggu sejak Anjani dikurung sampai dengan hari Jumat ini, sekali pun Anjani tidak pernah mengeluarkan suara.

"Apa Kak Yasa udah pulang?" suara Anjani terdengar serak. Kedua matanya juga tampak lelah.

Dengan ragu, Bi Tati menjawab, "B-belum, Non."

Anjani diam. Tampak sedang memikirkan sesuatu. Meskipun selama hampir seminggu ia dikurung di dalam kamar dan tak diijinkan keluar sama sekali, bukan berarti Anjani tidak tau kondisi rumahnya sama sekali. Tak sengaja, hari Rabu kemarin ia mendengar percakapan antara Abyasa dan Bi Tati di depan kamarnya. Isi percakapan itu adalah Abyasa yang akan pergi dari hari Rabu sampai beberapa hari ke depan untuk mencari anak pecinta alam yang hilang di gunung Pangrango. Untuk itu, Abyasa berpesan pada Bi Tati untuk lebih ekstra dalam menjaga Anjani selama ia tidak ada. Jangan sampai Anjani keluar apalagi kabur dari kamar.

"Bi, di kamar mandi aku kayaknya ada kecoa. Bisa minta tolong dibuangin?" pinta Anjani.

"Eh? Kecoa, Non? Masa sih, Non?" Bi Tati tentu tidak percaya. Karena ia yakin, ia adalah orang yang teliti dalam melakukan pekerjaan membersihkan seluruh area rumah.

"Kalo Bi Tati nggak percaya, Bi Tati cek aja di kamar mandi aku." Anjani turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Ia bukakan pintu kamar mandinya itu.

Tanpa rasa curiga sama sekali, Bi Tati mendekat. "Mana, Non?"

"Di sana, Bi." Anjani menunjuk sudut bath up kamar mandinya.

Masih tanpa curiga, Bi Tati mulai memasuki kamar mandi tersebut untuk memastikan keberadaan kecoa. "Di sini, Non?" tanyanya tanpa menghadap ke arah belakang.

"Iya, Bi. Di situ." Kata Anjani yang kemudian dengan cepat berlari keluar kamar selagi Bi Tati sibuk mencari kecoa yang padahal tidak ada. Kapan lagi ia bisa kabur semudah ini kalau ada Abyasa di rumah?

"Mana, Non? Bibi nggak nemu." Bi Tati bertanya-tanya dengan heran. Sudah ia cari tak hanya di sudut itu, tapi tetap tak ia temukan satu pun kecoa.

Hening. Tidak ada jawaban.

"Non, kecoanya di mana?" Bi Tati pun menoleh. Namun tak ada siapa-siapa di belakangnya. Anjani tak ada! Anjani telah kabur! Detik itu juga wajah Bi Tati langsung panik.

🎡🎡

Tanpa uang sepeser pun, tanpa mengganti baju dan tanpa ponsel, Anjani berlari-lari dengan cepat menyusuri jalanan area perumahannya. Ia takut akan bisa terkejar oleh Bi Tati, meskipun Bi Tati sudah tidak bisa lari berlari.

Keluar dari komplek perumahannya dengan nafas terengah, ia berhenti sejenak. Terlalu fokus melarikan diri tanpa bekal apa pun, membuatnya baru menyadari sebuah masalah. Kemana ia akan pergi? Anjani sadar, dirinya tidak seperti teman-temannya yang lain, yang punya banyak teman. Satu teman saja Anjani tidak punya!

Tunggu! Benarkah Anjani sama sekali tidak punya teman? Anjani mendadak ragu. Ia rasa ia masih punya satu. Atau kalau pun terlalu pede disebut teman, Anjani merasa orang itu adalah orang yang tepat untuk ia mintai pertolongan saat ini. Yaitu Cassie!

Tapi masalah selanjutnya pun muncul. Bagaimana bisa ia mencapai rumah Cassie kalau ia saja tidak tau alamatnya? Kalau saja saat ini Anjani memegang ponsel, pastinya itu bukan suatu masalah. Seolah masih kurang, timbul satu masalah lagi ketika tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di depannya.

Sontak Anjani mundur. Nafasnya mendadak tertahan. Meskipun ia sendiri tidak tau siapa orang yang ada di balik setir mobil itu, tapi ia merasakan hal buruk akan terjadi padanya. Sebelum orang itu keluar dari mobil, Anjani pun segera berlari secepatnya.

Sayang seribu sayang, langkah Anjani masih tidak ada apa-apanya dibanding orang itu. Dalam sekejap, orang itu mampu menggapai pergelangan tangan Anjani.

Hal itu membuat Anjani panik dan sontak memberontak seperti orang gila. Tentu saja, perilakunya membuat orang-orang di sekitar menoleh dan memperhatikan dirinya—serta orang itu.

Nah, giliran si orang itu yang panik karena beberapa orang kini mulai mendekatinya. Orang itu takut orang-orang lain berpikiran macam-macam. Karena itu, dengan terpaksa, orang itu menarik paksa tangan Anjani dan memasukkannya ke dalam mobil. Mobil pun melesat.

Di dalam mobil, Anjani kembali memberontak. Sampai ia merebut setir orang itu dan membahayakan siapa pun yang ada di dalam mobil itu. Karena Anjani yang makin tidak terkendali, orang itu pun terpaksa menepikan dan menghentikan mobilnya.

"WOI, APA-APAAN LO BARUSAN HAH?!" seru orang itu, Denver kesal sekaligus emosi.

"KELUARIN GUE! KELUARIN GUE DARI MOBIL SEKARANG JUGA!" gadis itu berteriak histeris.

"IYA, NTAR GUE JUGA KELUAR—"

"SEKARANG JUGA KELUARIN GUE!" jeritan Anjani kian jadi sampai-sampai telinga Denver sakit.

Dengan terpaksa, Denver menaikkan lagi nada bicaranya agar Anjani bisa mengerti ucapannya, "KALO GUE TURUNIN SEKARANG TERUS LO KETEMU SAMA ANTEKNYA EKSA, LO MAU DICULIK DAN DIJADIIN SANDERA LAGI, HAH?!"

Seketika Anjani terdiam.

Denver pun segera menghembuskan nafasnya lega. "Tadi gue sempet liat beberapa mereka lagi di jalanan." Suaranya sudah stabil, sudah tidak setinggi tadi.

Anjani sontak menutup mulut. Pikirannya kacau. Apakah tindakannya untuk kabur adalah pilihan yang tepat? Sebab ya, keluar dari kandang Abyasa, justru sekarang ia malah berada bersama Denver.

"Lo kabur dari rumah?" tanya Denver setelah beberapa saat memperhatikan penampilan cewek itu yang awut-awutan.

Anjani tidak menjawab. Masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Udah tau mau kabur kemana?" tanya Denver lagi. Walau Anjani bungkam, ia tau kalau Anjani memang telah kabur dari rumah. Memang Denver tidak tau apa yang terjadi pada Anjani setelah peristiwa yang menimpa Seven terjadi. Sebab ia tidak bertemu dengan Abyasa hingga hari ini.

Dengan gerakan pelan, Anjani menggeleng.

Sontak Denver berdecak. "Bego! Kalo mau kabur, mikir dong! Kabur dari kakak lo sendiri, ketemu sama Eksa apa namanya kalo bukan buah simalakama?"

"Cassie." Anjani menyebut satu nama itu.

🎡🎡

Cassie langsung memberikan selimut tebal dan susu coklat hangat setelah Anjani masuk ke kamarnya. Sangat tidak terduga, malam hari ia kedatangan Anjani dengan diantar oleh Denver dan dalam keadaan yang menurut Cassie berantakan. Rambut awut-awutan, tanpa alas kaki, baju tidur yang lusuh serta wajahnya yang sayu.

"Makasih." Ucap Anjani sembari menyesap coklat hangatnya.

Cassie mengangguk. Sebenarnya Cassie sudah sangat penasaran, ada apa sebenarnya, apa yang sebenarnya terjadi pada Anjani. Namun niat itu ia urungkan. Mengingat sepertinya Anjani masih dalam keadaan belum siap mental untuk menceritakan semuanya.

"Malam ini, gue boleh nginep di sini?" pinta Anjani.

"Boleh. Nggak cuma malem ini, malem-malem selanjutnya juga boleh." Cassie menyahut cepat.

Anjani pun tersenyum melihat kebaikan Cassie.

"Kalo lo capek, lo bisa istirahat sekarang, Jan."

Senyum Anjani berubah menjadi senyum kecut. "Bisa-bisanya lo langsung nyuruh gue istirahat. Bukannya tanya apa yang udah terjadi sama gue."

"Eh?" Cassie jadi salah tingkah. Terakhir ia berbicara dengan Anjani di perpustakaan, Cassie yang terlalu terbawa suasana sampai melewati batas dan membuat Anjani tampak kesal. Makanya kali ini Cassie mencoba untuk lebih bisa menahan diri.

"Waktu itu di perpustakaan, maaf ya, kalo gue udah bersikap kurang ngenakin ke lo." Seperti tau apa yang ada di otak Cassie, Anjani meminta maaf secara tulus.

Cassie segera menggeleng, "Gue aja yang waktu itu terlalu kebawa suasana, Jan. Jadi harusnya gue yang minta maaf."

Anjani kembali tersenyum tulus. Senang sekali ia mengenal Cassie yang baik hati. Tidak heran jika Kiel mengincarnya. Sebab selain cantik, Cassie memang baik.

"Jadi... gue boleh tanya, lo sebenernya kenapa?" Cassie bertanya dengan hati-hati.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 138 23
SEMOGA SUKA YA 😊 - ROMANCE - COMEDY - HORROR - DRAMA - ACTION YANG GA MAU DISPOILER BISA SKIP SINOPSISNYA HOPE Y'ALL ENJOY 💞 + UPLOAD 1 BULAN 20 FI...
Double Ar By Fin R

Teen Fiction

20.1K 1.8K 55
🤍Follow dulu ya, sebelum baca🤍 ____________________________________________ Pernah denger, katanya kita sudah pernah bertemu dengan jodoh kita saat...
507K 40.8K 56
UPDATE NYA SETIAP HARI Follow dulu sebelum baca Comment dan vote nya biar aku makin semangat boleh loh hehe ***** Bagaimana rasanya kalau tiba-tiba s...
849K 57.2K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...