Aisyah Aqilah || TERBIT

נכתב על ידי nrasya_

2M 214K 76.4K

GUS ILHAM MY HUSBAND 2 Dijodohkan saat libur semester? Menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, tidak men... עוד

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06 : Arsyi ngambek
bagian 07 : kucing baru
bagian 08 : Rich Aunty
bagian 09 : Irt
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29 [Bagai api dalam sekam]
bagian 30 : menenangkan diri
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
epilog
Ekstra part
Ekstra part bagian 2
VOTE COVER
harga novel Aisyah Aqilah
SPIN OFF AISYAH AQILAH

bagian 35

38.4K 4K 784
נכתב על ידי nrasya_

Kedua orang tua Aisyah, sejak tadi menunggu kabar dan kedatangan anak-anaknya. Mereka berdua tampak cemas, sebab Bintang tak kunjung memberi kabar.

Pasangan suami istri ini,  terangkat saat mendengar suara mobil Bintang masuk ke dalam halaman rumah. Langsung saja mereka pergi menghapiri.

"Gimana Bintang Aisyah nggak apa-apa kan, disana?" Tanya Bunda Lisa mengguncang bahu anak laki-laki.

Bintang terdiam, menatap kedua orang tuanya. "Aisyah...Aisyah lebih pilih suami nya bunda."

****

"Ayo pilih, gue nggak punya banyak waktu!"

Aisyah menatap wajah suaminya, tangan di genggam erat, dan enggan dilepaskan.  Gus Ilham melangkah, dan mendekap erat tubuh Aisyah. Baginya Aisyah miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya. Tidak ada satupun orang yang boleh merebut Aisyah nya dari dirinya selain Tuhan.

"Pergi kamu Bintang!" Bentak Gus Ilham keras. Rahangnya mengeras dan otot lehernya menonjol. Tampak jelas, bahwa pria ini benar-benar marah.

"Pilih aku Aisyah! Aku suami kamu!"

"Mas..." Aisyah berusaha menenangkan suaminya.

"Pergi kamu Bintang, sebelum saya main tangan!" Bentak pria itu lagi.

Bintang terkekeh sinis. "Gue nggak akan pergi, sebelum Aisyah memilih dan gue dengar pakai mata dan kepala gue sendiri!"

Gus Ilham yang emosi hendak maju memukul Bintang, namun Aisyah mengcekalnya. Wanita itu melepas dengan paksa genggaman tangan dari Bintang. Dan memeluk tubuh suaminya.

"Mas Ilham..." dengan lembut Aisyah menghilangkan amarah suaminya.

Pandangan Gus Ilham masih tajam kearah Bintang. Tangannya di kepal kuat.

Sekuat tenaga Aisyah menahan tubuh suaminya agar tidak mendekat pada Bintang.

"Suruh dia pergi, Syah..."

Aisyah menghembuskan nafas berat. Dan menatap kearah Bintang. "Abang pergi dari sini. A-aisyah pilih suami Aisyah!" Aisyah berusaha meneguk selavinya susah payah. Pada kelopak matanya bertumpuk banyak air mata.

Mendengar jawaban dari Aisyah, membuat Bintang terkekeh sinis. "Lo itu anak nggak tau diri!" Hina Bintang.

"BINTANG!" Gus Ilham maju, tanpa di sangka ia meninju wajah Bintang.

"Mas Ilham!" Pekik Aisyah menarik tubuh suaminya menjauh dari abangnya. "Abang pergi dari sini! Pergi!"

Sempat Bintang menatap adiknya  itu, dengan raut wajah kecewa, sebelum hengkang dari sana.

Aisyah menutup wajahnya. Ia tak kuasa lagi menahan tangisnya. "Hiks.."

Gus Ilham menghembuskan nafas panjang. Ia melepas semua emosinya. Lalu melangkah mendekati istrinya.

"Aisyah."

"Aisyah capek!" Keluh Aisyah terisak.

Gus Ilham membawa Aisyah kedalam dekapannya. "Yasudah, istirahat dulu."

"Aisyah mau tidur di kamar." Ucapnya sambil menatap suaminya.

"Ayo. Perlu di gendong?" Tawar gus Ilham.

Aisyah memaksakan senyumnya, ia pun mengangguk.

Gus Ilham mengangkat tubuh istrinya, menggendong masuk ke dalam. "Aku sayang kamu," ucap Gus Ilham mencium kening Aisyah.

Aisyah hanya diam tak mengubris ucapan suaminya.

Saat tiba di dalam rumah. Mereka langsung mendengar pekikan dari kedua anaknya.

"Umi! Abah! Kucing nya nambah dua!" Pekik Arsya memperlihatkan empat jarinya.

"Dua apa empat?" Tanya Gus Ilham.

"Dua!" Ucap Arsya.

"Terus kenapa tunjukkan empat jari?" Tanya gus Ilham tertawa.

"Oh salah ya?" Pikir anak laki-laki itu.

"Loh? umi kenapa di gendong?" Tanya Arsyi mengernyit bingung.

"Umi capek, makanya mau di gendong." Ucap Gus Ilham. "Kalau begitu, abah bawa umi keatas dulu ya, kalian tunggu di bawa aja. Nanti abah nyusul, kita beli kandang baru buat anak-anak kucing kalian."

"Ciap abah!"

Gus Ilham tersenyum. Sebelum melangkah naik keatas kamarnya membawa sang istri untuk beristirahat.

Tibanya di kamar mereka, Gus Ilham membaringkan tubuh Aisyah dengan hati-hati. "Mau aku temenin?"

Aisyah menggeleng. "Aisyah mau sendiri."

Gus Ilham mengangguk, menerima keputusan istrinya. Ia pun segera keluar.

"Mas Ilham?" Panggil Aisyah sebelum Gus Ilham benar-benar keluar.

Gus Ilham berbalik menatap istrinya. "Kenapa sayang?"

"Kalau lagi tidur, ruh kita berada di genggaman Allah. Ya?"

Gus Ilham mengangguk. "Selamat istirahat, Aisyah cantik," ucap pria itu tersenyum sambil mengacungkan jari tangan bentuk love.

Aisyah hanya mampu tersenyum.

Setelah menutup pintu, Gus Ilham menghela nafas lega. Ia benar-benar takut Aisyah pergi darinya.

"Abah!" Pekikan keras itu menggema, berasal dari bawah rumah. Gus Ilham segera melangkah turun kebawa. Mendapati Arsya mengejar Arsyi yang menarik kaki kucing bulu putihnya.

"Astaghfirullahaladzim." Gus Ilham langsung turun tangan mengejar Arsyi.

"Arsyi, lepasin kucingnya!"

Arsyi sempat mematung mendengar teguran abah nya yang tegas. Ia pun melepas kucing tersebut.

"Nakal!" Bentak Arsya.

Arsyi mengulurkan lidahnya. Gus Ilham memukul pena mulut Arsyi. "Nggak boleh ngulur lidahnya."

"Cakit!" Pekik gadis kecil itu. Padahal abahnya memukul pelan sebagai bentuk teguran.

"Iya, maafin abah. Lain kali jangan keluarin lidah kayak gitu,  Arsya juga, awas aja kalau abah liat kalian, keluar lidah buat ngejek satu sama lain, atau ke orang lain. Abah pukul kalian." Ucap Gus Ilham dalam hati di akhir kalimatnya.

"Aci mau cama umi!" Arsyi kesal pada Abahnya pun, hendak pergi bersama sang umi. Namun tangannya di cekal oleh abahnya.

"Ayo kita beli es krim." Ucap Gus Ilham.

"Katanya mau beli kandang buat kucing-kucing baru?" Tanya Arsya.

"Habis dari beli es krim." Ucap Gus Ilham menuntun anaknya keluar rumah.

"Umi nda ikut, abah?" Tanya Arsyi.

Gus Ilham tersenyum tipis. Mengusap kepala Arsyi. "Umi lagi istirahat. Makanya nggak boleh diganggu."

Arsya dan Arsyi mengangguk.

"Aci mau naik motor, yang di belikan nenek," rengek anak itu. Motor adalah kado dari nenek dan kakeknya yang diberi beberapa bulan yang lalu.

"Yaudah, abah keluarin dulu. Kalian ambil helm di belakang pintu."

"Siap abah!"

"Aca pakein Aci helm," pinta Arsyi.

Arsya sebagai abang pun, membantu sang kembaran memakai helm. Tak lama kemudian abah mereka datang mengeluarkan motor mini.

"Yeay! Nanti kita balap ya, abah!" Kata Arsya.

Gus Ilham tertawa. "Sok-sokan mau balapan, memang sudah punya sim?"

Arsya dan Arsyi melongo. "Sim itu apa?"

"Surat izin  mengemudi." jawab Gus Ilham.

"Surat izin dari umi ya, nanti Aci minta di umi. Tapi mau coba motornya dulu."

Gus Ilham menepuk jidatnya. "Bukan dari umi, nak..."

"Dari siapa dong?" Tanya Arsya mengedikkan bahunya.

"Yaudah lah, kalau besar nanti, baru kalian tau." Ucap Gus Ilham menghela nafas pelan. "Kalau begitu siapa yang mau ikut abah di motor asli?"

"Aca aja, Aci udah pakai helm!"

"Ih  curang. Kalau gitu Aca mau ambil helm Aca juga!"

Gus Ilham menghela nafas panjang. Sepertinya memiliki anak kembar harus membutuhkan banyak stok sabar.

"Arsya hari ini mengalah ya, kasian umi kalau di tinggalin lama sendiri. Belum lagi kita mau beli kandang buat kucing baru."

Arsya cemberut. Mengikuti langkah abahnya menuju ke arah kendaraan abahnya. Sedangkan Arsyi sudah siap di atas motornya miliknya.

"Arsyi jalan duluan. Hati-hati ya."

"Ciapal abah!" Arsyi mulai menancap gas motornya dengan pelan. Motor ini pun aman, karena aturan gasnya sudah di atur agar pas pada anak-anak.

*****

Setelah membeli es krim dan kandang buat kucing-kucing baru. Ketiga manusia ini pulang kerumah. Hari sudah siang.

Gus Ilham membukakan pintu untuk anak-anak nya. Agar segera masuk kedalam rumah.

"Ucap salam ning, Gus!" Tegur Gus Ilham saat anak-anaknya langsung menyelonong masuk.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam." Jawab Gus Ilham.

Mereka bertiga terdiam mencium wangi masakan yang membuat perut semua merasa lapar.

"Wangi banget!" Pekik Arsya.

Arsya dan Arsyi berlari kearah dapur, disusul oleh sang abah. Tibanya di dapur, Gus Ilham melihat istrinya sedang sibuk memasak.

"Aisyah?"

"Umi!" Kedua anak itu berlari memeluk kaki Aisyah.

"Halo anak-anak umi!" Sapa Aisyah mengusap kepala anak-anaknya.

"Aci lapar, mau makan!"

"Aca juga," ucap anak itu dengan nada lesu.

"Memangnya abah, nggak kasi kalian makan?"

"Belum sayang. Suami mu, juga lapar," bisik Gus Ilham tiba-tiba saja muncul dari belakang.  Pria itu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Aisyah.

"Sebentar ya, anak-anakku. Ibu peri baru masak," kekeh Aisyah.

Gus Ilham, Arsya dan Arsyi juga ikut tertawa mendengar nada tawa uminya yang mengundang tawa mereka.

"Umi lucu!" Ucap Arsya.

"Siapa dulu dong, istrinya abah!" Ucap gus Ilham bangga.

"Aci mau gendong!" Ucap Arsyi merengek.

Aisyah menghela nafas berat. "Kalian lapar?"

"IYA!!" Jawab ketiga nya serentak.

"Adek yang di perut  juga lapar. Tapi nggak ganggu umi, kalian bertiga malah nempel terus, gimana mau jadi makannya!"

"Arsya sama Arsyi sana deh, main sama kucing-kucingnya." Ucap Gus masih setia memeluk Aisyah

"Kamu juga, mas!"

"Aku bantuin, ya?"

Aisyah berfikir sejenak. "Yaudah, kamu masak nasi."

Gus Ilham melepas pelukannya. Ia menatap istrinya dengan raut wajah masam. "Kenapa harus masak nasi sayang, kamu kan, tau. Aku nggak bisa masak nasi."

"Yaudah pilih mana, goreng ikan atau masak nasi?"

"Masak nasi!" Ucap Gus Ilham cepat. Ia berbalik badan memulai untuk memasak beras.

Sedangkan anak kembar itu, masih saja berada di posisi memeluk kaki uminya, membuat Aisyah sedikit susah bergerak.

"Arsya sama Arsyi, main di depan aja ya, sambil tunggu makanannya jadi."

"Mau cama umi..." rengek Arsyi.

"Nanti ya, sayang. Umi mau masak dulu buat kalian." Ucap Aisyah dengan lembut. "Atau gini aja. Umi mau kalian tulis huruf Hijaiyah, yang paling bagus tulisan nya, umi kasi uang!"

"Mau!" Kata anak itu serentak.

"Yasudah, Sana-sana. Nanti umi periksa."

"Oke umi!" Kedua anak itu berlari keluar dari dapur menyisakan pasangan suami istri ini.

Aisyah menatap punggung suaminya yang sedang mencuci beras. "Gimana, aman nggak? Atau mau dibantuin?"

"Aman, kamu nggak usah bantu." Ucap Gus Ilham. Tangannya lihai mengukur banyak air yang dimasukkan agar masak besar sempurna.

Aisyah menggeleng pelan, kembali melangkah masakannya.

****

Semua lauk pauk sudah selesai Aisyah masak, dibantu sedikit oleh sang suami tercinta. Tinggal menunggu nasi saja.

"Kamu cek nasi nya, mas." Titah Aisyah menyajikan masakan diatas meja.

Gus Ilham mengangguk. Berjalan menuju dapur. Tibanya di sana, ia terkejut melihat rice cooker nya.

"Loh! Kok jadi gini sih?" Monolog Gus Ilham.

"Nasinya udah masak?" Tanya Aisyah menyusul masuk ke dalam dapur. "Mas, gimana— Ya Allah!"

Gus Ilham meringis pelan sambil menggaruk tungkuknya yang tak gatal. "Maaf ya."

"Kamu masukin beras nya, berapa liter?"

"En-enam," gus Ilham tersenyum.

Aisyah menggeleng pelan. Wanita itu mengambil tempat nasi, kemudian menyendok nasinya.

"Ayo!" Ajak Aisyah selesai menyendok nasi.

"Jangan galak-galak, atuh..."

Aisyah memutar bola matanya malas. Melangkah lebih dulu dari suaminya.

"Mas Ilham! Ayok makan!" Panggil Aisyah dari arah meja makan.

"Iya-iya!" Sahut gus Ilham. "Galak banget sih!"

*****

Pukul tiga dini hari, Gus Ilham terbangun saat merasa kosong di sampingnya. Dengan mata yang masih terpejam, ia meraba kearah samping nya, yang ternyata kosong.

Gus Ilham melek, panik saat sang istri tak ada. Ia melihat jam dinding, menunjukkan pukul tiga pagi, sekitar tiga puluh menit lagi, jarum kecil berpindah ke angka empat.

"Aisyah!" Gus Ilham turun dari kasur, mencari sang istri di wc, namun sayangnya tak ada juga.

Pria itu semakin panik, melangkah kan kakinya ke bawa. Mencari Aisyah di dapur sayang belum ada juga. "Aisyah!"

"Aisyah!" Gus membuka pintu rumah mencari dari arah luar rumah.

"Ya Allah. Kemana istri ku pergi?" Gus Ilham keringat dingin. Sambil mengacak-acak rambut, ia berusaha untuk berfikir jernih.

"Kamar Arsya sama Arsyi!"

Gus Ilham masuk, melangkah cepat menuju arah kamar anaknya. Saat membuka pintu Gus Ilham menghela nafas panjang. Aisyah ternyata ada di dalam kamar anak-anaknya.

Aisyah sedang melaksanakan sholat tahajud. Gus Ilham mendekat, semakin mendekat isak tangis sang istri. Aisyah sudah selesai sholat hanya saja posisi masih seperti sedang sujud.

"Aisyah..." Panggil Gus Ilham pelan.

Aisyah menghentikan tangisannya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk. "Mas Ilham." Wanita itu menghapus air matanya.

Gus Ilham memeluk istrinya. "Maafin aku ya, ini semua salah aku."

"Bunda benci Aisyah mas. Aisyah harus gimana?" Tangis Aisyah pecah.

Gus Ilham membawa istrinya keluar dari kamar anak-anaknya, lalu membawa ke dalam kamar mereka. Di sana Gus Ilham dan Aisyah sama-sama menangis.

"Maafin aku,"

"Aisyah takut, bunda sama papa marah mas, Aisyah juga takut Allah. Murka pada Aisyah...hiks!"

"Kenapa hidup Aisyah harus seperti ini?"




*****

Mari sama-sama ucapkan Alhamdulillah setelah membaca part ini sampai habis. Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya. Bantu tandai ya kalau masih ada typo.

Masih setia kan, tungguin aku update?

Pokoknya komen yang banyak, biar aku makin rajin updatenya.

Spam komen  yang banyak 》

Mau bilang apa di part ini, kasih pesan dan kesan kalian

Jumat, 8 september 2023
See you next part, Assalamualaikum 🫶

המשך קריאה

You'll Also Like

3M 151K 25
(Romance - Spiritual) Nayanika Adzkia Talita, seorang gadis yang suka sekali dengan dunia malam. Balapan motor, berkumpul dengan teman laki-laki, dan...
1.6M 7.1K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
1.6K 153 28
Bagi olif mengenal gafril- kakel ngeselin sekaligus ketos di sekolah nation school itu hal tersialnya. Selalu membuatnya kesal, ditamabah selalu memb...
Hug Me ✅ נכתב על ידי Min

ספרות חובבים

42.2K 6K 15
Ketika hidup seseorang memiliki cerita masing-masing.