Jin Nasab (Warisan sang leluh...

By Arkyanam

48.4K 3.2K 54

Karena perjanjian leluhurnya dengan bangsa jin, Amira harus menanggung akibatnya. Dalam tubuhnya bersemayam b... More

Bayangan hitam besar
Benci laki-laki
Amarah
Kenyataan
Harum melati tengah malam
Merasa di ikuti
Cicak (mata-mata)
Tebakan jitu
Lelaki tampan dalam mimpi
Makhluk di dalam danau
Tindihan saat tidur siang
Pernikahan paksa
Penolakan & Pertengkaran
Hantu di kuburan
Mimpi buruk
Terkena tipes
Laki-laki misterius
Jatuh dari ketinggian
Bisikan menyesatkan
Debat di acara pernikahan
Kerasukan
Disukai jin
Diserang
Kantuk dengar murottal
Tempat makan (penglaris)
Tiba-tiba sesak nafas
Diberi rasa takut luar biasa
Kerasukan lagi
Pernahkan mimpi ber?
Keributan ghaib di kamar
Berangkat Ruqyah
Jin nasab
Godaan (tipuan) jin
Belatung dalam makanan
Pusing di keramaian
Mimpi ???
Perubahan sikap Rama
Harimau
Ingin menyerah
Hamil
Ruqyah yang ke 2
Ikrar pemutus
Akhir
Bahagia

Firasat

1.4K 95 0
By Arkyanam

Seharian Amira mengurung diri di kamar setelah pertengkarannya dengan sang ayah. Amira sendiri juga tidak mengerti mengapa ia bisa bertingkah kasar dengan berani menyentak ayahnya.

"Sudah mau Maghrib. Tolong panggil Amira, Bu. Ayah khawatir anak itu ketiduran." Pinta Ayah sambil memakai peci hendak berangkat ke masjid.

Semarah apapun orangtua terhadap anak. Perhatian mereka tidak akan pernah berkurang.

"Ayah sudah tidak marah lagi kan sama Amira?" Tanya ibu.

"Mau semarah apapun Ayah. Amira putri kita satu-satunya." Jelas Ayah. 

"Apa kita terlalu memanjakan Amira ya Yah? Amira jadi berani seperti itu?" Duga Ibu.

"Mungkin tadi pagi dia cuma kesal saja. Makanya putri kita hilang kendali. Cepat panggil Amira. Ayah berangkat dulu." Pamit Ayah untuk melaksanakan jama'ah sholat Maghrib.

"Amira, Nak.." Ibu mengetuk pintu kamar Amira.

"Amira..." Sekali lagi ibu memanggil nama Amira karena belum mendapat sahutan dari dalam.

"Kamu dengar ibu kan. Maghrib ini, kamu jangan tidur." Dengan sabar ibu masih mengetuk pintu.

Lagi-lagi tidak ada sahutan. Ibu mencoba menarik handle pintu dan untungnya tidak terkunci dari dalam. Dilihatnya Amira bergelung selimut. Ibu menghembus nafas kasar, sudah diingatkan berkali-kali tidak baik tidur di waktu menjelang Maghrib.

"Anak ibu.." Ibu menepuk bahu Amira dibalik selimut itu. Duduk di tepi ranjang.

"Apa Bu?" Sahut Amira malas sambil melepas guling yang ia dekap. Terlihat kedua matanya membengkak. Bekas sebuah tangisan.

"Ibu kira kamu tidur. Mandi sana terus sholat." Ibu mengelus lembut kening Amira.

"Ayah udah ke masjid ya Bu?" Tanya Amira. Ibu mengangguk.

                                   ***
"Ayah maafin Amira. Amira udah ngebentak Ayah pagi tadi." Amira memeluk pinggang Pak Hadi setelah mereka selesai makan malam.

"Ayah maafin. Tapi kamu juga harus minta maaf sama Rama." Jawab Ayah mengelus kepala Amira yang tertutup kerudung instan.

Amira tidak tahu kapan Rama pulang dari rumahnya karena setelah membentak ayahnya, Amira berlari ke kamar. Menangis sepuasnya di sana bahkan Amira juga melupakan makan siang. Gadis itu keluar kamar hanya untuk sholat saja.

Sejujurnya berat bagi Amira untuk minta maaf kepada pemuda itu. Amira hanya mengungkapkan isi hatinya agar Rama mengerti akan penolakannya.

"Harus ya Yah?" Tanya Amira.

"Harus. Setelah ini kita ke rumahnya Rama. Kita jenguk ibunya Rama." Ajak Pak Hadi. Mau tidak mau Amira harus menuruti ucapan ayahnya.

Ibunya Rama baru kemarin pulang dari rumah sakit. Entah beliau sakit apa Amira sama sekali tidak tahu. Untuk bertanya kepada ayah dan ibunya saja Amira terlalu malas.

Memasuki rumah Rama setelah mengucap salam. Di sana mereka disambut dengan suka cita. Rama tersenyum ramah ke arah Amira, menyingkirkan sikap kasar Amira pagi itu.

Amira berdehem singkat ketika pandangan Rama tidak teralihkan darinya. Ia sangat risih, jika tidak ada para orangtua. Amira akan menonjok muka Rama. Biar laki-laki itu tau rasa.

"Alhamdulillah, kondisi Bu Rani sudah lebih baik sekarang." Ucap ibu menggenggam tangan Bu Rani.

Ibunya Rama tengah bersandar di kepala ranjang. Mereka berada di ruang tengah. Sementara Amira, Pak Hadi, Pak Samsul dan Rama duduk di kursi. Adiknya Rama, Rania tengah di dapur membuat minuman untuk mereka.

"Terima kasih atas kunjungannya Bu Halimah." Ucap Bu Rani pelan.

"Amira apa kabar?" Dengan suara lirih Bu Rani bertanya.

"Sini Nak duduk di sini.'' Bu Halimah menyuruh Amira untuk duduk di dekat Bu Rani.

"Alhamdulillah baik Budhe." Jawab Amira sopan sambil mencium tangan wanita paruh baya itu. Entah kenapa saat melihat wajah ibunya Rama, Amira merasa ada yang aneh.

"Mungkin perasaanku saja." Batin Amira menepis firasat buruk yang akan terjadi.

Tak lama Rania datang dengan membawa nampan berisi lima cangkir teh. Membuat ketiga pria itu menghentikan obrolan mereka.

"Mbak Amira makin cantik aja." Puji Rania, gadis yang saat ini duduk di bangku kelas dua SMA.

"Iya, Budhe juga sampai pangling." Sahut Bu Rani lirih menatap Amira dengan pandangan kasih sayang.

Di tatap seperti itu Amira ingin menangis. Bukan karena pujiannya tapi lagi-lagi perasaan yang tidak bisa Amira jabarkan. Hati Amira berkata sesuatu tapi Amira berusaha menghilangkan prasangka itu.

"Jelas tho Bu, lha wong Amira ini poto kopian saya." Ucap Bu Halimah percaya diri membuat Bu Rani dan Rania tertawa.

Amira meringis dengan sikap pedenya sang ibu.

"Cocok ya Ran bila Mbak Amira bersanding sama Masmu." Lirih Bu Rani kepada Rania.

"Cocok banget Bu." Rania mengangkat dua jempolnya. Amira hanya menampilkan senyum paksanya.

"Keinginan terbesar saya ya cuma satu Bu Halimah, pengen Nak Amira jadi menantu saya." Bu Rani menggenggam tangan Amira membuat Amira tersentak kaget.

"Astaghfirullah." Amira beristighfar dalam hati.

                                   ***

Amira membolak-balikkan badannya. Miring kanan miring kiri tapi ia tak kunjung tertidur. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Pikiran Amira masih terbayang-bayang oleh wajah Bu Rani, ibunya Rama.

KREK..

Amira terlonjak kaget ketika mendengar suara burung yang bagi warga sekitar adalah penanda akan ada orang meninggal.

"Ya Allah, Ya Allah. Astaghfirullahal 'adzim."

Amira semakin gelisah dan takut. Apa ia harus mengatakan pada kedua orangtuanya. Suara burung tadi sangatlah jelas.

"Ya, aku harus mengatakan pada ayah dan ibu."

Amira bangkit dari tidurnya pergi ke kamar orangtuanya. Di ketuk pelan pintu bewarna coklat itu hingga mendapat sahutan dari dalam.

"Kenapa belum tidur. Besok kamu harus kerja kan?" Tanya Ayah setelah membuka daun pintu.

"Emm, Yah.." Amira gugup untuk mengatakannya. Takut kedua orang tuanya tidak percaya dengan ucapan yang akan keluar dari mulutnya.

"Ada apa? Kamu nggak bisa tidur karena takut tidur sendirian?" Tebak Ayah.

"Bukan." Sahut Amira cepat.

"Terus ada apa Nak?" Tanya Ayah lagi.

"I-itu.. a-ada sesuatu yang m-mau a-aku omongin." Jawab Amira terbata-bata.

"Iya apa?" Ayah jadi gemas sendiri.

"Hufft.."Amira menghirup oksigen sejenak. "Bud-dhe Rani tidak akan lama lagi umurnya." Ucap Amira sambil memejamkan mata.

"Jangan ngomong ngawur, Nak. Tahu dari mana kamu usia seseorang!" Ayah seakan shock.

"Iya Yah. Aku nggak bohong, aku bicara fakta. Hati aku yang ngomong." Amira menepuk dadanya.

"Kamu kenapa jadi ngelantur gini?" Ayah sampai geleng-geleng kepala.

Amira menggenggam kedua tangan Pak Hadi.

"Yah, aku juga nggak tahu kenapa aku bisa tahu rahasia ilahi itu. Tapi aku benar-benar merasakannya Yah. Apalagi saat Bu Rani memegang tanganku. Tadi juga aku dengar suara burung Krek." Mata Amira berkaca-kaca. Mengatakan tidak ada keraguan di sana.

"Aku takut jika itu sampai terjadi Yah?" Amira menangis tergugu di hadapan ayahnya.

Pak Hadi menarik Amira ke dalam pelukannya.

"Pertanda apa ini Ya Allah." Batin Pak Hadi. Ia juga mendengar suara burung tersebut.

.

.

.
3 Juni 2023




















Continue Reading

You'll Also Like

4.5K 443 13
Obsesi seorang sahabat menyeretku masuk dalam pusaran masalah yang membuat bulu kuduk merinding
93.9K 7.6K 87
[COMPLETED] Kematian seorang Guru di SMP GENTAWIRA membawa Zuna dan Diana kembali ke sekolah lama mereka. Awalnya hanya Zuna yang ditugaskan untuk me...
25.7K 2.3K 56
🍀(Seri pertama : kota zombie)✅ Bertahan hidup ditengah hancurnya kota, dengan dua anak balita bersamaku. Membuat perasaanku menjadi campur aduk, apa...
4.6K 543 18
"KAMI SEMUA SELAMAT TAPI TIDAK DENGAN......" "SI GADIS CARAMEL."