Best Scandal

By desiariaa

1.8K 233 23

Ada sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tr... More

Scandal - 1
Scandal - 2
Scandal - 3
Scandal - 4
Scandal - 5
Scandal - 6
Scandal - 7
Scandal - 8
Scandal - 10
Scandal - 11
Scandal - 12
Scandal - 13
Scandal - 14
Scandal - 15
Scandal - 16
Scandal - 17
Scandal - 18
Scandal - 19
Scandal - 20
Scandal - 21
Scandal - 22
Scandal - 23
Scandal - 24
Scandal - 25
Scandal - 26
Scandal - 27
Scandal - 28
Scandal - 29
Scandal - 30
Scandal - 31
Scandal - 32
Scandal - 33
Scandal - 34
Scandal - 35
Scandal - 36
Scandal - 37
Scandal - 38
Untitled Part 39
Scandal - 40
Scandal - 41
Scandal - 42
Scandal - 43
Scandal - 44
Scandal - 45
Scandal - 46
Scandal - 47
Scandal - 48
Scandal - 49
Scandal - 50
Scandal - 51
Scandal - 52
Scandal - 53
Scandal - 54
Scandal - 55
Scandal - 56
Scandal - 57
Scandal - 58
Scandal - 59
Scandal - 60
Scandal - 61
Scandal - 62
Scandal - 63
Scandal - 64
Scandal - 65
Scandal - 66
Scandal - 67
Scandal - 68
Scandal - 69
Scandal - 70

Scandal - 9

36 4 0
By desiariaa

Matahari benar-benar bekerja maksimal hari ini. Panas, membara. Saking panasnya, banyak orang yang ingin berendam di kolam. Sayangnya itu tidak mungkin dilakukan, karena di jam-jam sekarang ini juga waktunya orang-orang untuk produktif. Entah bekerja atau bersekolah.

Seorang gadis berambut lurus, panjang hampir sepinggang, berkulit putih dan bertubuh sedang, tampak berjalan sempoyongan di area taman dekat gedung J. Gedung J sendiri merupakan markas BEST alias campbest berada. Dan di taman yang dirawat langsung oleh Seven itu, gadis itu jatuh.

Ia pingsan.

🎡🎡

Gedoran kencang yang sumbernya dari pintu tiba-tiba terdengar. Begitu berisik, begitu mengganggu. Sampai Topan yang ada di dalam campbest tidak bisa untuk tidak marah. Langsung ia buka pintu campbest. Dan sebelum sempat ia menyemprot orang yang berani menggedor pintu campbest sebegitu hebohnya, lebih dulu Ikky—si penggedor pintu—bersuara dengan suara yang panik dan kacau.

"A-ADA! IYA! ADA MA-MAY-MAYAT! ADA MAYAT!"

"HAH?!" Bukannya penasaran, Topan malah kesal karena ucapan Ikky yang tidak jelas.

Ikky yang panik dan ketakutan segera menerobos sisi kiri Topan agar tubuhnya yang jauh lebih kecil dari Topan bisa masuk. "ADA MAYAAAAT! DI LUAR ADA MAYAAAAT! HUAAAAAA!!"

Seven, Sakaris, Sana serta Marin yang saat ini tengah berada di campbest segera keluar untuk memastikan apa yang baru saja Ikky teriakan.

Terdapat seorang gadis tergeletak di area taman depan campbest. Membuat Seven, Sakaris, Sana, Marin dan Topan terkejut.

Dengan cepat, Sana berjongkok, memeriksa kondisi gadis itu. "Kayaknya dia pingsan."

"Bawa dia ke ruang kesehatan." Perintah Seven.

Memanfaatkan tubuh Topan yang besar, akhirnya gadis itu digendong dan dibawa olehnya ke ruang kesehatan. Untung saja jarak ruang kesehatan bisa terbilang cukup dekat.

Awalnya Topan tidak mau melakukan perintah itu. Namun karena Seven memerintahnya hingga dua kali, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menuruti dan menjalankan perintah sang leader.

"Ada apa ini?" di seperempat perjalanan, langkah Topan yang membawa gadis itu terhenti karena tanpa sengaja berpapasan dengan Elang yang baru keluar dari ruang kesiswaan.

"Minggir dulu bisa nggak, Pak? Saya lagi bawa nyawa anak orang." Dengan sedikit jengkel, Topan memohon pengertian dari Elang.

Elang pun segera menepi, memberi Topan jalan.

"Ada yang pingsan di depan campbest, Pak. Makanya Topan bawa dia ke ruang kesehatan." Sana mewakili menjawab pertanyaan Elang.

Elang menganggukkan kepala. Dan sebagai guru sekaligus wakil kepala sekolah yang baik, Elang memutuskan untuk ikut dengan Sana dan Topan ke ruang kesehatan.

Di dalam ruang kesehatan, gadis itu segera ditangani oleh dokter Mia yang berjaga. Tirai yang membungkus ranjang di mana gadis itu terbaring segera ditutup agar memberikan privasi bagi dokter Mia dan gadis itu sendiri. Topan, Sana dan Elang pun menunggu di luar area tertutup yang masih ada di dalam ruang kesehatan.

"Gue sekalian balik ke kelas." Ujar Topan enggan menunggu keterangan dokter Mia soal keadaan gadis yang tidak ia kenal.

"Makasih ya, Pan." Sana berkata dengan tulus.

Topan pun keluar dari ruang kesehatan. Bersamaan dengan dokter Mia yang menyibak tirai sehingga gadis yang masih terpejam itu bisa dilihat oleh Sana dan Elang. "Keadaannya stabil. Kemungkinan dia pingsan karena kelelahan, kepanasan dan... kelaparan."

"Eh? Kelaparan?" ujar Sana terkejut.

"Terima kasih, dok." Elang mewakili ucapan terima kasih pada dokter Mia.

Dokter Mia hanya tersenyum singkat membalas ucapan itu sambil kembali ke meja kerjanya.

"Pak Elang kenal siapa dia, Pak?" tanya Sana pada Elang.

Elang tampak sedang mengingat. "Saya nggak tau pasti namanya. Tapi kalo nggak salah, dia anak kelas 10."

Sana pun menganggukkan kepalanya. "Saya akan jagain dia. Bapak kembali aja ke kantor."

"Terima kasih ya, kamu dan teman-teman kamu sudah menjadi perwakilan murid yang baik." Ucap Elang terdengar tulus sebelum pergi dari ruangan itu.

Sana hanya tersenyum.

"Oh iya."

"Kenapa, Pak?" Sana bertanya karena tiba-tiba Elang menghentikan langkah dan membalikkan badan ke arahnya.

"Soal Marin. Apa dia ada masalah?"

"Marin nggak pernah bikin masalah kok. Cuma kepribadiannya aja yang sedikit berbeda dari anak-anak BEST lainnya."

Elang mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalo ada apa-apa sama dia atau dia bikin kalian nggak nyaman, tolong bilang ke saya ya?"

Sana terkekeh. "Marin pasti seneng deh, punya calon kakak ipar kayak Pak Elang. Care soalnya."

🎡🎡

Gadis itu terlonjak kaget melihat wajah Sana yang tepat berada tepat di atas wajahnya saat ia membuka mata setelah pingsan kurang lebih satu jam yang lalu. Ia sampai terbangun dan sontak kepalanya berbenturan dengan kepala Sana yang tidak sempat menyelamatkan diri. Akibatnya, kedua cewek itu sama-sama kesakitan di bagian dahi.

"Ma-maaf." gadis yang masih sedikit pucat itu segera meminta maaf. Bagaimana pun ia sadar, kalau ia masih junior.

"Nggak papa. Aku yang harusnya minta maaf karena udah ngagetin kamu." Sana segera tersenyum lebar.

Cantik. Kakak kelasnya ini benar-benar cantik. Gadis itu sampai terdiam karena terpana dengan kecantikan Sana. Tidak seperti Ribi yang berambut panjang, dengan warna coklat tua dan sedikit bergelombang, atau Marin yang berambut panjang, hitam legam dan lurus, rambut Sana ini hanya sebahunya saja. Pendek. Memang. Tapi hal itu tidak mengurangi kecantikannya. Ditambah pribadinya yang ramah, baik hati dan murah senyum. Hampir semua orang sepakat, kalau ia adalah cewek paling cantik di BEST.

Gadis itu tidak menanggapi permintaan maaf Sana. Ia malah bingung sambil memperhatikan ruang kesehatan. "Kenapa ada di sini?" ia menggumam tanpa sadar.

"Tadi kamu pingsan di area depan campbest. Terus kamu dibawa ke sini." Jelas Sana.

Kedua mata gadis itu sontak melotot. Ia kaget. Ia terkejut. Ia juga malu. Bisa-bisanya ia pingsan? Di depan campbest? Dan... dibawa ke sini? Bagaimana dirinya dibawa sampai di ruang kesehatan? Ditarik? Diseret? Atau digendong?

"Ngomo—"

Kriyuk... kriyuk...

Makin malu saja gadis itu karena tiba-tiba perutnya berbunyi dengan lancang dan kencang. Dokter Mia yang duduk di meja kerjanya pun ikut mendengar dan tersenyum kecil. Sedangkan Sana? Ia terkekeh. Sontak wajah si gadis memerah brutal.

"Mau aku temenin ke kafetaria?"

🎡🎡

"Apa nggak papa? Sekarang kan udah harusnya pelajaran." Gadis itu tampak tidak enak, tidak nyaman sekaligus gelisah. Pasalnya saat ini harusnya ia dan Sana berada di kelas untuk mengikuti pelajaran. Tetapi mereka berdua malah makan di kafetaria.

Sana menggeleng pelan. "Nggak papa. Aku udah minta tolong dokter Mia buat ijinin kamu."

"Emangnya dokter Mia tau kelas saya?"

Tau. Sudah jadi tugas dokter Mia untuk mencatat siapa saja yang datang berkunjung ke ruang kesehatan. Dalam catatannya, ia akan menuliskan nama siswa, kelas dan keluhan atau sakit yang diderita si pasien.

"Kelas 10-6. Anjani Roro Prasasti."

Gadis itu menganggukkan kepalanya pelan, lalu menenggelamkan wajahnya dengan cara menunduk.

"Kamu masih pusing? Mau kembali ke ruang kesehatan aja?" melihat Anjani seperti itu, membuat Sana jadi khawatir.

Segera Anjani gelengkan kepalanya. "Saya udah baik-baik aja, Kak."

Helaan nafas lega segera terdengar. "Syukur deh. Ayo, makanannya dihabisin ya?"

Anjani hanya bisa menurut. Menghabiskan makanan di hadapannya. Sebab ia memang lapar sejak tadi pagi. Sebab lain adalah karena ia tidak bisa menolak kebaikan Sana yang sudah rela bolos pelajaran demi menemani dirinya makan di kafetaria.

Benar ya, BEST sebaik itu?

🎡🎡

Bisa dibilang project kali ini adalah project dadakan yang diambil oleh kepala sekolah tanpa berunding lebih dulu dengan BEST. SMA Tribe ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara lomba sains tingkat SMP. Awalnya lomba tersebut akan dilakukan di SMP Tribe yang masih satu atap yayasan dengan SMA Tribe. Tetapi karena terkendala teknis, SMP Tribe tidak bisa menyelenggarakannya. Akhirnya, ketua panitia perlombaan berdiskusi dengan petinggi yayasan Tribe memutuskan untuk mengubah tempat acara di SMA Tribe. Kepala sekolah SMA Tribe tak punya pilihan lain, sebab penunjukkan itu dilakukan langsung oleh ketua yayasan.

Nah, tugas BEST adalah untuk mempersiapkan dan memastikan keberlangsungan acara itu dengan lancar serta memberikan sambutan untuk para peserta lomba nantinya. Karena selain sekolah mereka akan didatangi adik-adik SMP, para orang tua peserta lomba juga turut hadir. Bukan tidak mungkin, mereka akan melihat-lihat seperti apa SMA Tribe yang selama ini terkenal dengan reputasi baiknya.

Tidak seperti SMA lain yang para siswanya sering terlibat tawuran, SMA Tribe tidak. Namun bukan berarti tidak pernah. Tetap pernah, namun hanya sekali dan itu terjadi sekitar lima tahun yang lalu. BEST beserta pihak sekolah langsung menyelesaikan persoalan itu hingga ke akar sebelum makin jadi.

Selain tawuran antar pelajar, SMA Tribe juga melarang murid-muridnya untuk terlibat dalam komunitas yang dinilai tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Seperti misalnya komunitas geng motor, komunitas pendukung partai tertentu, komunitas sekte maupun gangster. Apabila sampai ada murid SMA Tribe yang bergabung dalam komunitas-komunitas seperti itu, murid tersebut akan dikenakan sanksi serius.

Untuk memantau dan mencegah hal-hal seperti itulah, salah satu alasan lain kenapa BEST dibentuk dan dibutuhkan.

Terdengar kolot dan membosankan? Ya, mungkin. Tapi itulah yang harus dipertahankan bagi seluruh anak yang ingin dan mau bertahan di SMA Tribe.

"Project ini nggak seberat project kita yang kemarin. Jadi gue rasa harusnya nggak bakal ada masalah nggak terduga." Seven edarkan kedua matanya kepada anggota BEST lain.

"Who knows?"

"Jangan pesimis gitu dong! Kali ini pasti beneran lancar." Sakaris langsung menabok lengan Gangga.

"Nggak seberat kemarin sih. Tapi kayaknya ada yang nggak sependapat." Ribi bersiul sambil memperhatikan wajah Topan yang kusut.

"Ada masalah, Pan?" Seven langsung peka.

"Nggak ada." Topan membuang muka. Enggan jujur.

"Kalo ada, lo bisa sampein sekarang."

"Gue bilang nggak ada!" ulang Topan dengan menaikkan oktafnya.

"Oke. Nggak ada." Seven pun berkesimpulan walaupun aslinya ia tau Topan tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Dari BEST.

"Udah bisa pulang?" Marin sudah sangat siap untuk segera keluar dari campbest.

"Satu lagi." ucapan Seven menahan gerakannya.

"Apa lagi?" tanya Topan sembari mendesis.

"Kepala sekolah janji bakal ngasih kita reward setelah project ini selese."

"Reward apa, Kak?" Ikky bertanya dengan cepat dan antusias.

"Ngasih kita liburan gratis."

🎡🎡

Dengan sewot, Marin kembali menutup pintu mobil SUV berwarna putih yang baru saja ia naiki. Begitu duduk di samping kursi supir, ia segera menghembuskan nafasnya kasar.

Seseorang yang sudah menunggunya beberapa menit yang lalu segera memutar tubuhnya. "Capek?"

Marin balas pertanyaan itu dengan sebuah lirikan kesal. "Nggak ada habisnya."

Sang calon kakak ipar hanya tersenyum menanggapi keluhan adik dari kekasihnya. Terlihat jelas wajah Marin memang lelah. Tidak dipungkiri, menjadi anggota BEST memang menguras energi. Juga waktu. Tidak heran jika anak-anak BEST jarang terlihat bersosialisasi dengan siswa-siswa lain. Keseharian mereka sudah tersita untuk belajar dan mengerjakan project demi project yang terus berdatangan.

"Sampai di rumah nanti, langsung istirahat ya? Dan jangan lupa makan." Elang memberikan nasehat disertai dengan senyuman yang begitu manis terhadap calon adik ipar sekaligus anak didiknya itu.

"Iya, Elang." Ujar Marin membalas ucapan penuh perhatian dari Elang. Sekaligus membalas sebuah genggaman tangan yang Elang beri untuknya.

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 264K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2K 123 82
EPHEMERAL Sejenak beralih dari ~Don't Leave Me~ dan ~Psychopath Doctor~, Ucu Irna Marhamah kembali menulis novel romance di tahun ini. Hope you like...
1.2M 113K 32
FOLLOW DULU SEBELUM BACA 🌼🌼🌼 Jika sebuah nama adalah doa, maka mungkin saat itu doa itu entah tersangkut dimana. Eldenis. Bagian dari nama Raka El...
78.1K 616 3
Davira Putri nekad menginjakkan kakinya di universitas Erlangga, meski hanya bermodalkan beasiswa. Ia mempertaruhkan segalanya demi memasuki kampus b...