Aisyah Aqilah || TERBIT

By nrasya_

2M 214K 76.4K

GUS ILHAM MY HUSBAND 2 Dijodohkan saat libur semester? Menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, tidak men... More

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06 : Arsyi ngambek
bagian 07 : kucing baru
bagian 08 : Rich Aunty
bagian 09 : Irt
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29 [Bagai api dalam sekam]
bagian 30 : menenangkan diri
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
epilog
Ekstra part
Ekstra part bagian 2
VOTE COVER
harga novel Aisyah Aqilah
SPIN OFF AISYAH AQILAH

bagian 21

30.6K 4K 2.2K
By nrasya_


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kalau suka datangnya dari mata turun ke hati. Kalau sudah cinta, datangnya dari hati naik ke mata, dan dari matanya itu, kamu akan selalu jadi indah." Ilham Syakir Vernando.

~o0o~

Keesokan paginya, Aisyah sudah sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya. Dari mencuci pakaian sampai memasak makanan Aisyah sendiri yang mengerjakan sedari jam empat subuh. Untuk urusan anak-anak, Aisyah dan pasangannya sepakat, bahwa suaminya siap mengurus anaknya di pagi hari.

Sementara Aisyah sibuk di dapur, Gus Ilham tampak ahli dalam mengurus anak-anaknya.

"Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka–"

"Harus mandi," sambung Gus Ilham, datang membawa handuk untuk Arsya.

"Biar Aca mandi sendiri, abah."

"Bisa?"

Anak itu mengangguk, menyakinkan abahnya. "Iya, Aca bisa kok, kan, sudah besar."

Ilham mengangguk percaya, kemudian Ilham berbalik, menuju ke arah ranjang tempat Arsyi masih tertidur pulas.

"Cetakan Aisyah banget nih, malas bangun pagi," gumamnya berkacak pinggang di tepi kasur.

"Ya Humaira nya, abah, ayo bangun, sudah pagi nih, katanya mau merubah dunia," ucap Ilham sambil menekan ibu jari kaki, anaknya.

"Al-hamdulillahiladzi ahyana ba'da maamatana wa ilaihin nusyur."

"Umi..." gumam anak itu.

"Bangun, Ci. Udah pagi, matahari nya sudah ada di atas kepala, Arsyi, Loh!"

Arsyi mengerjapkan matanya, menatap polos langit kamarnya. "Umi Aicah mana?"

"Ada di bawa, buatin kita sarapan. Ayo bangun nak."

Arsyi memicing matanya yang terasa berat. "Aci mau adek," celetuknya.

Gus Ilham sempat melongo, baru kemudian ia tertawa. "Iya, nanti abah tanya ke umi ya. Makanya, ayo bangun dulu. Arsyi, mau adek cowok atau cewek?"

"Mau dua-duanya, abah."

"Siap! nanti abah, kasi tau umi!"

Dengan bantuan abahnya. Gadis kecil itu mengubah posisinya menjadi duduk. "Abah."

"Hm?"

"Kalau Aci punya adek, macih di cayang nggak?"

"Coba Arsyi perhatikan kakak Sakina, dia punya adek, apa masih di sayang?" Tanya Ilham.

"Iya, Aci pelna liat kaka Cakina di cayang cama abahnya."

"Nah, seperti itu juga nantinya, Arsyi setelah punya adek. Masih tetap di sayang kok."

Arsyi manggut-manggut. "Aci mau punya adek, deh!"

"Mau berapa?"

"Mau celatus! Yang banyak abah ya!"

Ilham tercengang mendengar ucapan yang dilontarkan anaknya. "Boah! Banyak ya?" Kata Ilham tertawa.

"Abah, mata Aca perih!" Pekik Arsya dari dalam kamar mandi, membuat Ilham segera beranjak ke sana.

~o0o~

"Sayang!" Panggil Aisyah setelah meletakkan semua masakan nya, diatas meja. Panggilan 'Sayang' itu, cukup mewakili semua anggota keluarganya.

"Kalau nanti kita punya adek, Aca jangan cayang kucing lagi ya!" Terdengar suara Arsyi mendominasi ruangan.

"Umi!" Sapa ketiga manusia ini.

Dengan senyuman sumringah, Aisyah menyambut mereka. "Ayo, makan dulu."

Aisyah lalu menyendok nasi di piring anak-anaknya, setelah itu baru piring suaminya.

"Air hangat aku mana sayang?" Tanya Ilham.

Aisyah menepuk keningnya. "Tunggu sebentar."

"Umi, Aci mau makan celeal!"

"Iya, tunggu sebentar ya."

"Umi, Aca mau susu coklat nda mau yang putih." Ujar Arsya protes.

"Iya, iya. Sabar, oke. Umi ke dapur dulu." Aisyah mendesah lelah, sebelum beranjak ke dapur.

Melihat Aisyah yang lelah, Gus Ilham segera berdiri, berjalan ke dapur menghampiri Aisyah.

"Aisyah."

"Hm?" Sahut Aisyah, membawa air panas itu ke arah wastafel hendak dibuang.

"Jangan!" Ilham segera menghentikan pergerakan Aisyah.

"Kenapa sih?" Tanya Aisyah kesal, karena suaminya sedikit mengganggu.

"Sudah baca bismillah, saat hendak membuang air panas?"

"Hah? Harus ya?"

lham mengangguk. "Jangan pernah lakukan itu lagi, kecuali, saat kita membaca tauhid ataupun berdoa ketika hendak membuang air panas. Takutnya ada anak jin atau gerombolan jin di saluran wastafel terluka gara-gara air panas ini. Raja nya ngamuk bisa di serang kamu."

"Masa sih?"

"Iya sayang, dulu ada satu kisah dimana seseorang pernah membuang bekas air panasnya ke selokan. Kemudian orang tersebut kesurupan. Setelah di rukiyah, Jin tersebut mengatakan bahwasanya, sungguh dia masuk ke dalam tubuh ini, gara-gara orang ini buang air panas sembarangan dan membunuh anak-anaknya yang berada di selokan tersebut."

"Kamu tau kan, tempat tinggal jin itu, di tempat-tempat kotor. Seperti ini, saluran wastafel. Itu makanya, dalam islam, tidak boleh membuang air panas sembarangan."

"Jadi solusinya, ketikan hendak membuang air bekas panas ke selokan atau tempat pembuangan lainnya, ucapkanlah ta'awud.

1. Audzubillahiminasyaitonirrojim,

2. Bismillahirohmanirohim,

3. Bismillahil ladzi la yadurru maasmihi syai'un fil ardzi wala fissama..."

"Bisa juga pakai ta'awud lain yang kalian tau.

Aisyah mengangguk mengerti, setelah mendengar penjelasan dari suaminya. Ia lalu menyerahkan bekasan air panas pada Gus Ilham.

"Kamu aja deh, yang buang bekas air panasnya. Aisyah jadi takut salah."

Gus Ilham tersenyum tipis. "Bukannya perempuan nggak pernah salah?"

"Iya, memang perempuan nggak pernah salah kalau disamain laki-laki, tapi ini masalahnya jin, nggak mandang bulu."

"Wah! Ternyata kalau sama jin, perempuan bisa ngalah ya, hebat loh, ras terkuat di bumi takut disalahin sama jin," kekeh Gus Ilham membuat Aisyah memutar bola matanya malas.

"Kalau kamu nggak mau lakukan semua itu, bisa kok, airnya di simpan dulu sampai dingin kemudian baru dibuang." Kata Gus Ilham lagi.

"Iya, Mas. Makasih ilmunya," ucap Aisyah.

Gus Ilham mengangguk, setelah membaca ta'awuh, ia lantas membuang air panas itu. Lalu Gus Ilham beralih pada Aisyah yang sedang membuatkan Arsya susu.

"Sereal Arsyi biar disamain susu putihnya Arsya. Biar nggak mubazir."

"Iya, Aisyah tau kok, bantuin tuangin serealnya ke mangkuk."

"Siap umi!"

~o0o~

"Aku berangkat dulu ya, sayang," ucap Gus Ilham pada Aisyah, mengantar nya sampai di depan pintu saat hendak bekerja.

"Iya, mas."

"Nanti siang, nggak usah bawain aku bekal. Kayaknya aku nggak ada di pesantren."

"Mau kemana?" Tanya Aisyah.

"Ke pesantrennya, bang Iksan. Minggu depan mau diadakan acara penyambutan buat bang Iksan, sebagai pemimpin pesantren."

"Alhamdulillah. Ya udah, kamu hati-hati ya sayang, jaga mata, jaga hati, jangan suka genit sama cewek," ucap Aisyah sambil merapikan rambut suaminya.

Gus Ilham mengangguk, tangannyamerangkul mesra pinggang istrinya.  "Iya sayang. Tenang aja, hati ini buat kamu."

"Affa iya?"

"Iya, kamu meragukan?"

Aisyah mengedikkan bahunya acu. "Katanya sih, sehabis nikah itu, perempuan lain selalu terlihat cantik dari pada istri, dimata suami."

Gus Ilham tersenyum, mencium kedua pipi Aisyah dan mencubit gemes hidungnya. "Tenang aja, aku lihat kamu dari hati, bukan mata."

"Tapi kata kamu dulu. Cinta itu datang dari mata turun ke hati, dari hati naik kemata—"

"Kalau suka datangnya dari mata turun ke hati. Kalau sudah cinta, datangnya dari hati naik ke mata, dan dari matanya itu, kamu akan selalu jadi indah."

Aisyah tertawa, mendorong pelan bahu suaminya. "Udah sana, kamu berangkat kerja."

"Eh, tapi morning kiss, belum dapat nih!" Seru Gus Ilham. Aisyah menghela nafas sambil tertawa pelan. Ia menyuruh suaminya agar mendekat.

Aisyah celingukan melihat keadaan sekitar agar aman melakukan aksinya.

Cup!

Satu kecupan hangat mendarat di pipi Ilham, bahkan sang empu tidak sadar, lipstik Aisyah menempel dipipinya.

"Assalamualaikum!" Salam Ilham berpamitan.

"Waalaikumsalam, jangan lupa liat kaca ya!" Pesan Aisyah cekikikan.

Gus Ilham dengan pedenya, berjalan keluar, sampai ke depan ndalem, kebetulan ia tak sengaja berpapasan dengan Gus Iksan.

Gus Iksan tersenyum, berusaha untuk tidak tertawa saat melihat bekas bibir di pipi adiknya.

"Pagi, Gus bucin!" Sapa Gus Iksan.

"Assalamualaikum," kata Gus Ilham sambil terus berjalan ke arah motornya.

"Waalaikumsalam, Gus Ilham. Semangat 45 ya, habis dapat morning kiss."

Gus Ilham menghentikan langkahnya, dan mundur beberapa langkah, kembali ke hadapan kakaknya itu.

"Kok tau?" Tanya Gus Ilham.

"Itu—" gus Iksan terdiam, ia tersenyum tipis, tidak jadi memberitahukan tentang bekas lipstik itu. "Nggak apa-apa, abang juga gitu kok, semangat kerjanya dek!" Kekeh Gus Iksan.

Gus Ilham hanya mengangguk singkat, tanpa menyimpan rasa curiga. "Nanti, jadi ke pesantren kamu?"

"Iya. jam sepuluh."

Gus Ilham kembali mengangguk, naik ke atas motornya. "Pergi dulu bang, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, nggak usah malu ya Ilham!"

"Ngapain malu?" Gumam Gus Ilham sebelum melesat pergi.

~o0o~

Setelah mengerjakan semua pekerjaan rumahnya, Aisyah kini mengajak anak-anaknya untuk tidur siang. Waktu sudah menunjukkan jam setengah satu siang. Waktunya Arsya dan Arsyi tidur siang.

"Ayo, naik ke atas kasurnya." Titah Aisyah pada kedua anaknya.

Arsya dan Arsyi menurut tanpa ada bantahan. Mereka berdua kemudian naik ke atas kasur yang sama dan merebahkan tubuhnya. Aisyah ikut membantu menyelimuti mereka.

"Umi bacakan mantra ya, dalam hitungan ketiga, anak sholehah umi harus tidur!"

"Abdra kadabra, anak sholehah tidur siang. Bismillahirrahmanirrahim!"

Aisyah tertawa saat Arsyi masih belum menutup matanya. "Arsyi..."

"Umi halus nyanyi, biar Aci bobo," pintanya.

Aisyah menghela nafas panjang, lalu duduk di tepi kasur. "Shalaatullah Salaamullah 'Ala Thaaha Rasuulillah..."

Setelah beberapa saat berlalu, terdengar sudah nafas yang teratur. Kedua anak-anak itu, sudah tertidur.

"Yes!" Seru Aisyah, segera keluar dari kamar anaknya.

Ia kemudian masuk ke dalam kamarnya, untuk memakai cadar dan mengambil tasnya. Satu menit yang lalu Fatia sudah memberi kabar bahwa ia dan Luna sudah menunggu di belakang pesantren, sengaja mereka menunggu disana atas permintaan Aisyah.

Sebelum pergi, Aisyah kembali mengecek anak-anaknya. Ia menghela nafas panjang, ada rasa khawatir dalam dirinya saat nekat melakukan hal ini. Apalagi ini, kali pertama lagi bagi Aisyah keluar dan kabur tanpa seizin suami saat anak-anaknya lahir. Selama ini, Aisyah benar-benar seperti seorang tahanan koruptor. Yang tinggal di suatu bangunan, pasilitas lengkap, namun tak dapat menghirup udara luar.

"Jangan cepat-cepat ya, bangunnya." Kata Aisyah, kemudian melenggang pergi.

~o0o~

"Assalamualaikum!" Salam Aisyah saat tiba di dalam mobil.

"Waalaikumsalam, Aisyah!" Fatia dan Luna langsung berhamburan memeluk Aisyah. Mereka bertiga duduk di jok belakang mobil online yang Luna pesan.

"Kalian apa kabar?" Tanya Aisyah.

"Alhamdulillah, baik."

"Anak-anak kamu, siapa yang jagain?" Tanya Fatia.

"Oh tenang aja mereka tidur kok. Oh ya kita mau kemana?" Tanya Aisyah mengalihkan pembahasan.

"Kemana nih?" Tanya Luna juga ikut bertanya.

"Kok tanya aku, aku bukan orang sini, Aisyah tuh," ujar Fatia. "Apa Syah referensi tempat yang bagus untuk menenangkan otak ini."

"Nggak tau sih, soalnya aku juga jarang keluar."

"Kamu ada dapat info nggak, Syah, kajian hari ini?" Tanya Luna diangguki oleh Fatia.

Aisyah terangkat kala mendengar ucapan Luna, sungguh para sahabatnya tidak berubah walaupun sudah tidak mondok lagi. Agamanya selalu menjadi tempat untuk merapatkan otak.

"Ada, ayo kita kesana." Kata Aisyah. Lalu mulai memberitahu supir kemana mereka akan pergi.

"Pelan-pelan, pak sopir, di depan kayak ada perbaikan jalan."

"Iya, mungkin presiden mau berkunjung, makanya jalanan diperbaiki," ucap Fatia.

"Wih, anak hukum nggak main-main ya, dari tadi sindir pemerintah terus," ucap Luna.

"Kamu ambil Hukum, Fatia?" Tanya Aisyah.

Fatia menggeleng. "Kamu mau aja percaya omongan Luna, mana ada aku mau masuk hukum. Minat di sana aja enggak." Kata Fatia. "Luna tuh, cocok, hebat banget senggol bacotnya."

"Astaghfirullah. Bismillahirrahmanirrahim, ya Allah mau punya suami anggota dpr."

"Heh, kok malah berdoa?" Tanya Fatia.

"Katanya orang yang di dzolimi, doanya cepat terkabul. Ya udah, aku berdoa untuk kebaikan diri sendiri." Kata Luna membuat Aisyah tertawa.

"Aamiin." Sahut pak sopir itu.

"Eh, iya, makasih doanya pak, nanti kalau saya beneran jadi ibu dewan. Saya angkat jadi tim sukses suami saya deh."

"Aamiin allahumma Aamiin!"

"Aaa! Makasih pak, hamasah ya kerjanya!"

Aisyah dan Fatia hanya mampu menggeleng pelan, melihat tingkah Luna. Untung saja Arsyi tidak ikut, andai saja ikut, pasti ia juga akan seheboh Luna.

~o0o~

Di sisi lain, Gus Ilham, Gus Iksan dan abi Syakir kini berjalan-jalan, mengelilingi pesantren yang didirikan, abi Syakir untuk anak pertamanya, Gus Iksan.

"Disana ada fakultas, jurusan islam." Tunjuk abi Syakir.

"Fakultas nya sudah terpakai abi?" Tanya Ilham.

"Iya, dari kamu memimpin di pesantren Hidayatullah, abi pindah di sini buat kembangkan pesantren ini."

"Kalau Aisyah daftar jadi maba, apa masih bisa di terima?" Tanya Gus Ilham. "Ilham mau Aisyah jadi sarjana."

"Aisyah tamat SMA kan?" Tanya Gus Iksan dibalas anggukan oleh Gus Ilham.

"Waktu hamil, Aisyah sudah lulus atau masih sekolah?"

"Belum lulus, bang. Sementara masih ujian. Untung Ilham yang ngidam waktu itu, jadi Aisyah nggak kesusahan."

"Terus anak-anak kamu, gimana, kalau Aisyah kuliah?"

"Kan, ada nenek sama kakeknya," sahut abi Syakir.

Kemudian mereka bertiga terus melanjutkan mengelilingi pesantren sambil mengobrol ringan.

"Abi, bang?" Panggil Gus Ilham. "Kayaknya Ilham nggak bisa, lama-lama di sini. Nanti ada pertemuan dengan dewan guru di masjid utama, nanti sore juga Arsya sama Arsyi mau pergi ngaji, Ilham harus ngantar."

"Ya sudah, kamu pulang duluan saja, nanti abi pulangnya sama Iksan."

Gus Ilham mengangguk, setelah mengucap salam, ia pun segera hengkang.

[Istri cantik, aku minta tolong siapin map merah di atas meja ya ]

Setelah mengetik pesan itu, Gus Ilham naik keatas motor, dan mulai melaju motornya dengan kecepatan sedang, ia pun melesat pergi.






******

Mari sama-sama kita ucapkan Alhamdulillah setelah membaca part ini sampai habis. Jangan lupa vote ya.

Follow akun Instagram @wattpadasya

Wah, kira-kira Aisyah bakalan ketahuan nggak ya? Atau akan terjadi sesuatu dengan Gus Ilham di tengah jalan? Hm....

Spam next emoji warna pink

2k vote dan komen langsung update.

See you next part, Assalamualaikum.
Sabtu, 16 juni 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 403 11
[ Sebelum baca harap follow dulu yaaaa !! ] Yuriza, perempuan yang selalu di anggap tidak di anggap, dan terabaikan oleh keluarga dan teman-teman ny...
5.8M 692K 59
Bisa pesan di toko shopee. "Storebooks07" Selain dari toko itu, BAJAKAN 📌 Farhan habibi adalah seorang ustadz bagi seorang gadis mungil yang bernam...
3K 275 72
بسم الله الرحمن الرحيم Assalamualaikum! Teman-teman pada Buku kali ini berisikan motivasi, Quotes, Reminder, Hadist, dan tamparan islami^^ Buku ini b...
48K 3.3K 28
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang seorang Zea. Cerita perjalanan hidupnya, kisah sedih dan bahagia dalam hidupnya. Awalnya hidupnya biasa saja, d...