Best Scandal

By desiariaa

1.8K 233 23

Ada sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tr... More

Scandal - 1
Scandal - 2
Scandal - 3
Scandal - 4
Scandal - 5
Scandal - 6
Scandal - 7
Scandal - 8
Scandal - 9
Scandal - 10
Scandal - 11
Scandal - 12
Scandal - 13
Scandal - 14
Scandal - 15
Scandal - 16
Scandal - 17
Scandal - 18
Scandal - 19
Scandal - 20
Scandal - 21
Scandal - 22
Scandal - 23
Scandal - 24
Scandal - 25
Scandal - 26
Scandal - 27
Scandal - 28
Scandal - 29
Scandal - 30
Scandal - 31
Scandal - 32
Scandal - 33
Scandal - 34
Scandal - 35
Scandal - 36
Scandal - 38
Untitled Part 39
Scandal - 40
Scandal - 41
Scandal - 42
Scandal - 43
Scandal - 44
Scandal - 45
Scandal - 46
Scandal - 47
Scandal - 48
Scandal - 49
Scandal - 50
Scandal - 51
Scandal - 52
Scandal - 53
Scandal - 54
Scandal - 55
Scandal - 56
Scandal - 57
Scandal - 58
Scandal - 59
Scandal - 60
Scandal - 61
Scandal - 62
Scandal - 63
Scandal - 64
Scandal - 65
Scandal - 66
Scandal - 67
Scandal - 68
Scandal - 69
Scandal - 70

Scandal - 37

20 4 0
By desiariaa

Darah itu bercucuran. Memberi noda merah pada kemeja yang ia kenakan. Serta lantai yang ia pijak. Matanya berkunang, kepalanya berat bukan main. Telinganya berdengung. Hanya butuh hitungan detik sampai ia akan benar-benar runtuh sepenuhnya.

"Berhenti! Tolong berhenti!" Anjani menjerit, memohon dengan penuh putus asa dengan rasa sedih dan rasa sakit yang luar biasa. Menyaksikan Seven sedang disiksa secara sadis di hadapannya!

Eksa tidak berhenti. Ia terus memukuli Seven yang sudah tidak berdaya. Di hadapan Anjani, serta di hadapan anak-anak buahnya yang tertawa puas melihat aksi kejinya.

Sementara Abyasa, sebelum Seven datang sudah bersembunyi di tempat yang aman dan nyaman. Sambil menikmati pemandagan Seven disiksa, ia menikmati buah strawberry. Puas dan bahagia sekali rasanya hari ini bisa melihat murid nomor 1 di SMA Tribe sekarang dalam kondisi seperti itu.

Entah untuk keberapa kalinya, Eksa menendang dada Seven. Kali ini Seven dibiarkan roboh di atas lantai. Tidak seperti tadi, di mana Eksa menahan Seven dengan cara menjambak rambutnya.

"Kak Seveeeeen!!" suara Anjani sampai nyaris hilang. Tangisnya histeris bukan main. Ia makin menggila, meronta dan memberontak dalam kondisinya yang terikat. Sampai-sampai tindakannya membuat tubuh sekaligus kursinya terjatuh sekitar 2 meter di depan Seven yang sudah terkapar, terdiam dan tidak bergerak sama sekali.

Dengan kemampuan penglihatannya yang makin buram dan seluruh badan yang kaku, Seven sedikit masih bisa melihat wajah Anjani yang menangisinya dan meneriakinya. Mulutnya yang kaku ingin ia gerakkan, namun yeah, mana mungkin bisa. Sampai kemudian untuk terakhir kali, ia merasakan hantaman hebat di kepalanya.

Dan semuanya menggelap dalam sekejap.

🎡🎡

Akhirnya setelah menjadi partner Bisma mengikuti Gangga dan Cassie, Denver bebas. Kalau tidak terpaksa banget, ia tidak akan mau melakukan kegiatan memata-matai orang pacaran seperti ini. Sebelum benar-benar pulang, lebih dulu ia mampir ke minimarket untuk membeli minuman dingin.

Sambil menyesap minuman dingin itu, ia merogoh ponsel di dalam saku celananya. Tadi ia sempat mendapat pesan dari salah seorang teman geng motornya kalau saat itu sedang ada pertunjukan seru berlangsung di markas. Denver jadi penasaran, pertunjukan seru apa sih? Apakah sekarang masih berlangsung? Oke, tanpa pikir panjang, Denver pun memutar mobil dan mengganti tujuannya.

Tak lama kemudian, Denver sudah sampai di depan markas. Harusnya, jika sedang ada pertunjukan seru berlangsung, halaman depan sudah full motor para anggota dong. Namun yang Denver temui hanya halaman kosong. Tanpa ada kendaraan satu pun. Satu-satunye kendaraan ya hanya mobilnya saja.

Terlanjur sampai, Denver putuskan untuk turun dari mobil. Dengan langkah santai, ia memasuki markas yang tidak terkunci itu. Lagi-lagi, tak ada siapa-siapa di dalam markas. Sepi. Benar-benar sepi.

"Oh, udah kelar ya?" ujar Denver berbicara sendiri. Lalu ia pun berniat untuk pergi. Karena buat apa juga sendirian di tempat itu?

Namun, baru satu langkah, tiba-tiba ia berhenti. Lewat ekor matanya, Denver melihat ada noda darah di lantai. Noda darah tersebut seperti sudah dilap, tapi ala kadarnya. Jadi masih ada sisa-sisanya lagi. Dan lagi, ada juga noda bekas darah yang diseret.

Melihat keadaan seperti itu, perasaan Denver langsung tidak enak. Dan dengan sedikit langkah hati-hati, ia mengikuti jejak darah tersebut hingga mengantarkannya ke rubanah. Tempat di mana para anggota geng menyimpan barang-barang yang tidak terpakai lagi.

Denver terkejut bukan main begitu ia melihat sesosok manusia tampak tergeletak dengan kondisi terikat di tubuhnya. Langsung Denver berlari menghampiri orang itu. Ketika ia menolehkan kepala orang tersebut, Denver dibuat makin kaget, sekaget-kagetnya.

"Seven?!"

🎡🎡

Sakaris, Sana, River, Gangga, Kiel, Topan, Ribi dan Ikky langsung bertolak ke rumah sakit begitu mendengar kabar bahwa Seven telah ditemukan dalam kondisi mengenaskan dan saat ini sudah dibawa ke rumah sakit. Mereka terkejut bukan, syok sejadinya dan amat sangat tidak menyangka, bahwa orang yang mereka tunggu kabarnya malah jadi seperti ini!

Di rumah sakit, mereka berdelapan bersama-sama menunggu Seven yang tengah ditangani tim medis rumah sakit setempat bersama dengan kedua orang tua Seven.

Mama Seven tak berhenti menangis. Sampai Sana tidak kuat pula untuk menahan tangisnya. "Seven pasti baik-baik aja, Tante." Begitu kata Sana sambil memeluk mama Seven.

Sementara itu, papa Seven tampak begitu terguncang sekaligus terpukul. Sampai-sampai ia seperti orang linglung. Sakaris yang sudah mengenalnya, segera menenangkan pria paruh baya itu dengan cara menepuk-nepuk punggungnya. "Kita bisa laluin ini semua, Om."

Selang beberapa menit, seorang dokter keluar dari ruang IGD. Semua segera berdiri dan menghampiri dokter tersebut. Mereka banyak-banyak takut, sekaligus banyak-banyak berharap jika kemunculan dokter ini akan membawa berita yang baik untuk mereka.

Tapi entah ini baik, atau buruk, dokter itu menyampaikan bahwa Seven harus segera dioperasi. Entah operasi apa, hanya tim medis yang paham. Hanya saja, presentase keberhasilan operasi ini bisa dibilang rendah. Oleh karena itu, pihak dokter mengembalikan kembali pilihan itu kepada keluarga Seven meskipun secara pribadi, dokter itu tetap menyarankan untuk tetap dioperasi.

Ribi yang sedari tadi diam, mendadak merasa pusing. Tubuhnya limbung mendengar penjelasan dokter tersebut. Meski tidak sedekat ia dengan Sakaris, namun Ribi tau betul sebaik apa Seven kepadanya. Untung saja, ia tidak benar-benar terjatuh karena River segera menangkap kedua lengannya.

"Sekecil apa pun kemungkinannya, selama masih ada kemungkinan, tolong selamatkan anak saya, Dok." Dengan penuh harap dan kemantapan, papa Seven mengijinkan anaknya untuk segera dioperasi.

Setelah mendapat persetujuan, tim medis langsung bergerak cepat.

"Kalian pulang saja. Ini sudah larut malam. Besok kalian harus sekolah kan?" kata papa Seven setelah tim medis memasukkan Seven ke ruang operasi. Kini mereka berpindah tempat untuk menunggu Seven. Tidak lagi di ruang tunggu depan IGD.

Sakaris menggelengkan kepala, "Kita di sini sampe Seven benar-benar bisa ngelaluin masa kritisnya, Om."

Mama Seven yang tadi sudah berhenti menangis, lagi-lagi menangis setelah melihat teman-teman Seven yang peduli pada anaknya. "Tante benar-benar bersyukur Seven punya teman-teman seperti kalian."

"Saya juga bersyukur, Tan, udah bisa mengenal Kak Seven." Sahut Ikky sambil menarik ingusnya yang berusaha mengeluarkan diri dari hidung.

"Om, Tante, mau saya beliin kopi atau teh hangat?" River menginterupsi sejenak. River ingat, sejak 3 jam yang lalu mereka tiba, kedua orang tua Seven sudah tiba lebih dulu. Dan kalau River perhatikan, mereka seperti belum minum apa-apa sejak tadi. Bukannya River bertindak tidak sopan, tapi menjaga diri juga penting kan?

"Boleh Om minta titip beliin kopi sama teh buat istri Om?" Papa Seven menyambut baik penawaran River.

River mengangguk.

"Ver, gue nitip kopi juga ya!" Kiel langsung ikutan memesan pada River.

River tidak menggubris. Langsung saja ia berbalik pergi.

"Gue ikut." Gangga ikut dan segera berjalan mengimbangi langkah River.

🎡🎡

"Lo sendiri kemana tadi siang?" River bertanya pada Gangga ketika sedang menunggu minuman mereka siap. Memang masih misteri, kenapa Seven bisa ditemukan seperti dalam kondisi sekarang ini. Tetapi kemungkinannya sudah jelas. Seven seperti ini bukan karena kecelakaan, tetapi karena dipukuli.

Sedangkan Gangga?

Sambil terus menatap ke arah depan, Gangga menjawab dengan gamblang. "Gue jadian Cassie."

Kedua bola mata River melebar. Tentu saja ia terkejut dan sedikit tidak percaya mendengar pengakuan Gangga yang terkesan tanpa dosa itu. Padahal kan sudah jelas siapa pacar Cassie. "Lo bakal ngasih tau Kiel?" alih-alih bertanya kenapa Gangga bisa merebut kekasih teman sendiri, pertanyaan itulah yang akhirnya terucap dari bibirnya.

"To the point banget." dengus Gangga.

"Kalo Kiel udah tau, nggak mungkin sikapnya kayak biasa kayak sekarang."

"Gue bakal ngasih tau. Nanti, nunggu waktu yang tepat."

Gantian River yang mendengus. "Nggak ada waktu yang bener-bener tepat."

Gangga pun menoleh padanya, "Itu sebabnya lo masih stuck di sini?"

Kening River mengerut. Tidak mengerti.

"Kalo lo mau Ribi, lo kudu berusaha lebih." Ujar Gangga sambil menepuk satu bahu River kemudian segera beranjak dari duduknya ke arah meja di mana pramusaji telah menyelesaikan pekerjaan mereka, membuatkan pesanan minuman untuknya dan River.

🎡🎡

"Makasih, Ver." Ucap Sana setelah menerima kopi dari River. Satu kopi hangat dan satu teh hangat sebelumnya sudah ia berikan kepada papa dan mama Seven. Kini sisa dua kopi hangat yang ada di tentengannya.

Tadi, River dan Gangga masing-masing membawa 5 gelas minuman yang satu di antaranya adalah teh untuk mama Seven. Gangga membagikannya untuk dirinya sendiri, Ikky, Sakaris, Topan dan Kiel. Sisanya akan dibagikan oleh River.

River menyodorkan segelas kopi hangat ke hadapan Ribi yang duduk agak jauh dari tempat yang lainnya. "Ambil." Katanya.

Tanpa berterima kasih, Ribi mengambil kopi hangat itu lalu ia pun segera menyesapnya.

Sambil menyesap kopi miliknya sendiri, River duduk di sebelah Ribi.

"Kenapa sih cowok suka banget berantem? Validasi apa yang mereka pengen?" tiba-tiba Ribi berbicara.

River pun melirik gadis itu, "Kak Seven bukan berantem."

Ribi menoleh dengan cepat, "Jelas-jelas babak belur kayak gitu, lo bilang bukan berantem? Terus apa? Keseleo? Terkilir? Terjungkal? Atau apa?"

"Dikeroyok."

Gadis itu diam sejenak. "Ya apa bedanya? Sama-sama adu fisik kan?"

"Namanya dikeroyok, pasti keroyokan, nggak imbang. Satu lawan banyak. Biasanya cuma dilakuin sama pecundang. Kalo berantem biasanya lebih fair. Nggak berat sebelah." Cowok itu menjelaskan dengan sabar perbedaan dikeroyok dengan berantem menurut versinya.

"Kayak lo sama Denver dulu?"

🎡🎡

Meski baru pulang dari rumah sakit sekitar pukul 3 dini hari, lantas Sakaris dan yang lainnya tidak menjadikan alasan itu untuk terlambat datang apalagi absen ke sekolah. Mereka tetap bisa menghadiri rutinitas mereka sebagai pelajar di SMA Tribe meski ya, mata dan kepala agak berat karena kurangnya tidur.

Akan tetapi, karena hari ini mereka harus membicarakan sesuatu, mau tidak mau mereka harus dituntut untuk fokus. Bukan lain yang akan mereka bicarakan adalah peristiwa yang menimpa Seven.

Oh iya. Ngomong-ngomong soal Seven, operasi Seven berhasil dengan lancar. Namun demikian, kondisinya hanya 10% lebih baik dari sebelumnya, sebelum operasi. Karena hingga hari ini, Seven masih belum sadarkan diri. Atau bisa juga disebut kalau Seven tengah mengalami koma.

Memang tidak sepenuhnya baik. Tapi dokter bilang, harapan hidup Seven ternyata melebihi prediksi sebelumnya. Jadi dokter menyarankan untuk banyak-banyak berdoa agar Seven segera siuman dan sembuh.

"Kita harus segera nyari tau siapa yang udah berani bikin leader BEST koma!" Topan berseru, penuh emosi. Ia amat sangat tidak terima, orang yang ia hormati mendapat perlakuan sekejam itu entah dari siapa. Topan saja bisa mengatakan itu kejam meski ia sendiri gemar bermain fisik dengan orang lain.

"Kak, udah ada yang cek hapenya Bang Seven belum? Terakhir dia pergi setelah dapet telepon dari nggak tau siapa." Ribi bertanya pada Sana.

Sana menggeleng. "Hapenya ilang."

"Penghilangan barang bukti." Gumam Gangga.

"Ada laporan siapa yang nelepon rumah sakit minta dibawain ambulance?" tanya River selanjutnya.

Semuanya saling tatap, kemudian sama-sama saling menggeleng.

"Kak, tapi bisa aja mereka cuma orang random yang kebetulan baik, liat Kak Seven di jalan, terus telepon ambulance. Iya kan? Bisa jadi kan?" ujar Ikky.

"Tapi Kak Seven ditemukan dalam kondisi badan terikat tali. Kalo menurut gue, itu artinya ada indikasi kalo si pelaku berniat buang Kak Seven ke suatu tempat." Gangga menyanggah argumen Ikky.

"Jahat banget." Sana meringis ngilu.

"Kalo gue jadi si pelaku, gue juga bakal milih buat ngebuang Kak Seven. Entah dihanyutin ke sungai, atau gue kubur hidup-hidup."

"River..." Sana benar-benar ketakutan. Masalahnya River mengatakannya dengan wajah lempeng dan biasa saja.

"Itu yang gue pikir kalo gue memposisikan sebagai pelaku."

"Lo bener, Ver. Nggak mungkin secara sengaja orang yang udah mukulin Seven ninggalin Seven gitu aja di jalan dalam kondisi terikat begitu." Sakaris setuju dengan pendapat River.

"Sebenernya bisa aja kalo orang itu punya backing-an orang gede dan berpengaruh."

"Lo gimana sih, Ver, tadi A sekarang B. Yang jelas lo jadi cowok." Kiel langsung mencibir.

"Selama belum ada kejelasan, opsi apa pun masuk. Tapi gue lebih setuju opsi yang pertama gue jabarin tadi."

"Ayo kita cari orang yang udah manggil ambulance!" Topan terlihat begitu bersemangat dan berapi-api.

Selama proses pembicaraan itu berlangsung, sedikit pun Marin tidak membuka suara. Tadi malam, ketika Sakaris memberi tau mereka lewat chat di grup, Marin—yang memang tidak ikut ke rumah sakit menjenguk Seven—sudah mengantongi sebuah nama yang menurutnya paling mungkin melakukan ini kepada Seven.

Abyasa.

Continue Reading

You'll Also Like

642K 54.1K 29
Sebuah hubungan yang sudah berjalan cukup lama membuat dua insan yakin untuk menyatukan dua jiwa dalam satu ikatan pernikahan. Namun hubungan yang se...
1.9M 97.6K 52
[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dadanya, merasakan detak jantung yang berge...
706K 38.6K 40
Berawal dari tantangan, berubah menjadi sebuah kenyamanan. NO PLAGIARISM! COPY! ATAU SEJENISNYA. Highest rank: #8 General Fiction (28 Agustus '16) ...
2.3M 243K 59
"Je, lo beneran nggak pacaran lagi sama Ganesh?" "Iya, kan gue juga udah bilang putus sama dia 30 Januari." "Terus kenapa dia masih suka perhatiin lo...