One Thousand Days

By nyonyatua

7.6K 1.1K 105

Juara ketiga dalam The Goosebumps Love yang diadakan oleh @WattpadRomanceID Salah satu kepercayaan menyebutk... More

Aroma Kematian
Bayangan
Weird Offer
Det Fรถrsta Steget (1)
Det Fรถrsta Steget (2)
Life Crisis
Teori Reinkarnasi
Kebimbangan
Iomallach (1)
Iomallach (2)
Now or Never
Sosok Pengganti
Bisikan
Refleks
Rules
Coma
Birai Jendela dan Janji yang Tertinggal
Enza, kan?
Kebangkitan
I Don't Want This Face
Heavy
Handsome Stranger
Tanda
Do You Remember My Name?
Seharusnya Kamu Mati
About Last Night
Helianthus annuus
Pilihan
Murdered Dog
He was as Good as I Remember
Coincidence
Pemilik Raga
Purnama Pertama
Aku Tidak Ingin Mati Malam Ini
Suara-Suara
I was Hurt Too
Unexpected Encounter
Manik Hitam
Refleksi Rasa Bersalah
Traumschnipsel
Lepas dari Raga
Kompensasi Jiwa
Fake Concern
Unsettling Observations
Legacy (1)
Legacy (2)

Kebimbangan

104 21 4
By nyonyatua


"Apa kamu ingat namaku, Za?" katanya.

Leherku rasanya kaku saat jemari Geral menyentuhnya. Nasi goreng yang lengket masih melekat di tenggorokan. Aku semakin sulit bernapas. Aku mendesah lega kala cengkeramannya mengendur. Aku terbatuk hebat ketika rasa pedas menjalari mulutku.

"Tentu saja kamu ingat. Masa iya lupa nama pacar sendiri. Iya, kan?" katanya.

Aku mengangguk karena batuk yang tiba-tiba datang tidak kunjung menghilang.

"Minum dulu, Za!" Geral meraih gelas air putih dan mengangsurkannya padaku.

Sejujurnya, aku ragu untuk menerima gelas itu, tapi rasa pedas di tenggorokan jauh lebih penting daripada keraguanku. Geral tersenyum lalu memposisikan dirinya di depanku. Aku tidak berani menatapnya meski aku berulang kali meyakinkan diri sendiri kalau semua ini hanya kesalahpahamanku sendiri.

"Terima kasih," kataku sambil menaruh gelas kembali ke meja.

"Sama-sama."

"Soal nama tadi," kataku dengan suara parau yang masih belum hilang.

"Ya?"

Aku menahan napas. Bibirku bergetar terlalu kaku untuk memilih jawaban. Semoga aku menjawab dengan benar. "Geral Wicaksono."

"Nah, iya. Geral siapa lagi?!" Geral tertawa sekarang—benar-benar terlihat geli. "Kenapa kamu terlihat bingung sih, Za?"

Aku terpaku. Masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya aku tidak yakin soal jawabanku tadi. Entah karena masih terbawa mimpi buruk atau penampakan pemuda asing itu membuatku jadi ragu-ragu. Namun, satu hal kecil yang kusadari sekarang. Geralku tidak pernah tertawa selepas ini hanya untuk hal-hal kecil. Matanya bahkan tertutup saat tertawa hingga lekuk di pipinya melesak cukup dalam. Suara tawanya yang renyah benar-benar asing.

Secara teori, aku tahu kalau pemuda itu adalah Geral. Setidaknya jiwa yang menggerakkan tubuh itu adalah kekasihkku. Lagi pula, raga tanpa jiwa juga tidak akan bisa hidup. Masalahnya, tindakannya memberikan gambaran lain yang membuatku bimbang. Perubahan drastis ini padahal kemarin dia benar-benar membenci tubuhnya dan terlihat akan melukai dirinya sendiri kapan saja. Apakah Alisia melakukan sesuatu? Tapi, gimana caranya?

"Za!"

"Hmm."

"Kamu dengar aku, kan?"

"Dengar kok."

"Enza!" Pemuda itu kini memiringkan kepala dan menatapnya lekat-lekat.

"Ya, Geral." Kali ini aku juga memandanginya.

"Enza Kamajaya!"

"Iya, Geral. Kenapa?"

Geral mengulurkan tangan dan menarik ujung rambutku. Pemuda itu kemudian menyarangkan satu ciuman singkat di helaian surai warna hitam itiu. Setelahnya senyuman samar mengembang di bibirnya. "Aku hanya ingin memastikan kalau ini benar-benar kamu, Za."

"Ini beneran aku kok. Jadi, kamu bisa panggil namaku sesukamu."

"Oke, lakukan hal yang sama padaku. Panggil namaku agar aku ingat kalau aku Geralnya Enza."

"Pasti. Jangan khawatir!"

"Aku sayang kamu, Za."

Setelah mengatakan semua itu, Geral menyarangkan satu kecupan ringan di pipiku. Kecupan itu berlanjut menjadi ciuman. Ah, ciuman ini aku benar-benar mengenalnya—dan merindukannya.

"Kita keluar, yuk!" kataku ketika akhirnya adegan panas itu berakhir.

Geral mengerutkan kening. "Ke mana?"

"Beli baju. Buatmu."

Geral kini menunduk dan menatap kemeja putih lusuh yang dipakainya sejak entah kapan. Bahkan mungkin pemuda itu mungkin memakai kemeja itu selama terbaring koma di rumah limasan waktu itu.

"Lusuh sekali itu!" kataku lagi.

Dia kelihatan berpikir sejenak lalu mengangguk. "Kita pergi setelah makan?"

"Boleh," kataku menyetujuai. "Kamu bisa pakai baju Kak Alex dulu untuk keluar, meski ukurannya mungkin tidak pas. Hanya sementara, kamu bisa tahan, kan?"

"Bukan masalah."

Setelahnya, kami melewati makan pagi dengan tenang. Sesekali Geral bicara dan aku menanggapi. Begitu selesai makan, kami langsung bersiap-siap untuk pergi. Geral sepertinya juga senang dengan rencana ini.

Sudah lewat tiga puluh menit sejak terakhir kami meninggalkan meja makan. Sekarang aku masih mematut diri di depan cermin. Entah mengapa rasanya nyaris seperti kencan. Namun, ketika menoleh ke arah ranjang, aku hanya bisa menarik napas pelan. Benar-benar frustasi kala melihat tumpukan baju berserakan di atas ranjang. Ini bukan pertama kalinya aku pergi bersama Geral tapi kenapa harus merasa seperti ini. Ditambah lagi, pantulanku di cermin enggak ada bagus-bagusnya.

Rambut ikal sebahuku mengantung lemah dan berantakan setelah aku berulang kali menatanya lalu melepasnya lagi. Lace dress hitam yang kini kukenakan layaknya orang berkabung. Baju ini terlalu suram untuk dipakai berkencan. Semua ini benar-benar salah. Kini aku kembali bergerak ke depan almari. Namun, tindakanku terhenti saat Geral masyk ke kamar. Pemuda itu langsung mendekatiku. Tangan Geral kini menelusuri bahuku. Aroma mint segar menguar dari tubuhnya. Geral menjulurkan tangannya dan memelukku.

"Cantik!"

Pipiku panas sampai telingaku juga ikut-ikutan. Aku tidak mengerti kenapa aku harus segugup ini. Ini bukan kali pertama Geral memelukku atau memujiku.

Seolah paham dengan kegugupanku, pemuda itu membimbingku kembali ke depan cermin. Aku bisa melihat wajahnya menyembul di balik bahuku. Hidungnya nyaris menempel di leherku. Aku menahan napas saat bibirnya menekan leherku. Sebelum aku sempat bereaksi, dia sudah mengangkat kepalanya. Aku menunduk. Ingin menyembunyikan wajahku yang benar-benar memerah.

"Kamu cantik, Enza. Seperti yang kuingat."

"Yang kamu ingat?" tanyaku keheranan.

Pujiannya tulus, hanya saja pilihan katanya terdengar sangat jauh seolah-olah aku berada di lintas waktu yang berbeda.

"Ya, yang kuingat sebelum aku mati beberapa malam lalu."

Kata-katanya membuatku meneguk ludah. Namun, aku mencoba untuk mencairkan suasana. "Makasih, kamu juga ganteng."

"Aku."

"Ya."

"Yang ganteng tubuh asliku atau yang ini?"

Ah, sial. Pertanyaan ini terlalu telak. Aku sendiri tidak menemukan jawabannya. Akan tetapi, satu jawaban terlintas di dalam benakku sekarang. Aku berbalik untuk menatapnya. Tanganku terulur dan menyentuh pipinya.

"Kamu ganteng seperti adanya dirimu, Geral."

"Gombal!"

"Itu beneran," kataku mencoba meyakinkannya. Aku juga memeluk pinggangnya. "Kamu enggak percaya."

"Percaya kok. Tapi. Aku berharap kamu akan ingat aku yang asli, bukan tubuh yang ini!"

Aku mengangguk untuk meyakikannya. "Oke."

"Nah, kita mau pergi sekarang?" tanyanya.

Aku mengangguk lagi dan melepaskan pelukanku. Setelahnya, aku meraih tas selempang lalu berjalan keluar. Geral menyambut tanganku dalam genggaman. Aku tersenyum lagi.

Kami berjalan keluar. Matahari bersinar cerah membuat hari ini sempurna untuk pergi keluar. Geral tiba-tiba menghentikan langkahnya tepat saat kamu sampai di halaman.

"Kenapa?"

"Silau!" katanya sembari mengucek matanya dan menutupi wajahnya dengan tangan.

"Eh silau?"

"Rasanya aku bakalan meleleh."

Mungkinkah ini karena Geral sebenarnya hantu hingga dia tidak tahan sinar matahari. Aku sama sekali tidak memikirkan kemungkinan ini. Bodohnya. Rasanya aku ingin menepuk keningku sendiri.

"Kalau begitu, perginya lain kali saja."

Geral menggeleng lalu tersenyum. "Gak dong. Ayo kita jalan-jalan!"

"Baiklah."

Sepanjang perjalanan Geral lebih banyak diam. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Untung saja, tidak membutuhkan waktu lama sammpai di butik yang kami tuju. Aku tidak terlalu mengerti baju pria, tapi setidaknya aku tahu toko langganan Kak Alex. Lagi pula dia pasti bisa memilih sendiri di sana. Aku tidak memiliki banyak uang apalagi sejak perampokan di rumah beberapa hari lalu. Namun, kakak lelakiku itu meninggalkan satu kartu kredit miliknya untuk berjaga-jaga kalau aku butuh. Jadi, aku bisa menggunakan uang itu sekarang.

"Kita sampai!" kataku sambil memutar roda kemudi. Aku menghentikan mobil tepat di depan butik langganan Alex.

"Ah! Iya."

"Kamu turun dulu!"

"Oke."

Setelah memarkir mobil, aku berjalan turun menghampiri anjing kepunyaan pemilik kafe tepat di sebelah butik. Mungkin aku bisa menyapanya sebelum masuk. Anjing hitam berbulu tebal itu menyalak riang. Aku berjongkok dan mengelus telinga anjing itu.

Sedetik kemudian, anjing itu menggonggong. Aku tersenyum menyambut Geral yang kini berdiri di sampingku. Pemuda itu juga tampak gembira dan mengulurkan tangannya hendak menyentuhnya. Namun, anjing itu tiba-tiba menyalak ganas dan menggeram. Matanya menatap Geral seolah melihat hantu. Senyuman hilang dari wajah Geral saat anjing terus menyalak.

"Oh, Momo apa yang kamu lakukan?" Pemilik kafe berjalan keluar. "Maafkan Momo ya!"

"Tidak apa-apa, Kak." Tentu saja aku merasa tidak enak.

"Tapi, tetap maaf ya, Mbak."

"Iya, enggak apa-apa," ucapku sambil tersenyum kepada perempuan itu. Setelahnya, aku meraih tangan Geral yang masih terpaku di tempatnya. "Kita masuk!"

Pemuda mengangguk kaku. Sementara anjing itu Momo terus saja menyalak. Geral masih belum melepaskan matanya dari anjing itu. Sekilas aku melihat mata anjing itu terus mengikuti Geral. Anjing itu masih menggeram dan menggonggong. Mungkinkah anjing itu tahu kalau pemilik tubuh ini sudah meninggal?

Eh, tapi masa sih?

Aku berjalan masuk ke dalam butik bersama Geral dan mencoba melupakan perasaan aneh yang mendadak hinggap begitu saja. Semua itu mungkin hanya perasaanku saja.

Continue Reading

You'll Also Like

771K 55.2K 13
Okay, siapa sih yang tidak kesal karena diperlakukan semena-mena? Lagi, kenapa Arin sangat teramat sial karena bertemu dengan orang jutek, tidak tah...
979K 105K 62
(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐Ÿ’) โš  (PART KE ACAK!) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษชษดษช แดœษดแด›แดœแด‹ แดแด‡ษดแด…แดœแด‹แดœษดษข แดŠแด€...
They Did It By aileum

Mystery / Thriller

45.6K 11.3K 30
Apes! Itulah yang menimpa Sagita, Milan, Vishal, dan Kasta. Alih-alih melepas rindu dalam reuni, mereka malah terjebak dalam situasi tidak terduga...
1.8M 102K 25
โApakah aku bisa menjadi ibu yang baik?โž โPukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.โž ยฉbininya_renmin, 2022