Aisyah Aqilah || TERBIT

nrasya_ tarafından

2M 214K 76.4K

GUS ILHAM MY HUSBAND 2 Dijodohkan saat libur semester? Menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, tidak men... Daha Fazla

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06 : Arsyi ngambek
bagian 07 : kucing baru
bagian 08 : Rich Aunty
bagian 09 : Irt
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29 [Bagai api dalam sekam]
bagian 30 : menenangkan diri
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
epilog
Ekstra part
Ekstra part bagian 2
VOTE COVER
harga novel Aisyah Aqilah
SPIN OFF AISYAH AQILAH

bagian 19

31.2K 4.3K 513
nrasya_ tarafından

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Jika aku marah (berusahalah) buat aku tenang. Dan jika kamu yang marah, maka aku akan (berusaha) membuat mu ridho. Karena jika tidak demikian, maka begitu cepat kita akan bercerai."

Nasehat emas, Abu Darda.


19. Katanya marah itu cepat tua. Tadi aku sama kamu marahan. Berarti kita marah berdua itu namanya menua bersama, kan?

~oo00oo~

Arsyi. Dengan penuh rasa percaya dirinya membawa kucing berbulu putih jenis anggora itu, mengelilingi asrama santriwati.

"Kucing! Aci jual kucing!" Serunya.

"Kakak! Kakak!" Panggil Arsyi kemudian berlari kearah para santriwati yang kebetulan melintas.

"Assalamualaikum, Ning Arsyi." Sapa mereka.

"Waalaikumsalam, kakak!" Balas Arsyi mencium tangan mereka semua.

"Eh, Ning," mereka tampak kiku saat Arsyi mencium tangannya. Bagaimana pun Arsyi ini Ning mereka.

"Aci jual kucing. Kakak mau beli?"

"Ih lucu kucingnya!" Kata santri itu kompak. "Berapa ning?"

"Catu, dua, tiga, lima, tiga, empat, eman!" Ucap Arsyi menunjukkan lima jari tangannya.

"Lima ribu?" Tanya salah satu santri itu.

"Lima ribu bica beli es klim?" Tanya Arsyi.

"Bisa."

"Ya udah, mana uang kakak?"

Semua santri di sana kompak menatap satu sama lain, mereka tercengang, padahal belum mau beli sudah di tagi saja.

Salah satu dari mereka merogoh saku bajunya, mengambil uang. "Ini, ning."

"Yeay! Bica beli es klim!" Seru Arsyi melompat kegirangan. "Ini kakak, ambil kucingnya. Maaci kakak!" Ujarnya sebelum melenggang pergi.

"Beneran nih, kita dapat kucing anggora cuma lima ribuan?" Tanya salah satu santri itu.

"Alhamdulillah, rejeki anak sholeh habis setor hafalan!"

~o0o~

"Umi, Lola mana?" Tanya Arsya. Sudah hampir satu jam lamanya, bocah ini menelusuri rumahnya, mencari kucingnya.

"Umi juga nggak tau, terakhir umi lihat waktu di dapur," sahut Aisyah menghampiri Arsya.

"Abah!" Panggil Arsya melihat abahnya menuruni tangga.

"Kenapa?"

"Abah liat kucing Aca?"

Gus Ilham menggeleng. "Enggak."

"Yaaa.. terus Lola ada dimana dong?"

"Mungkin sowan ke ndalem," ujar Aisyah.

"Nda umi, Aca sudah larang Lola keluar rumah." Celetuk Arsya mengacak rambutnya frustasi. Aisyah lantas tertawa atas celetuk anaknya. "Memangnya Aurora tau bahasa kamu?"

Gus Ilham pun tertawa. Ia mengusap kepala Arsya. "Jangan diacak-acak rambutnya Ca. Kamu banyak kutu kah?"

"Lola hilang, lapor polisi abah!"

Gus Ilham dan Aisyah saling menatap, saat kemudian tawa mereka pecah. "Belum bisa di lapor kalau belum dua kali dua puluh empat jam."

"Yaudah umumin dimasjid!" Kata Arsya.

"Memangnya masjid kamu?" Tanya Gus Ilham sambil merangkul mesra istrinya.

Arsya membatu, membuat suasana hening sebelum terdengar suara salam dari ambang pintu utama rumah.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!"

"Ya Allah, ini anak. Kenapa sudah mirip monyet sih?" Tanya Aisyah melihat keadaan Arsyi, putrinya. Benar-benarsangat berantakan. Wajahnya dipenuhi bekas es krim, bajunya basah, rambut berantakan dan tumpukan stik es krim di tangan kanannya. "Dari mana aja, ning?"

"Dali main," ucap Arsyi tersenyum sumringah.

"Sini masuk." Panggil Gus Ilham.

"Ya Allah, sampai ujung kakinya pun kotor, main apa sampai badan kamu basah begini?"

"Dali ciram bunga nenek. Telus Aci di kaci coklat, enak banget!"

"Kenapa bajunya bisa basah?"

"Di cilam adek ucup. Coalnya Aci ambil ompeng na."

"Makanya, jangan ambil barang yang bukan punya kamu." Kata Gus Ilham menasehati.

"Kan, punya Allah." Kata Arsyi.

Gus Ilham menghela nafas panjang melirik kearah Aisyah yang hanya bisa menyegir lebar. Entah mengapa, Arsyi selalu menuruti ajaran Aisyah, padahal hampir semuanya itu salah.

Lalu Arsyi mengalihkan pandangan pada sang kembaran. Kontak mata mereka saling bertemu, Arsyi menyapa dengan Melambaikan tangannya. Namun respon sang empu. "Apa liat-liat!" Pekik Arsya.

"Apa?! Aci punya mata!" Balas Arsyi tak kalah tajam. Efek dari rasa kesal sapaan dibalas kasar. "Aca napa malah-malah umi?"

"Marah-marah." Kata Gus Ilham kembali mengoreksi ucapan Arsyi.

"Kucingnya hilang, Arsyi ada liat kucing Aca nggak?" Tanya Aisyah, wanita ini belum sadar kalau sebelumnya ia dan Arsyi adalah biangkerotnya.

Arsyi mengangguk. "Aci jual Kucingnya."

Mendengar penuturan dari bocah perempuan itu, sukses menarik perhatian Arsya yang sedang sedih, marah, lemah, letih dan lesu.

Arsya bangkit. "Apa?! Aci jual kucing Aca?!!"

"Umi yang culu, kalau nda pelcaya tanya aja cama umi, iyakan umi?" Kata Arsyi menatap Aisyah. Tak hanya Arsyi, Gus Ilham dan Arsya serempak menatap kearah Aisyah.

"An-anu, aku tadi nggak sengaja." Ucap Aisyah gagap. "Lagian Arsyi jual dimana?"

"Aci jual di kakak-kakak. Aci dapat uang abu-abu dua, jadi Aci beli es klim deh."

Gus Ilham membulatkan matanya, kucing berjenis anggora dijual dengan harga se-murah itu? Rasanya Gus Ilham ingin menjerit saja.

"Huah! Aca mau kucing Aca kembali!" Pekik Arsya meraung-raung.

"Sssttt! Anak cowok nggak boleh nangis ih." Ucap Aisyah memenangkan Arsya.

"Arsyi kenapa sih, jadi tambah nakal sekarang?" Tanya Gus Ilham.

"Aci nda nakal!" Ucap anak itu tak gencar.

"Terus, jual kucing Arsya tanpa izin, tidak nakal?"

"Aci, Aci mau beli es klim, tapi umi nda mau kaci uang, yaudah Aci jual kucing Aca."

"Kamu juga, Syah. Kenapa nggak kasi dia uang?"

Aisyah menatap suaminya. "Arsyi udah hampir sepuluh kali loh, pulang balik cuma minta uang, Aisyah cuma-"

"Mau sepuluh kali pun kamu kasi aja. Aku kerja buat mereka kok." Kata Gus Ilham membuat Aisyah tertohok.

Plak!

Arsya menampar pipi Arsyi, begitu tiba-tiba sampai Gus Ilham dan Aisyah shock dan tidak sempat melerainya.

"Astaghfirullah, Arsya!"

"Huah!" Tangis Arsyi pecah, saat merasa pedih di pipinya.

"Siapa suruh jual kucing Aca," kata anak itu menatap kesal pada Arsyi.

"Mending kamu bawa Arsya ke atas mas," ucap Aisyah menjauhkan Arsyi dari kembarnya.

Gus Ilham membawa Arsya pergi ke atas kamarnya. Sedangkan Aisyah duduk di sofa menenangkan Arsyi. Ketika kembar ini bertengkar sampai main fisik. Mungkin akan sulit untuk dibuat akur lagi.

~o0o~

"Ayo duduk dulu." Ucap Gus Ilham membawa Arsya masuk ke dalam kamarnya.

"Arsya masih marah?" Tanya Gus Ilham membuat sang empu mengangguk singkat.

"Coba Arsya baring," titah Gus Ilham lagi. Arsya mengganti posisinya menjadi tidur.

"Masih ada rasa marah?" Arsya mengangguk.

"Yaudah kita pergi wudhu, yuk!" Ajak Gus Ilham, mengiringi anaknya ke dalam kamar mandi.

"Arsya tau cara wudhu?"

"Lupa." Kata anak itu singkat.

"Yaudah ikutin abah ya. Pertama basuh kedua tangan sebanyak tiga kali. Kemudian berkumur..."

Setelah semua gerakan wudhu terlaksana, Gus Ilham menguyar rambut Arsya yang sedikit berantakan.

"Masih marah?" Tanya Gus Ilham dengan hati-hati. Dan Arsya kembali mengangguk.

Gus Ilham menghela nafas panjang. Ternyata sifat emosinya ini menurun kepada putranya.

"Yaudah tunggu abah ya, ambil wudhu dulu." Kata Gus Ilham beranjak menuju kamar mandi.

Selang beberapa menit, Gus Ilham keluar melihat keadaan Arsya yang masih mengepal tangannya, cuaca yang terik ditambah hati yang berapi-api memang susah dipadamkan.

"Ayo kita sholat."

"Sholat apa? Aca udah sholat kok!" Kata anak itu sewot.

"Sholat lagi lah," kata Gus Ilham menggelar sajadahnya.

"Ayo Arsya," kata Gus Ilham.

Setelah selesai sholat, Gus Ilham membawa putranya ke atas pangkuan nya. Lalu Gus Ilham memegang puncak kepala anaknya.

"Ya Bar! Ya Bar! Ya Bar! Ya Bar! Ya Bar! Ya Bar! Ya Bar!"

"Ya said! Ya said! Ya said..." ucap Gus Ilham sampai tujuh kali.

"Abah."

"بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡرِ

وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِؕ

لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِ  ۙ خَيۡرٌ مِّنۡ اَلۡفِ شَهۡرٍؕ

تَنَزَّلُ الۡمَلٰٓٮِٕكَةُ وَالرُّوۡحُ فِيۡهَا بِاِذۡنِ رَبِّهِمۡ‌ۚ مِّنۡ كُلِّ اَمۡرٍ

سَلٰمٌ هِىَ حَتّٰى مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ

Setelah membacakan surah Al qodr pada Arsya sebanyak tiga kali, Gus Ilham meniup kepala putranya.

"Napa abah tiup kepala Aca?"

"Mudah-mudahan Arsya menjadi anak berbakti, anak yang selalu dekat dengan al Qur'an dan amal sholeh." Kata Gus Ilham mencium keningnya Arsya kembali.

~o0o~

Sedangkan dari lantai bawa, tangis Arsyi meredah setelah Aisyah memberikan satu buah es krim. Untung saja, ada satu es krim yang tersisa di dalam kulkas.

"Bukan calah Aci kan, umi?" Tanya anak itu mendongak menatap sang umi.

"Iya, salah umi, suruh Arsyi jual kucingnya." Kata Aisyah.

"Tukan, Aca halus tau umi! Nanti Aci mau balas dendam!" Kata Arsyi berapi-api.

"Nggak boleh." Ucap Aisyah. "Kalau ada yang jahat sama kita, Rasulullah mengajarkan balas dengan kebaikan."

"Tapi Aca pukul pipi Aci, cakit umi!"

"Tapi sebanding kan, Arsyi juga jual kucing Arsya?"

"Tapi Aca nda laca cakit!" Arsyi melayangkan protes. "Pipi Aci yang cakit, Aci kolban!"

Aisyah menghela nafas berat. "Arsyi, sakit itu bukan cuma dipukul aja. Rasa sakit itu banyak macamnya nak. Memang secara fisik Arsya nggak sakit, tapi hatinya, siapa yang rasa selain Arsya. Pasti Arsyi juga sakit hati kan, Kalau semisal es krim Arsyi di buang Arsya, perasaan nya gimana?"

"Malah." Kata Arsyi dengan cadelnya.

"Nah, begitu juga dengan Arsya." Kata Aisyah. "Pokoknya kalian harus saling maaf memaafkan ya?"

Anak itu terdiam, tampaknya ia mulai mencerna ucapan dari Aisyah barusan. Aisyah berharap, Arsyi dapat mengerti penjelasan nya.

"Ya udah, coba Arsyi ikut kata umi." Ucap Aisyah. "Angkat kedua tangannya."

Arsyi membentang kan, kedua tangannya liris dengan dada.

"Ya Allah."

"Ya Allah." Ucap Arsyi.

"Jadikanlah aku perempuan yang sabar."

"Jadikanlah aku pelempuan yang cabal."

"Yang kuat,"

"Yang kuat!"

"Jadikan juga sebagai perempuan yang pemaaf dan mampu menghapus segala dendam, iri hati dan dengki,"

"Hah? Panjang banget umi, Aci lupa!"

Aisyah menghela nafas panjang. "Jadikan juga,"

"Jadikan juga!"

"Perempuan pemaaf."

"Pelempuan pemaaf."

"Dan mampu menghapus segala dendam."

"Menghapus segala dendam."

"Iri hati dan dengki."

"Ili hati dan dengki."

"Jadikan aku perempuan yang mampu mengobati luka dihati."

"Jadikan pelempuan mampu obat luka dihati." Ucap Arsyi mengikuti yang ditangkap nya saja.

"Dengan penuh kesabaran dan keikhlasan,"

"Aamiin!" Kata Arsyi.

Aisyah melototi. "Dan! jadikan hamba perempuan yang mampu menahan amarah dengan istighfar."

"Aamiin!" Ucap Arsyi begitu keras.

~o0o~

Malam harinya, Gus Ilham dan Aisyah memutuskan untuk pisah kamar sementara waktu, sampai keadaan anak-anak mereka kembali membaik.

Dalam kamar, Aisyah menghela nafas panjang, setelah berhasil menidurkan Arsyi yang sangat cerewet. Bocah itu sangat antusias tidur berdua dengan uminya. Ia merasa, ini waktu para cewek-cewek berkumpul.

Aisyah lalu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Dimana sedari tadi tak berhenti bunyi notif masuk.

....

BEBAN DUNIA AKHIRAT

FATIA : @Umi Aicah, aku sama Luna otw ke kota kamu nih, jadikan jalan-jalannya?

LUNA : Pokoknya nggak boleh wacana, kita beban dunia akhirat anti wacana-wacana!

Insyaallah, kalian doa aja mudah-mudahan Gus Ilham sibuk

FATIA : Lah, dimana-mana kalau mau jalan sama teman itu, berdoa biar suaminya nggak sibuk, jadi ada yang jagain anaknya. Lah ini??????

LUNA : 2in. Istri yang aneh

Doa aja deh, doa kalian berdua kan selalu manjur :)

FATIA : IIYA WEH, WAKTU ITU KITA DOA BIAR AISYAH SAMA GUS ILHAM BERJODOH!!

LUNA : Ya Allah dari sekian banyak doa, doa itu yang lebih dulu di kabulkan.

....

Aisyah tertawa membaca semua isi pesan dari Fatia dan Luna. Mereka berdua sedang ber-nostalgia, saat-saat masih di pesantren.

Jika berkelana pada waktu itu, Aisyah sering sekali berbohong demi menyembunyikan pernikahan nya.

Ting!Satu notif masuk, menguyar lamunan Aisyah.


GUS GALAK
•keluar dong, aku ada di depan kamar kamu

Sebelum beranjak, Aisyah memastikan posisi tidur putrinya. Ia juga memasang banyak bantal di kedua sisi anaknya agar tidak jatuh. Apalagi Arsyi ini masih tepat menjadi bocah aktif saat tidur sekalipun.

Ceklek!

"Arsyi udah tidur?" Tanya Gus Ilham.

Aisyah mengangguk. "Kalau Arsya gimana? Dia masih marah kah?"

"Lumayan, insyaallah, besok membaik."

Aisyah kembali mengangguk. Sedangkan Gus Ilham menatap penampilan Aisyah dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Seksi banget," komen Gus Ilham.

"Hah? Masa sih?" Aisyah tertohok menatap dirinya. Daster selutut dan lengan baju berbentuk tali, memang tampak begitu terbuka dari penampilan Aisyah biasanya.

Gus Ilham lalu melepas piyama tidurnya, hingga menyisakan baju dalamnya, kemudian Gus Ilham memasang piama itu pada tubuh Aisyah.

"Mentang-mentang kita pisah kamar ya," kata Gus Ilham mencubit pipi Aisyah.

"Di kamar panas tau, Aisyah nggak bisa naikin suhu ruangan, Arsyi nggak suka dingin katanya."

"Kita tidur di ruang keluarga aja yuk," ajak Gus Ilham.

"Enggak ah, Aisyah mau di kamar aja." Ujarnya hendak masuk.

"Eh mau kemana, suami belum selesai ngomong, main pergi aja!" Kata Gus Ilham setelah menahan istrinya.

"Apa sih, mas?" Tanya Aisyah jengah.

"Aku mau makan, kamu harus temenin." Ucap Gus Ilham langsung menarik istrinya tanpa persetujuan.

Sesampainya di dapur, Aisyah langsung memasak air, karena Gus Ilham meminta di buatkan mie saja.

Sambil menunggu air mendidih, Aisyah menghampiri suaminya. "Ini," Aisyah menyodorkan dompetnya.

"Apa?" Tanya Gus Ilham.

"Kamu aja deh, yang atur keuangan." Kata Aisyah.

Gus Ilham terangkat, ia menatap Aisyah sambil menghembuskan nafas panjang. "Kamu tersinggung?"

"Nggak apa-apa. Lagian semua isinya uang kamu semua kok, Aisyah pegang kartu atm sendiri."

"Uang aku, uang kamu juga." Kata Gus Ilham. Sedangkan Aisyah hanya diam tidak lagi menanggapi ucapan suaminya.

"Matiin sana kompor nya," titah Gus Ilham.

"Airnya belum mendidih-"

"Matiin aja, aku mau ngomong serius sama kamu."

Aisyah menuruti. Ia segera mematikan kompor nya dan kembali pada suaminya. Gus Ilham langsung menarik Aisyah duduk dihadapan.

"Jujur, kamu tersinggung sama ucapan ku?"

"Iya, Aisyah nggak suka, kamu ngomong gitu. Aisyah tau kok kamu kerja buat mereka. Aisyah juga nggak pernah mau membatasi jajan Arsya sama Arsyi. Aisyah cuma mau mereka nggak boros."

Gus Ilham mengangguk. "Aku minta maaf."

Aisyah menghela nafas. Kemudian mengangguk singkat. "Iya."

Gus Ilham tersenyum, setelah satu masalah kecil. Mereka tidak lagi seperti dahulu kala, tidak lagi sama-sama egois, semua sudah berubah.

"Aisyah." Panggil Gus Ilham.

"Apa?"

"Ada satu nasehat emas dari Abu Darda kepada istrinya. Beliau berkata 'Jika aku marah (berusahalah) buat aku tenang. Dan jika kamu yang marah, maka aku akan (berusaha) membuat mu ridho. Karena jika tidak demikian, maka begitu cepat kita akan bercerai."

"Aku harap dengan adanya nasehat dari Abu Darda itu, kita selalu bisa menyelesaikan dengan kepala dingin dan kedewasaan." Kata Gus Ilham mengusap kepala Aisyah.

Aisyah mengangguk, mencium punggung tangan suaminya. "Ridho-in, Aisyah ya mas."

"Aamiin." Kata Gus Ilham. "Oh yah, katanya marah itu cepat tua. Tadi aku sama kamu marahan. Berarti kita marah berdua itu namanya menua bersama, kan?"

"Ish! Aneh-aneh aja kamu mas!" Tegur Aisyah, Sedangkan Gus Ilham tertawa. Sebenarnya kata-kata itu, ia dapat dari story WhatsApp Ustadz Abraham.

"Jadi makan nggak?" Tanya Aisyah.

"Makan kamu aja boleh?" Tanya Gus Ilham sambil menaik-turunkan alisnya.

"Nggak ada kamar kosong mas." Kata Aisyah berbisik, ikut menggoda suaminya.

"Di ruang tamu aja, ada sofa kok, disana."

"Ihhhhh!" Sentak Aisyah.

Gus Ilham tertawa. "Makan mie aja deh, lain kali aja makan kamunya."

******

Mari ucapkan Alhamdulillah setelah membaca sampai habis. Jangan lupa vote ya. Ambil baiknya dan buang buruk nya.

Jangan lupa follow akun Instagram @wattpadasya

Dari 1-10 dapat berapa nih?

Jangan lupa spam next pakai emoji yang warna pink

See you next part, Assalamualaikum 🩷
Rabu, 07 Juni 2023

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

353K 125 9
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
1.7M 120K 56
Spiritual - Romansa Kisah seorang perempuan yang ditinggal nikah oleh laki-laki yang pernah menyuruhnya untuk menunggu selama 2 tahun. Namun takdir...
42.2K 6K 15
Ketika hidup seseorang memiliki cerita masing-masing.
4.5M 552K 51
Hawa terlahir dari rahim seorang Ibu, yang berstatus sebagai istri kedua. Karena kutukan dari istri pertama sang Ayah, kelima kakaknya meninggal dun...