PESONA GUS ( SUDAH TERBIT)

By AniCyra

4M 259K 13.6K

Sebagian part telah dihapus demi kepentingan penerbit ❌ . . . . . Ini kisah Khalisa Salsabila yang terpesona... More

1.Awal masuk
2. Teletubbies
3. Gosipin Gus
4. Kedatangan Gus
5. Menabrak sesuatu
6. Lipstik kila
7. kepikiran
8. Jurus kila
9. Misi 1
10. Misi 2
11. orang baru
12. kedatangan Abah ummah
13. kembalinya JIROS
14. Liburan pondok
15. Abang?
16. di Hadang
17. Kebaikan menimbulkan hikmah
18 . Gunung Es dan gunung Bromo
19. No baru ?
20. Apakah ini mimpi?
21. kenyataan
22. gara-gara kotak
23. Gak suka di panggil Gus !
24. Adek psikopat
25. Gara-gara sosis gulung
26. Syarat tak menguntungkan
27. Cakaran maut
28. Imbalan
29. Pengakuan
30. Dapat hukuman
31 Nenek Lampir
32. Elusan hangat
33. Mulai nakal
34. Memfitnah.
35. Mengobati
36. Mode manja
37. Curiga!
38. Army dalam pondok.
39. Sebagai obat luka
40. Semangkok mie berdua
41. Malam spesial
42. Izin pergi
43. Gadis yang malang.
44. Butuh sandaran
45. Amaraha Rafan
46. Fakta yang terungkap
47. Pulang ke pondok
48. Surat misterius
49. Kelemahan Rafan
51. Pelaku penculikan
52. Misi penyelamatan
53. Redupnya sang mentari
54. Merelakan
55. Kecebong Rafan
56. Ngidam part 1
57. Ngidam part 2
58. Hari kelulusan
59. Kamar Al-laits.
60. Akhir dari semuanya.
Pengumuman PO

50. Gadis sabuk putih

56.4K 3.6K 397
By AniCyra

Pagi ini Lisa berniat memasakkan makanan buat Rafan. Selepas pengajian tadi, gadis itu bergegas menuju dapur ndalem. Sedangkan Rafan masih berada dalam kamar.

Setibanya di dapur, Lisa membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan untuk ia masak. Seperti sayuran, ati ampela, sosis dan satu butir telur. Ia berniat membuat nasi goreng ati ampela kesukaan Rafan.

Beruntungnya kondisi dapur masih sepi belum ada santriwati yang datang piket jadi ia bisa segera memasak tanpa malu. Pertama kalinya Lisa masak makanan untuk sang suami selama mereka menikah.

Pertama Lisa mencuci sayuran dan bahan yang lainnya. lalu ia potong kecil-kecil bahan tadi yang sudah ia cuci. Tangan mungilnya sangat telaten memotong bahan-bahan tersebut dengan benar.

Ok. Selesai semua dipotong. Lisa menumis bumbu yang sudah ia ulek sampai sedikit wangi, terus ia masukkan sayurannya dan bahan yang lainnya. Tunggu beberapa menit kalau sudah mulai layu baru nasi putih ia masukkan terakhir dan ia aduk sampai benar-benar mateng.

Gadis itu sangat asik memasak tanpa ia sadari sebuah tangan kekar melingkar manis diperutnya.

Grep

"Astagfirullah!" Kaget Lisa karena Rafan yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. "Mas! Bikin kaget aja," dengus Lisa. Ia kembali fokus pada masakannya.

Sang pelaku hanya cengengesan tanpa merasa bersalah, "lagi ngapain, bee?" Kepalanya ia sandarkan di bahu Lisa.

"Lagi konser," jawabnya ketus, masih fokus masak tanpa berpaling.

Rafan terkekeh geli, "ooh, konser. Konser apa bee?" tanyanya lagi yang membuat Lisa mulai kesel.

"Mending mas duduk sana," usirnya dengan nada mulai kesel lantara pria tersebut masih bertengger di pundaknya kayak cicak yang nemplok di dinding.

Gue mau cicak modelan dia🤸

Seakan-akan tuli, Rafan makin mempererat pelukannya tak beranjak dari pundak Lisa. Dan akhirnya Lisa membiarkan pria itu melakukan apapun sesukanya. Sesekali Rafan mencuri ciuman di pipi chubby Lisa dan sampai mengigit pipinya membuat sang empu mengadu kesakitan atas ulahnya yang terlewat batas.

"Aww! Mas sakit tahu," dengus Lisa berbalik menghadap Rafan.

"Habisnya gemesin sih." Seraya mengusap lembut bekas gigitannya.

Gue rela kok digigit sama mas Rafan🤸

"Ya, Jangan digigit kali. Emangnya pipi Lisa makanan yang digigit-gigit." Lisa mencebik kan bibirnya kebawah dan langsung melanjutkan pekerjaan lagi.

"Kalau marah tambah cantik, ya." Rafan mengeluarkan jurus gombalnya tapi tak mempan bagi Lisa karna sudah basi.

"Jangan marah, bee. Maaf." Ucapnya seraya kembali memeluk tubuh Lisa.

Lisa tak menggubris ia hanya fokus pada nasi gorengnya. Setelah matang, baru ia memindahkannya diatas piring yang telah ia siapkan.

Sebelum itu Rafan menahan tangan Lisa. "Sini, biar mas aja." Seraya mengambil teflon panas yang dipegang Lisa. Lisa membiarkan Rafan membantunya.

Dengan perlahan Rafan menuangkan nasi goreng yang telah matang diatas piring. Kemudian Rafan meletakkan teflon tersebut diatas kompor lagi.

Lisa mengambil alih piring yang berisi nasi goreng dan berjalan ke arah meja makan. Rafan mengekor dari belakang dan duduk manis diatas kursi.

"Mas di cobain makanannya," ujar Lisa setelah duduk menghadap pada Rafan.

Pria itu tersenyum lebar selebar samudra Pasifik pada Lisa. Sebelum itu, Rafan mengipasi nasi gorengnya terlebih dahulu menggunakan kipas manual.

Merasa tidak panas. Rafan langsung memakannya dengan penuh bahagia.

Lisa melihat itu sedikit gugup takut rasanya tidak sesuai ekspektasinya. Cukup lama Lisa menunggu reaksi dari Rafan seakan-akan Lisa menunggu keputusan dari juri di master chef. "Gimana rasanya mas?"

Rafan menganggukkan kepalanya
"Enak." Jawabnya.

Lisa tersenyum lebar. "Makasih mas."

Hanya kata 'enak' sukses membuat hati seorang istri senang. Karena Pujia suami itu jujur walaupun makanan kita gak enak tapi karena tidak mau melukai hati sang istri, suami akan berpura-pura mengatakan bahwa makanan kita enak.

Mereka sarapan bersama dengan tenang dan nikmat tentunya. Hanya mereka berdua yang disana tanpa siapa pun yang menganggu pasangan yang dilanda kebucinan itu.

.

.

.

Sehabis sarapan pagi. Lisa bergegas menyiapkan diri untuk berangkat sekolah. Sedangkan Rafan ia tengah bersiap-siap pergi ke markas karena ada sesuatu hal untuk ia selesaikan.

"Bee" panggil Rafan berjalan ke arah Lisa yang berdiri di meja rias.

"Hm?"

"Mas mau pergi ke markas. Nanti kalau ada apa-apa terlfon mas pakek handphone yang ada di atas nakas," ucap Rafan.

"Lisa pengen ikut tahu, mau liat markas geng motor kayak apa," pinta Lisa mendongak ke atas dengan tatapan memohon.

"Lain kali mas ajakin kamu ke markas. Tapi sekarang belum waktunya kamu kesana, apalagi situasi diluar bahaya buat kamu." Terang Rafan mengapit pipi chubby Lisa.

Lisa mengangguk patuh. "Janji ya, kalau mas ke markas lagi Lisa boleh ikut?" Sembari mengacungkan jari kelingkingnya.

"Insyaallah, bee." Rafan mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Lisa.

Lisa kembali menghadap ke arah cermin lagi dan saat hendak memakai lip balm pada bibirnya. Sebelum benda tersebut menyentuh bibir semerah Cherry itu. Tangan kekar milik Rafan telah mengambil alih lip balm tersebut.

"Mas!" Kaget Lisa saat tiba-tiba Rafan merampas lip balm-nya. "Kok diambil sih? Sini balikin..." Kesel Lisa yang mencoba mengambil lip balm-nya dari tangan Rafan. Alih-alih memberikannya pada Lisa namun ia menjauhkan tangannya lebih tinggi agar Lisa tidak bisa menjangkaunya.

"Mas Rafan...Sini balikin! Iihh.... Ngeselin banget sih." Lisa mencebik kesel, seraya berjinjit ke atas. Perbedaan tinggi badannya yang lebih pendek membuatnya harus berjinjit. Dibandingkan tinggi badan Rafan yang menjulang tinggi ke atas.

Tapi Rafan kian mengangkat tinggi-tinggi tangannya yang membuat Lisa makin sulit meraihnya.
Sampai tubuh mungilnya sedikit terhuyung kedepan dan...

Grep

Dengan sigap Rafan meraih pinggang Lisa agar tidak terjatuh.

"Buat apa pakek ini, bee? Mas nggak mau kalau bibir kamu bersentuhan dengan benda ini. Yang boleh itu hanya bibir mas yang boleh nyentuh bibir kamu!" ucapnya penuh penekanan.

Mata Lisa melotot sempurna.
"Itu sih kemauan mas aja. Kalau Lisa gak pakek itu, bibir Lisa bakalan kering, mas." Ujar Lisa menjelaskan.

"Mas juga punya pelembab bibir. Dijamin awet sampai seharian," ucap Rafan penuh keseriusan.

"Emang ada yang bisa tahan sampai seharian?" tanya Lisa polos.

"Ada. Yakin mau?"

Lisa mengangguk mantap.

Rafan tersenyum misterius. Karena Ia berhasil mengerjai istri kecilnya itu. Tanpa aba-aba.....

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

"Udah." seraya menjauhkan wajahnya dengan wajah Lisa.

Lisa yang masih terpejam akibat serangan tiba-tiba Rafan membuatnya sedikit syok.

"Aaa... Bibir Lisa kenapa di makan?!!" Jerit Lisa memukul dada bidang Rafan.

Rafan memegang kedua tangan Lisa. "Katanya mau tadi?"

"Mas modus!" sebal Lisa mencebikkan bibirnya kedepan.

"Minta di cium lagi tuh bibir?" Lisa langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, seraya menggelengkan kepala kuat.

"Jangan pakai ini lagi, bee." ucapnya dengan nada memperingati.

Lisa mengangguk patuh.

"Good girl" Rafan berujar seraya mencuri kecupan di pipi gembul Lisa.
.

.

.

Suasana kelas begitu ramai lantaran para guru-guru lagi ngadain rapat untuk pelaksanaan ujian semester akhir. Dan sekarang ini mereka bebas melakukan apa saja asalkan jangan sampai pulang ke asrama karena belum waktunya pulang. Ada sebagian membaca buku, lagi ngerumpi, dan juga ada tidur contohnya seperti Kila yang tidur di atas kursi paling pojok.

Sedangkan sahabat lainnya, memilih mengulang mata pelajaran sebelumnya. Sungguh santri teladan.

Waktu semakin berjalan. Jarum panjang kini bertengger pas di angka 12.00 tepat. Tak selang beberapa menit, bel pun berbunyi.

Ting...

Ting ...

Sontak semua santri bersorak ria dikala mendengar suara sakral yang awalnya lemas kini berganti energi baru bagi mereka.

BRAKK...

"Akhirnya!!" Kila berseru sembari bangkit dari tidurnya.

Suara geplakan meja yang berasal dari pojok tempat Kila tidur. Sukses membuat semua santri terlonjat kaget akibat perbuatannya.

"Astagfirullah..." ucap mereka serentak. "Maaf. Refleks," ucap Kila sembari memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Lalu gadis itu berjalan ke arah para sahabatnya yang sedang merapikan buku-buku mereka. Kila juga ikut merapikan bukunya yang tergeletak di atas mejanya.

"Ke kantin yuk!" ajak kila.

"Gas kuy!" balas Uswah antusias. Dan mereka berdua berjalan duluan meninggalkan Lisa, Zahra dan Sa'adah.

"Sejak kapan Uswah kayak gitu?" tanya Sa'adah saat tepat samping Zahra.

Mereka yang di tanya hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu.

Akhirnya mereka menyusul Kila dan Uswah. Sesampainya di kantin. Mereka berlima memesan makanan sama. Tidak menunggu lama, makanan mereka telah datang.

"Nyam nyam..." seru Kila yang langsung memakan makanannya tanpa berdoa dulu.

"Kebiasaan banget sih Lo. Baca doa dulu sebelum makan," ucap Sa'adah mengingatkan.

Kila menelan makanannya yang berada didalam mulutnya sebelum berbicara. "Eh. Lupa," katanya yang langsung melantunkan doa.

"Bismillahi awwalahu wa aakhirohu."

Doa ketika sadar kalau kita lupa saat membaca doa sebelum makan.

Melihat kekonyolan Kila. Yang lain terkekeh kecil. Ada aja kelakuan dari Kila yang membuat mereka tertawa atas perilakunya. Seakan-akan Kila itu matahari yang selalu membuat hari- hari mereka berwarna. Tanpa ada dia mungkin akan suram. Yah begitulah namanya persahabatan. Ada tukan julit, tukang marah, tukang sabar dan tukang-tukang lainnya. Sungguh indah persahabatan ini.

Eaakk....

Ok kembali pada mereka berlima.

"Uweeeeekkkkk..." Setelah ia memakan satu sendok nasi goreng. Tiba-tiba perut Lisa merasakan mual di perutnya.

"Lis, Lo kenapa?" tanya Sa'adah.

"Lisa nggak tahu. Tiba-tiba perut Lisa mual banget," jawabnya yang masih merasakan mual diperutnya.

"Uweeeeekkkkk...." Lisa bangkit dan berlari menuju toilet yang berada dalam kantin. Sa'adah langsung ikut menyusul Lisa.

"Uweeeeekkkkk..." Lisa memuntahkan isi perutnya. Bukan makanan yang keluar melainkan cairan bening.

Sa'adah memijat tengkuk leher Lisa untuk meredakan rasa mualnya. "Bener Lo nggak papa? Apa mau ke UKS aja?"

Namun Lisa menggeleng. "Nggak usah. Mungkin Lisa masuk angin." Lisa berujar menyakinkan.

Sa'adah tak memaksa Lisa untuk pergi ke UKS. tapi di sisi lain ia khawatir dengan keadaan Lisa.

Kemudian Lisa berjalan keluar dengan sa'adah dibelakangnya.

"Lo gak papa, Lis?" Kila bertanya setelah melihat Lisa yang wajahnya mulai pucat.

Lisa mengangguk lemas. "Cuman masuk angin biasa."

"Apa jangan-jangan..." Kila menggantungkan ucapannya, "Lo hamil, Lis."

Mereka menatap ke arah Lisa bersamaan. "Mana mungkin," elak Lisa seraya menggeleng cepat.

"Mana mungkin gimana? Nggak ada hujan sama petir, Lo tiba-tiba mual mendadak kayak gitu," timpal Kila.

"Nggak biasanya kamu masuk angin loh, Lis." Sahut Uswah.

"Coba aja dulu beli test pack. Buat jaga-jaga, kalau benar Alhamdulillah." Giliran Zahra menyahut.

"Nanti habis dari sini kita izin keluar sebentar pergi apotek terdekat, gimana?" saran Kila pada Lisa.

"Iya, Lisa mau." Lisa menerima saran dari Kila untuk pergi beli test pack.

Skip.

Kini Lisa dan Kila berjalan ke arah gerbang pondok untuk minta izin pada penjaga di sana.

"Assalamualaikum. Pak," ucap Kila sedikit berteriak.

"Waalaikumsalam. Jangan teriak-teriak toh. Bapak masih denger atuh," ujar pak Damar- selaku penjaga gerbang.

"Maafkan teman saya pak," sahut Lisa menunduk.

Pak Damar beralih melihat ke arah Lisa. "Ning Lisa?" ucap pak Damar sedikit terkejut karena keberadaan Lisa. "Mau kemana ning?"

"Mau keluar sebentar pak," jawab Lisa.

"Keluarnya kemana, Ning? kalau Ning keluar, nanti Gus Rafan marah sama saya," ujar pak Damar takut. Karena Rafan telah memerintahkan pada penjaga di pondok untuk melarang Lisa keluar tanpa pengawasan.

"Sebentar aja pak. Nggak bakalan lama kok." Lisa berkata dengan nada memohon.

"Pak Damar yang baik dan tak shombong... Izinin ya, pak." Kila membujuk, "Kila bantu doain deh pak, biar cepat dapat jodoh. Kan bapak sampai sekarang belum laku- laku," ucap kila sedikit menyindir.

"Enak aja kamu! Bukan saya tidak laku. Jodohnya aja belum ketemu," timpal pak Damar.

"Yah, sama aja pak. Mangkanya Kila bantuin dengan doa di sepertiga siang," katanya penuh permohonan.

"Kesempatan tidak datang kedua kalinya loh, pak." Rayu Kila lagi.

Terlihat pak Damar sedang berfikir sejenak. "Janji ya, jangan lama-lama?"

"Janji pak," jawab Kila cepat.

"Yuwes. Hati-hati, ya."

"Makasih bapak!" ucap Kila dan Lisa bersamaan seraya berjalan keluar meninggalkan kawasan pondok.

Sesampainya di apotek yang di tuju. Mereka berdua masuk ke dalam.

"Selamat siang, mbak." Sapa salah satu penjaga disana.

"Siang mbak," jawab Lisa.

"Mau beli apa?"

"Hm... Saya mau beli test pack , mbak," jawab Lisa sedikit gugup.

Mbak yang bertanya pun terlihat kaget atas penuturan dari Lisa.

Kila melihat raut wajah mbak-mbak kasir itu langsung mengangkat suara. "Tenang kok mbak, dia udah punya suami," ujar Kila menjawab.

"Ha! Yang benar? Masih kecil udah punya suami?" tanyanya dengan raut tak percaya.

"Yaelah, mbak. Memangnya salah kalau nikah mudah?!" Sarkas Kila tak suka, "daripada pacaran nambah dosa, terus berzina. Mending nikah muda." Tandas Kila.

Mbak-mbak kasir langsung kicep tak bergeming mendengar balasan pedas dari kila.

"Eh, udah-udah Kila. Kita disini mau belanja loh," lerai Lisa berusaha menghentikan Kila.

Kila menghela nafas kasar. "Yang waras ngalah aja deh." Gumam Kila merotasi matanya malas.

"Mbak, test pack-nya ada?" tanya Lisa.

"Sebentar saya ambilkan."

Tak lama kemudian. "Ini mbak."

"Berapa mbak?"

"25.000 Ribu, mbak."

Lisa menyerahkan satu lembar uang bergambar Soekarno Hatta pada Bu kasir.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkan. Mereka memutuskan pulang ke pondok.

"Kil"

"Hm?" jawab kila sambil berjalan.

"Cara pakai ini gimana?" tanya Lisa mengangkat plastik berisi test pack.

Kila berhenti dan menghadap ke arah Lisa dengan mengetuk-ngetuk dagunya seraya berpikir. "Gue pernah liat Mbah google cara pakai itu. Air kencing Lo itu taro ke wadah kecil, terus Lo celupin tuh test pack ke wadah yang berisi air kencing Lo selama 5-10 detik." Terang Kila panjang lebar.

"Ooh gitu."

"HO'O."

Tanpa mereka sadari. Dari arah belakang ada sebuah mobil hitam menuju ke arah mereka dan tiba-tiba menghadang mereka berdua.

Lisa dan Kila sontak berhenti ditempat. "Woy! Liat-liat dong kalau nyetir!" bentak Kila. Tak lama dari itu tiga orang berpakaian hitam dengan wajah ditutup keluar dari mobil tersebut.

Kila melihat itu lantas bersiaga lima
"Mau apa Lo?!" sentak Kila berada depan Lisa. Ia tahu kalau orang yang ada di depannya berniat jahat kepada mereka.

Tanpa banyak king kong. Ketiga orang itu langsung menarik lengan Lisa.

Sret ... Bugh...

"Argh!" Jerit salah satu dari mereka setelah mendapatkan tendangan maut dari Kila. Alhasil ia terhuyung kebelakang.

"Shit!"

"Sebelum kalian bawa teman gue, Lawan gue dulu!" Desis Kila dengan tatapan tajamnya.

Tanpa aba-aba. Ketiga orang itu langsung menyerang Kila secara bersamaan. Hal itu sontak membuat Lisa ketakutan.

Bugh... Bugh...

Perkelahian pun tak bisa terelakkan lagi. Lawan yang tak seimbang tak membuat gadis pemegang sabuk hitam itu merasa takut. Malahan ia senang karena bisa bertarung lagi dari sekian lamanya.

Sret... Bugh...

"Shit!" Satu pukulan lagi berhasil kila loloskan pada mereka.

Kila tersenyum remeh. Saat ia kembali menyerang lagi.

"Kila!" teriak Lisa. Salah satu dari mereka berhasil menyeret Lisa kedalam mobil.

Kila melihat itu langsung berlari kearah Lisa namun belum juga ia berhasil. Ia telah dilumpuhkan dengan obat bius dan perlahan kesadarannya hilang.

"Bawa dia ke mobil."

"Kila!" Teriak Lisa menangis histeris saat melihat Kila tak sadarkan diri.

Saat bersamaan, mulutnya dibekap yang telah di lumuri obat bius dan membuat kesadarannya perlahan menghilang.

Mas Rafan. Lirih Lisa sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya.


Bersambung.

AKHIRNYA SEKIAN PURNAMA GUA BISA UP MALAM INI 🤸

SORRY UP-NYA LAMA. BIASA SIBUK CARI CUAN 😁

KALAU ADA KATA TYPO HARAP MAKLUM 🙏🏻

ADA YANG KANGEN SAMA GUE NGGAK? NGGAK ADA YA. YA UDAH GUE CABUT 🚣

SEBELUM BACA. DI VOTE+ KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA 👉
BIAR GUE SEMANGAT NULISNYA 😊

OK. SEKIAN TERIMA GAJI 👋

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 157K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
240K 22.4K 29
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
800K 95.8K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.1M 214K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...