AKSARA

By Ichaayxx

33.7K 1.2K 753

Ini kisah Aksara Dewangga Hansel. Cowok berwajah dingin dengan aura mencekam yang selalu bisa menghipnotis si... More

prolog
2- the problem is solved
3- night and her
4- perfect family
5- different
6- mawar's café
7- welcome to hell
8- thrall
9- shelter
10- audrey's school
11- what's wrong with him?
12- their other side
13- babu or future wife(?)
14- like our own little sister
15- dad's actions
16- are in hell
17- don't cry, b*tch!
18- fadlan?
19- dark night
20- traumatized
21. uneasy feeling
22- don't touch her!
23- not sane!

1- first day back to school

3K 86 13
By Ichaayxx

Olaa guys! How's ur day?
I hope u enjoy with this story and like the characters in it.

Jangan lupa vote and comment supaya aku makin semangat updatenya!!

Please, follow this account. Also follow the instagram acc @iichaatrsa, @chaawattpad dan @ravegasgeng. Tiktok: @chammylily

🚫MENGANDUNG ADEGAN PERKELAHIAN YANG MUNGKIN DAPAT MEMICU RASA KETIDAKNYAMANANNYA. KEBIJAKAN PEMBACA DIHARAPKAN.🚫

Happy Reading 🤍🏳

☆☆☆

INI HARI pertama kembali masuk ke sekolah. Para murid yang waktu libur kangen sekolah sekarang terpaksa datang dengan muka baru bangun tidur, menyesal kenapa kemarin-kemarin merindukan sekolah.

Tidak semua. Ada juga yang senang karena dapat berkumpul sama teman-teman yang lain seperti sebelumnya.

Yang kelas sepuluh menjadi kelas sebelas, yang kelas sebelas menjadi kelas dua belas. Tidak terasa. Waktu berlalu begitu cepat.

"Hai cantik, boleh kenalan?" Gadis dengan kacamata cat eye berwarna coklat gelap itu kaget ketika seorang pria merangkulnya. Ditambah lagi wajah pria itu begitu dekat tepat di samping kanan, tak lupa melayangkan kedipan maut khasnya.

"K—Kak, Gala?"

Sagala langsung mundur sambil menutup mulutnya dengan satu tangan. "Omaygat! Lo kenal gue?"

Gadis itu tersenyum sambil mengangguk cepat. "Siapa sih yang gak kenal kakak?"

Pria itu mendekat dan kembali merangkul gadis yang tak lain adalah adik kelasnya. "Iyakah manis? Bisa aja sih, gemes banget," goda Sagala sembari mencolek dagu gadis itu.

Sagala Kafka Rifandi, biasa orang memanggilnya Sagala atau panggilan darinya sendiri babang Gala. Memang benar, siapa yang tidak kenal dirinya?

Menjadi salah satu bagian dari geng yang cukup terkenal di kota mereka. Selain itu sifatnya yang humoris dan romantis mampu membuat siapapun klepek-klepek. Padahal Sagala sudah terkenal sebagai playboy.

Anehnya mereka tak ada yang menjauh. Malah semakin bucinin Sagala. The real cegilnya Gala.

"Gala! Lo apa apaan sih? Kemarin lo bilang sayang sama gue, suka sama gue, sekarang apa?!" Tiba-tiba seorang gadis berambut panjang selengan melabrak mereka.

"Iya, lo juga bilang gitu kemarin." Ada lagi.

Lalu beberapa gadis mulai berdatangan mendekati mereka dan ikut-ikutan menyerang Sagala.

Sagala tampak santai. Kemudian dia juga merangkul gadis itu. "Kita gak ada hubungan apa, manis. Tapi gue beneran sayang kok sama kalian."

"Kak? Mereka siapa? Pacarnya kak Gala?" tanya adik kelasnya itu sambil menunjuk cegil-cegil Sagala satu persatu.

Sagala menggeleng. "Bukan. Masih pdkt," terang Sagala jujur.

"HA?! Pdkt-an sebanyak ini? Jadi hubungan kita sekarang apa?" tanya gadis itu lagi.

"Hubungan kita? Oh .... Hablum minannas," jawab Sagala tanpa rasa bersalah.

"Apa lo bilang?! LO PIKIR BISA GITU, HA?! DASAR LO!!!"Gadis itu memukulinya. Disusul dengan cegil-cegil Sagala yang lain.

Cowok itu pun segera berlari menghindari pukulan itu. Sementara di tempat yang tak terlalu jauh dari tempat Sagala tadi ada tiga orang yang memandangnya dengan muka bahagia.

"Mampus! Pantes tuh anak digituin sama cewe-cewenya sendiri." Rakha tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit.

"Emang. Dasar playboy kelas kakap! Seneng banget gue liat dia dikejar-kejar gitu." Sakti ikut-ikutan.

"Kan emang itu yang dia mau, biasalah!" Marvin menambahi.

Rakha melihat jam di tangannya. "Damn! Udah mau masuk. Si bos belum datang?" tanya Rakha pada kedua sahabatnya.

"Belum, mungkin masih di jalan. Tunggu ajalah. Mending sekarang nyusulin Theo sama Sakha yang di perpus. Ga cape apa liat temen lo yang dua itu baca buku mulu?" saran Sakti.

"Iya, hari pertama sekolah bukannya ngabisin waktu bareng kita malah nyariin perpus. Kaya lari aja itu tempat kalo gak didatengin sehari," sambung Marvin.

"Pantes goblok. Baca buku aja males," ketus seseorang di belakang mereka.

Spontan ketiganya berbalik dan mendapati Sakha juga Theo yang baru kembali dari perpustakaan. Ketiganya langsung menelan saliva susah payah kala menatap mata tajam Sakha.

Cowok dingin itu sekalinya ngomong jleb banget sampai ke tulang.

Sakha Adrian Pramana, sering dipanggil Sakha atau waketu sama teman-teman dekatnya. Wakil ketua Ravegas yang dikenal dingin, cuek dan nyelekit omongannya. Sering dituduh 'homo' karena gak pernah pacaran sama sekali.

"Gimana kabar lo pada?" tanya Theo, perhatian seraya mengulurkan kepalan tangan untuk tos.

"Baik, Bro." Rakha menyambut duluan.

"Alah, Monyet! Gegayaan lo berdua baru aja semalam jumpa di markas udah kaya ga jumpa sepuluh semester aja!" hardik Marvin.

"Berisik lu, Ah! Yang banyak omong ga diajak," ejek Sakti menoyor kepala Marvin kesal.

Theo seperti mencari sesuatu. Entah apa itu. Tapi tampak dari gelagatnya yang celingak-celinguk. "Sagala mana?"

"Gala? Biasalah. Lo kaya gak tau anak itu aja. Udah pasti lagi ngurusin cegil-cegilnya yang sibuk ngejerin dia tadi," terang Marvin.

"Aksa? Dia belum dateng?"

"Belum, Yo. Bolos mungkin." Rakha menaikkan kedua bahunya tak paham.

"Yaudah, ayo balik kelas. Bentar lagi masuk jangan ada lagi yang diluar kelas abis ini."

"Ah gak asik—" Seketika Marvin terdiam begitu bersitatap dengan Sakha. "M—Maksud gue, ga asik soalnya Sagala gak ikutan masuk. Gitu!"

"Tatapan serem amat kaya serigala," gumam Marvin, sepelan mungkin. Sakha yang masih dapat mendengarnya langsung menyentil rambut Marvin.

"Gue denger."

"FUCK! MY BEAUTIFUL HAIR!!" Marvin lari menjauh teman-temannya sambil menangis karena rambut berharganya disentuh orang lain. Hal yang paling tidak dia sukai.

Tanpa mempedulikan mereka, keempat orang itu pun berjalan memasuki kelas.

Sepanjang jalan tatapan orang-orang tak berhenti pada mereka semua. Kagum, takut, segan semua menjadi satu.

"Tatapan orang-orang kayanya kagum banget sama gue," bisik Sakti percaya diri.

"Pede banget lo!" serang Rakha.

☆☆☆

Tepat sebelum pintu gerbang tertutup rapat, ia berhasil lolos memasuki lapangan sekolah menuju parkiran. Satpam saja sampai nge-freeze saking kagetnya.

Setelah berhenti di parkiran khusus untuknya dan teman-temannya, ia melirik ke samping dimana motor mereka sudah terparkir berjajar rapi.

Ia segera melepas helm fullface nya. Menyugar rambutnya yang sedikit berantakan ke belakang.

Kaki jenjangnya melangkah memasuki area sekolah dengan tas ransel hitam bersandar di punggung kanan.

"AKSARA!"

Dengan malas Aksara berbalik badan menghadap pria setengah baya dengan kumis tebal yang bergerak-gerak menahan umpatan.

"Sudah jam berapa ini? Kenapa kamu baru datang, ha?!"

Aksara melihat jam tangannya lalu beralih pada pak Putra. "Tiga, dua, satu.."

KRIIINGGGG!!!

"Udah istirahat, Pak, saya lapar." Kemudian Aksara berjalan santai meninggalkan pak Putra yang terus memanggil-manggil namanya.

Mau marah? Susah. Karena orang tua Aksara merupakan pemilik sekolah ini. Bisa di depak dari sekolah dia jika berani melawan pada anak pemilik sekolah.

Aksara menaruh tas di bangku miliknya setelah itu baru ke kantin. Belum sempat ia melangkah, Aksara mendapati sesuatu di dalam laci.

Buru-buru Aksara ambil bingkisan tersebut. Wajahnya tampak kesal sekali. Dengan marah Aksara berjalan cepat keluar kelas. Sebelum ke kantin Aksara membuang makanan-makanan tersebut ke tempat sampah.

"Lagi?" Gadis itu merunduk dengan muka murung.

Begitu sampai di ambang pintu kantin, Aksara berniat mendatangi teman-temannya yang biasa duduk di spot favorit mereka, yaitu; bagian paling pojok.

Namun, sebuah insiden terjadi. Tepat di depannya seorang cowok yang jalan menunduk menabrak Aksara membuat minuman yang ia bawa jatuh membasahi lantai.

Suasana yang tadinya riuh kini hening seketika. Atensi mereka terfokus pada Aksara dan lelaki tadi.

Cowok itu menatap Aksara takut. Tanpa basa-basi dia langsung bersujud di bawah kaki Aksara meminta maaf. Kenapa? Sebab berurusan sama Aksara sama aja kayak berurusan dengan setan.

Ia melipat tangannya di depan dada lalu menendang cowok itu sampai tersungkur ke belakang dengan hidung perih akibat terkena tendangan Aksara. Tak lama kedua lubang hidung cowok itu mengeluarkan darah.

"Maaf?" Aksara terkekeh kecil. Hal itu membuat semua orang semakin tak berani berkutik. Karena senyum atau kekehan Aksara berarti sesuatu yang tidak baik.

Teman-teman Aksara menghampiri mereka namun, tak terlalu dekat sama kedua orang itu.

Aksara merunduk menyamakan tinggi mereka. "Minum gue lebih berharga dari maaf lo, bangsat!" desis Aksara.

"G—Gue bakal ganti, Sa, berapa pun! Tapi gue mohon maafin gue. Gue mohon ampunin gue, Sa, gue mohon!!"

Aksara mengangguk paham akan ucapan cowok itu. Ia bangkit dengan santai. Mereka pikir Aksara sudah mengampuni cowok itu begitu juga cowok itu. Dia pikir Aksara memaafkannya.

Detik berikutnya Aksara yang berdiri di belakang cowok itu langsung menendangnya sampai wajah cowok itu tepat di depan genangan minuman Aksara.

"Jilat!" Sontak semuanya meringis miris melihat nasib sial cowok itu. Tak ada yang dapat membantunya sebab mereka pun sangat menghindari iblis itu. "Why? Didn't want?"

"It's okay. No problem, but you know the consequences, right?" peringat Aksara terdengar nadanya biasa saja tapi semua tau itu bukan sekedar ancaman.

"O—Okey .... G—Gue bakalan nurutin perintah lo. Tapi gue mohon jangan apa apain gue, Sa, gue mohon jangan keluarin gue dari sekolah."

Tanpa menjawab apa-apa Aksara menunjuk genangan air itu dengan dagunya.

Walaupun dengan air mata dan hidung yang masih berdarah-darah, cowok itu pelan-pelan merundukkan badannya untuk menjilat cappuccino tersebut.

"Like a dog. Very obedient. I like it," ujar Aksara puas.

Cowok itu pun bangkit. Dirinya sangat malu dan teramat menyedihkan. Hal yang terkesan sepele ternyata sangat berdampak besar dalam hidupnya.

"Tunggu surat cinta dari gue, Bro," tukas Aksara menepuk pundak cowok itu lalu pergi dari sana.

"Enggak, Sa? AKSARA GUE MOHON! GUE UDAH NURUT SAMA UCAPAN LO TADI, AKSARA!!!"

Aksara Dewangga Hansel, Anak tunggal laki-laki dari pemilik perusahaan tambang dan kosmetik terbesar di kota mereka. Anak dari pemilik sekolah yang terkenal nakal dan suka buat masalah.

Selain itu ia juga merupakan ketua dari geng Ravegas yang terkenal kejam, dingin, tak berperasaan serta tak segan-segan memberi hukuman paling berat kepada korban-korban atau siapapun yang berani mengusiknya. Ia pastikan kehidupan mereka tak akan lagi damai seperti sebelumnya.

"Yah .... Harusnya dia lebih hati-hati," sesal Marvin.

"I think so." Sakti setuju.

"The devil is back, please take care," monolog Sakha lirih.

Mereka semua pun segera menyusul bosnya itu. Sedangkan orang-orang sibuk membicarakan hal barusan sampai suasana kembali ricuh.

☆☆☆

Hwuuhh! Gumpalan asap putih Aksara hembuskan hingga terbang dibawa angin. Teman-temannya pun memasuki rooftop.

"Welcome, Bos!" sapa Sagala.

Aksara tak membalas. Ia sibuk bergulat pada pikirannya serta menatap kosong ke depan dimana gedung-gedung pencakar langit berdiri kokoh.

"Lo bakalan ngeluarin dia, Sa?" tanya Rakha memastikan.

"You know me," balas Aksara singkat. Rakha melirik teman-temannya yang sudah pasrah terhadap apapun tindakan Aksara.

"Tapi kan masalahnya—"

Aksara berbalik menghadapnya. Membuang puntung rokok tersebut lalu menginjaknya dengan gerakan pelan. "Back off!" sental Aksara.

Tak ada lagi yang berani bersuara. Sakha? Berharap apa sama wakil ketua itu? Bicara saja dia malas apalagi mengurusi masalah yang bukan urusannya.

Aksara dan Sakha itu 11, 12. Hanya saja Sakha sedikit lebih mageran daripada Aksara. Sampai-sampai pernah ada rumor kalau mereka berdua pacaran.

Namun, karena tak ada klarifikasi apapun dari keduanya orang-orang tak lagi membahas perihal rumor itu.

"Oh ... God!! Don't follow me!" perintah Aksara keras agar mereka tak lagi membuntutinya.

Mood Aksara benar-benar rusak hari ini. Hari pertama sekolah yang menyusahkan, pikirnya.

Aksara berhenti di belakang sekolah. Tempat paling sejuk dan asri di sekolahnya, salah satu area kesukaan Aksara karena masih banyak ditumbuhi tanaman. Selain itu tempat ini sepi dan jarang dikunjungi.

"Aksara!!"

Matanya terpejam dengan helaan napas berat. Apalagi ini?!

Seorang gadis berdandan menor dan baju seragam ketat mendatanginya. Wajah gadis itu tampak khawatir menelusuri setiap tubuh Aksara.

"Kamu gapapa?" tanya Ayunda menyentuh pipinya.

Plak! Aksara menepis kasar tangan Ayunda. Dengan tatapan tajam Aksara seolah memperingati gadis itu agar tak menyentuhnya lagi.

"Aku khawatir sama kamu. Tadi aku denger kamu berantem sama anak kelas lain di kantin, jadi aku cari kamu ke sini. Kamu gapapa, kan?"

"Cabut!"

"Gak mau! Aku mau di sini nemenin kamu. Aku tau kamu pasti butuh temen buat jadi sandaran, kan? I'm there for you."

"Gak butuh."

"Kamu kenapa sih kasar banget? Aku cuma khawatir sama kamu, aku peduli. Apa gak ada rasa sedikit pun sama aku? Dua tahun aku nunjukin gimana sukanya aku sama kamu, Sa, apa kamu gak liat effort aku selama ini?"

Aksara mendekat perlahan membuat Ayunda mundur. Gadis itu berhenti ketika mendapati di belakangnya ada kolam ikan yang sudah tak terpakai.

"Dengan naruh makanan diem-diem?"

Ayunda mengerutkan kening, bingung. Apa yang Aksara maksud?

"Gue gak nyuruh, kenapa lo lakuin?" Telak. Ayunda tak mampu menjawab pertanyaan itu. "Kalo gitu gue peringatin, don't disturb me!"

"Tapi, Sa—"

"Berisik!" Aksara dengan kasar mendorong Ayunda hingga gadis itu terjatuh ke belakang.

Seluruh pakaiannya basah. Tanpa belas kasihan Aksara langsung pergi meninggalkannya begitu saja.

Kan sudah dikatakan, Aksara kejam tak berperasaan. Tidak peduli siapapun lawannya jika menurut Aksara mengganggu akan ia singkirkan bagaimana pun caranya.

Karena dia, Aksara Dewangga Hansel. The cruel devil.

☆☆☆

"Ayunda lo gapapa?"

Ayunda yang sejak tadi menangis di UKS dengan pakaian yang masih basah langsung menoleh ke sumber suara dimana Doni muncul, berlari ke arahnya.

"Doni ...." lirih Ayunda, parau.

Doni hendak memeluk gadis itu namun, Ayunda menahannya. "Jangan, nanti lo basah."

"It's okay, i don't care! I will hug you, always." Mendengar jawaban itu Ayunda tak dapat menahan tangisnya. Doni segera menarik gadis itu ke dalam dekap ternyamannya. "Cry all you want. I'm here for you, don't worry."

"Hikss .... Lagi .... Aksara nolak gue lagi, Don ...." Mendapati nama itu keluar dari mulut Ayunda, kedua tangan Doni terkepal. "Gue capek .... Tapi gue gak bisa berhenti. Gue harus gimana?"

"Gue terlalu cinta sama dia, Don. Gue lebih sakit kalau berhenti buat suka sama dia, gue gak bisa, Doni.."

Dadanya sakit melihat sahabat yang begitu dicintainya menjadi seperti ini hanya karena cowok berhati es macam Aksara.

Ayunda melepas pelukan mereka. Menggenggam kedua tangan Doni lalu meletakkan di pipinya. "Gue mohon lo jangan marah sama Aksara ya? G—Gue yakin dia kaya gitu karena suasana hatinya lagi buruk aja,"

"Lo tau kan sempet ada kejadian menimpa dia di kantin tadi? Jadi gue mohon lo jangan benci atau marah sama dia. G—Gue gapapa, kok," pinta Ayunda tulus dengan mata berlinang cairan bening.

Hati Doni mencelos. Bahkan sahabatnya yang terkenal suka membully dan tak terkalahkan itu jadi sangat lemah sebab Aksara.

'Lo pake santet apa sih, Sa? Lo berhasil buat Ayunda segila ini.' batin Doni, speechless.

"Istirahat, Yun, gue beliin seragam baru dulu buat lo."

"Don, lo denger gue, kan?" Ayunda masih berusaha agar Doni tak berbuat macam-macam. Ayunda sangat kenal bagaimana Doni dan apa yang akan Aksara lakukan pada Doni kalau cowok itu ikut campur.

Tak ada respon apapun dari Doni. Cowok itu membiarkan Ayunda di UKS tanpa mempedulikan panggilan cewek itu.

☆☆☆

PRANKK!! Sendok yang baru akan masuk ke mulut Aksara terhempas kuat. Aksara sempat terdiam lama mengontrol emosinya.

"Jatuh ya? Gue gak sengaja."

Aksara berdiri menyejajarkan tingginya sama Doni yang sedikit lebih pendek darinya. "What you want?" serang Aksara malas basa-basi.

"Gak ada. Gue cuma gak suka aja sama lo," balas Doni menantang.

"Ya Tuhan!! Ada-ada aja masalah. Ini lagi anak kutu bukannya anteng di kepala si Marvin malah keluar!" kelakar Sagala tepat di samping Marvin.

Plak! Cowok berambut kriting itu menamparnya cukup keras. "Mulut lo ye, Anjing! Gue gak kutuan!"

"Terus apa dong?" timbrung Sakti.

"Ketombean!"

"Jiaaakkkhhh!!" sontak ketiganya tertawa. Tapi detik berikutnya ketiganya kembali diam oleh isyarat yang diberikan Theo.

"Really?" tanya Aksara lagi memastikan.

Doni membersihkan kerah seragam Aksara lalu mencengkramnya kuat. "Bencong lo! Beraninya sama cewek, lakik bukan lo?!"

Aksara tetap memasang wajah datar. Tak peduli sama ocehan Doni. Ia mau melihat sejauh mana cowok ini akan bertindak.

"Ayunda sampai basah kuyup kaya gitu. Bukannya lo tolongin malah lo tinggal dia sendirian di kolam ikan dalam kondisi kaya gitu, bajingan lo!!"

Marvin, Sakti dan Sagala spontan ketawa mendengar ucapan Doni. Mereka sampai pukul-pukulan saking lucunya.

"Kasian banget anjir itu nenek lampir!" Marvin memegangi perutnya.

"Gapapa, elah! Kan emang gitu harusnya. Balik ke tempat semula," timbrung Sagala.

"Haha anjeng!! Ngaceng, ngakak kenceng!! Emang harusnya saudara itu gak boleh misah, ya gak?" tambah Sakti.

"YOII!!"

"DIEM!!" Rakha turun tangan mengatur teman-teman laknatnya itu.

Doni semakin emosi karena Ayunda malah jadi bahan olok-olok Aksara dan teman-temannya. Walaupun Aksara diam tapi tetap saja. Apapun yang berhubungan sama Aksara, Doni menganggap semuanya salah Aksara.

"Kita selesaiin di sini sekarang, bajingan!"

BUGH!!

BUGH!!

Dendam yang selama ini dia simpan sekarang Doni luapkan. Kesempatan memukuli Aksara hanya bisa ia lakukan di saat sekarang. Dan Doni takkan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Anehnya Aksara tak melakukan perlawanan. Cowok itu malah membiarkan Doni melakukan apapun padanya.

Sampai akhirnya Doni mulai kewalahan memukuli Aksara yang tak melakukan perlawanan apa-apa. Aksara di bawahnya menatap Doni dengan satu alis terangkat.

"Udah? Segitu aja?" Seolah-olah pukulan bertubi-tubi dari Doni tak berdampak besar bagi Aksara.

Doni menarik kerah Aksara sampai cowok itu sedikit terangkat dari lantai. Dia menarik tangannya hendak memukuli Aksara lagi namun, terhenti.

Aksara lagi-lagi menatapnya santai seperti tidak terasa apapun dari luka-lukanya.

"BRENGSEK LO! Banci lo Aksara, anak manja yang taunya ngabisin duit orang tua, anak yang selalu sembunyi dibalik nama orang tuanya, lo anak sial!"

BRAK! Hanya dengan sekali gerakan saja Doni melayang dan mendarat di meja-meja kantin yang berjatuhan.

"Apa lo bilang?" ungkit Aksara.

Suasana kantin yang tadinya sepi kini orang-orang berbondong-bondong berlarian untuk menonton perdebatan sengit itu.

"Perasaan gue ga enak," ucap Theo. Memegang dada bagian kiri sembari menatap Sakha yang juga menatapnya.

Aksara mulai memukuli Doni membabi buta. Tak dapat dipungkiri pukulan Aksara benar-benar kuat tiga kali lipat dari tenaga orang normal.

Doni yang hanya dapat beberapa pukulan saja sudah lemas dan wajahnya babak belur serta darah di mana-mana akibat pukulan cowok itu.

Ada beberapa orang yang juga merekam kejadian itu. Dengan cepat teman-teman Aksara mengaturnya. Menyuruh mereka berhenti dan menghapus rekaman tersebut tak lupa mengecek ponsel mereka satu persatu.

BUGH!! Aksara berhenti. Ia menatap Doni seperti ingin membunuh cowok itu hari ini juga.

"Jaga ucapan lo, brengsek!" desis Aksara.

"Loh... E—Emang... Bencongghh... Uhukk uhukk!!"

Aksara berniat memukulnya lagi. Rakha langsung menarik paksa ketuanya agar menjauh dari kerumunan.

"Gak ada gunanya lo ngotorin tangan buat ngehabisin orang gak bermutu kaya gitu. Lo seorang ketua, jangan kepancing, Sa. Buat apa seorang raja mengurusi rakyat biasa, hm?"

Rakha berusaha mendoktrin otak Aksara agar dapat tenang dan menghilangkan pikiran hendak menghabisi Doni.

Hanya itu yang bisa Rakha lakukan saat ini kalau cara apapun tak dapat menghentikan Aksara.

Rakha Chandra Frasisco, perisai Ravegas yang siap melindungi nama baik geng juga teman-temannya. Orang yang berada di depan untuk menghabisi lawan.

Julukan itu sangat cocok padanya mengingat tubuh dan kekuatan Rakha dalam hal bela diri patut diacungi jempol. Dan bagaimana sikap siaga cowok itu menghadapi musuh membuat teman-temannya menaruh kepercayaan posisi itu padanya.

Setelah dirasa cukup tenang barulah Rakha menyuruh Aksara duduk dan memberikan minum padanya. "Selanjutnya biar gue sama temen-temen yang ngurus. Kali ini level medium, mungkin cukup menggelitik sedikit."

Aksara menggeleng menanggapi perkataan Rakha barusan. Dia pamit bergabung sama yang lain untuk mengurus kasus ini.

Sedangkan Aksara tetap duduk santai menyaksikan kejadian itu. Tak ada yang berani menanyainya, karena apa? Karena dia adalah Aksara.

Dari dulu tak ada seorang pun yang berani mengusiknya secara sengaja, baru Doni. Dan berakhir tragis seperti itu.

Si gila Aksara itu betul-betul patut dijauhi. Dia sangat gila dan brutal!!

'I'm Aksara. Don't touch me or lose your head.'

☆☆☆

Aku harap kalian suka ya sama cerita ini. Bantu aku share cerita ini ketemen-temen dan sosial media kalian ya ❤‍🔥

See u next part! Ilysm guys 🤍

Continue Reading

You'll Also Like

3.6K 103 33
Kisah dimana dua remaja dijodohkan sewaktu mereka SMA. VALEZKA ZEFANYA FIRDAUS, gadis yang merupakan primadona kampus UNIVERSITAS HARRITH NATION ya d...
9.8K 382 9
PIN BY @PINCOVERIN "Sana pergi, " "Dari hidup lo?" Zeonarlan Azco Vardezaz sangat-sangat kejam dan gak berperasaan sama sekali. tetapi bagi ga...
AKSARA By cheryxzy

Teen Fiction

898 67 13
"Tadi ngomong apa Sa?" tanya Avelia memastikan. "Mau enggak jadi pacar gue kue Ape" balas Aksa. "Emmm ini beneran?" tanya Avelia sekali lagi. "Ya iya...
3.5M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...