One Thousand Days

By nyonyatua

7.1K 1.1K 105

Juara ketiga dalam The Goosebumps Love yang diadakan oleh @WattpadRomanceID Salah satu kepercayaan menyebutk... More

Aroma Kematian
Bayangan
Weird Offer
Det Första Steget (1)
Det Första Steget (2)
Life Crisis
Teori Reinkarnasi
Kebimbangan
Iomallach (1)
Iomallach (2)
Now or Never
Sosok Pengganti
Bisikan
Refleks
Rules
Coma
Birai Jendela dan Janji yang Tertinggal
Enza, kan?
Kebangkitan
I Don't Want This Face
Heavy
Tanda
Do You Remember My Name?
Kebimbangan
Seharusnya Kamu Mati
About Last Night
Helianthus annuus
Pilihan
Murdered Dog
He was as Good as I Remember
Coincidence
Pemilik Raga
Purnama Pertama
Aku Tidak Ingin Mati Malam Ini
Suara-Suara
I was Hurt Too
Unexpected Encounter
Manik Hitam
Refleksi Rasa Bersalah
Traumschnipsel
Lepas dari Raga
Kompensasi Jiwa
Fake Concern
Unsettling Observations
Legacy (1)
Legacy (2)

Handsome Stranger

109 19 0
By nyonyatua

Selesai sarapan, kami duduk di sofa dekat jendela. Meski rasannya masih tidak percaya karena kami bisa makan bersama setelah beberapa waktu terpisah, tapi aku memilih diam selama makan. Geral sendiri juga tidak banyak bicara. Mungkin pemuda itu sibuk dengan pikirannya, sama seperti aku yang juga sama sibuknya dengan gagasan-gagasan yang berjejal di dalam benak.

Gagasan itu berupa hari-hari yang akan kulewatkan bersama Geral nanti. Hal yang akan kami lakukan bersama. Berpikir tentang berbagai macam cara agar membuat pemuda itu bahagia hingga aku bisa menunjukkan betapa bahagianya diriku karena dia sudah kembali. Selain hal-hal menyenangkan, aku menolak untuk memikirkan hal buruk yang mungkin terjadi. Hal buruk itu misalnya tentang Geral yang ketahuan atau reaksi Alex dan Ayah nantinya kalau mengetahui semua ini.

Sekarang kami memandangi jalanan tanpa banyak bicara. Geral juga menutup mulutnya rapat-rapat. Kelopak matanya terlihat turun, sepertinya dia mulai mengantuk. Entah karena dia baru bangun dari kematian atau faktor lain, pemuda itu lebih sering tidur dibanding membuka mata.

"Geral?" sapaku memecah keheningan.

"Ya?"

"Mau tiduran?" tanyaku saat melihat pemuda itu tampak mengantuk.

Geral mengangguk. "Boleh?"

"Tentu saja. Taruh kepalamu di sini!"

Geral tidak langsung melakukannya, pemuda itu terlihat ragu. Akan tetapi, aku langsung menepuk pahaku dan memberikan isyarat agar Geral tidur di atas pangkuanku. Geral sepertinya memahami keinginanku karena pemuda itu mengulaskan senyum samar sebelum akhirnya membaringkan kepala di pangkuanku.

"Aku usap-usap ya sampai kamu tidur," tawarku sembari mengusap kepalanya.

"Makasih, Za."

Geral yang kini mendongak untuk memandangku. Pemuda itu terus menatapku tanpa berkedip. Bibirnya mengulum senyuman sekilas sebelum akhirnya memejamkan mata.

Tidak ada sedikit pun wajah Geral di sana. Wajah cowok yang ada di hadapanku sekarang ini sangat imut dengan tulang hidung tinggi. Bibirnya melekuk sempurna dan menggemaskan. Alisnya juga tebal. Bulu mata panjang membingkai matanya. Rambutnya lurus memanjang dengan helaian yang hampir menutupi kedua alisnya. Secara umum wajahnya halus dan terkesan kalem.

Kini aku melirik bagian lain dan baru sadar sekarang kalau ada tahi lalat di daun telinga. Tangannya ramping dengan jari-jemari yang panjang. Posturnya yang tinggi menjadikannya sosok yang rupawan. Aku sama sekali tidak mengenal pemuda ini sebelumnya. Meski begitu, aku akui dia memang memesona.

Aku mengusap rambutnya. Geral selalu senang kalau diperlakukan seperti ini. Senyuman lebar terbentuk di bibirku. Pemuda itu juga tersenyum. Untuk sesaat aku melihat sosok Geral di dalam matanya

"Enza!"

"Ya?"

"Aku kangen kamu."

"Aku juga," tukasku cepat. "Atau bahkan aku lebih dari kangen."

"Apa itu lebih dari kangen?"

"Entahlah. Enggak ada kata yang kasih deskripsi yang tepat."

"Ah, aku juga, Za."

Geral mengangkat kepala hingga wajah kami cukup dekat. Aku bisa bisa merasakan embusan napas yang hangat menyapu wajahku. Tadi aku belum merasakannya karena sibuk menenangkan Geral. Tetapi, sekarang aku benar-bebar sadar sepenuhnya kalau pemuda itu bukan seseorang yang kukenal. Hal ini membuatku jadi sekadar bertatapan sedekat ini. Meski aku tahu, jiwa Geral ada di dalam sana. Namun, jasad asing ini, aku tidak mengenalnya. Aku langsung tidak membuka bibir saat bibir hangat itu mendarat. Masih mencoba mengusir rasa bersalah yang tiba-tiba hadir, rasa telah berselingkuh dengan orang lain.

"Enza!" ucapnya lembut.

Ketika aku mendengarnya menyebut namaku, entah mengapa keraguan itu mulai lenyap dari pikiran. Siapa pun jasad asing ini, jiwanya adalah Geral. Dan tidak ada yang bisa melafalkan namaku dengan cara seindah itu. Aku memejamkan mata. Tidak kuasa lagi menolak manis bibirnya yang menggoda. Bibir cowok ini masih terasa asing, tapi aku mengenal caranya menciumku. Ini ciuman Geral. Tanpa berpikir panjang aku membalas ciumannya. Membenamkan bibirku lebih dalam. Hatiku membuncah saat sensasi manis itu memenuhi mulutku. Aku merindukannya, benar-benar menginginkannya. Jemariku menelusuri rambut-rambut di belakang kepalanya. Aku melingkarkan lengan di leher pemuda itu. Sejujurnya, aku tidak ingin melepaskannya.

Namun, pemuda yang kucium ini bukanlah Geral. Apa yang akan dipikirkan pemuda itu kalau tahu jika ada orang asing yang kini memeluk dan menciuminya? Lalu, bagaimana denganku yang menciumi pemuda asing ini? Apakah aku termasuk perempuan enggak bener?

Aku membuka mata. Benar-benar mendadak kaget dan tersentak hingga tanpa pikir panjang aku menarik diri. Sial, aku bahkan tidak memikirkannya tadi. Entah mengapa sekarang terpikirkan dan rasa bersalah mendadak muncul begitu saja tanpa bisa kubendung. Kesadaran dan rasa bersalah kembali mengganggu. Rasanya aku berselingkuh dengan orang lain dalam satu tubuh.

Hal yang membuatku makin merasa bersalah adalah aku masih bisa merasakan sensasi ciuman itu. Aftertaste yang muncul, aku sama sekali tidak membencinya. Lalu, hal yang membuatku ingin mengutuk diri sendiri adalah ternyata aku menikmatinya. Sungguh, apa yang terjadi padaku?

Tanganku mengepal erat. Pada akhirnya, aku hanya bisa membenci diriku sendiri yang seperti ini. Aku menarik napas pelan saat rasa malu mulai memenuhi pikiran.

"Za?"

"Hmm." Aku hanya menyahut dengan gumaman.

"Ada apa?" Geral mengerutkan kening dalam-dalam. Ekspresinya menyiratkan keheranan.

"Bukan apa-apa?"

"Kalau bukan apa-apa, kenapa mendadak berhenti?"

Aku berdeham pelan. "Aku masih canggung."

"Karena aku terasa asing?"

Kali ini aku mengangguk, kurasa akan lebih baik kalau jujur saja. "Tapi, jangan khawatir. Kita masih punya banyak waktu, kita bisa pelan-pelan. Nanti lama-lama kita juga akan terbiasa."

"Aku mengerti."

"Enggak apa-apa?"

Geral menggangguk di atas pangkuanku dan tersenyum lembut. "Kamu tahu kalau aku enggak pernah marah sama kamu, kan?"

"Iya sih."

"Jadi, jangan dipikirkan lagi, ya!" hiburnya.

"Makasih. Kamu mau tidur sekarang?" tanyaku setelah melihat Geral menguap.

"Iya, aku ngantuk coba?"

"Ya, enggak apa-apa. Tidur saja!"

"Oke."

"Tutup matanya!"

"Kamu tutup mataku!" katanya sembari menarik tanganku dan menaruhnya di atas matanya. "Biar aku bisa tidur."

"Oke."

Setelah Geral menutup mata, aku mengusap rambutnya lagi. Saat mengusap rambut lembutnya, pikiranku kembali melayang. Aku sungguh merindukannya dan tidak ada yang kuinginkan lebih dari pemuda itu. Namun, saat Geral kembali dengan sosok yang sama sekali berbeda, ternyata aku jadi tidak tahu bagaimana harus bersikap.

Aku ingin memperlakukannya seperti Geral. Sialnya, saat aku melihatnya aku sadar kalau tubuh itu milik orang lain. Hatiku memaksa untuk tetap tidak peduli, tapi kepalaku mengatakan kalau aku benar-benar tidak berhak atas tubuh pemuda asing itu. Meskipun Geral ada di dalam tubuh itu sekarang. Tetap saja berat semua ini berat untukku. Aku tahu pasti ini juga berat untuknya.

"Kamu tahu, tidak ada yang lebih membuatku bahagia selaian kehadiranmu," kataku sambil mengulas senyuman.

Geral tidak menjawab. Tetapi, pemuda itu hanya memiringkan tubuhnya dan memelukku. Aku merasakan desahan napasnya di perutku. Dia memelukku semakin erat. Aku mendiamkannya. Geral mungkin memiliki beban yang tidak bisa dia katakan padaku. Kembali dari kematian pasti lebih mengerikan dari yang bisa kubayangkan.

"Aku kangen kamu, Geral," bisikku lagi.

Geral merespon dengan memelukku lebih erat. Aku menggigit bibir kemudian menepuk kepalanya.

"Aku cinta kamu. Cinta banget," kataku lagi.

Kuharap kamu enggak pernah pergi lagi dan tetap di sisiku selamanya.

Bagian kedua ini, aku tidak mampu mengatakannya meski hanya membisikkanya saja. Alasannya karena aku tahu sepenuhnya kalau Geral pada akhirnya akan pergi lagi. Saat itu terjadi maka aku tidak akan bisa melakukan apa pun selain merelakan.



Note:

ini kayak have fun aja yak, tadi aku nemu pic yang pas lah buat definisi tubuh barunya Geral. Di bayanganku begini yak, tapi manteman boleh bayangin siapa pun karena enggak ada face claim atau apa.







Continue Reading

You'll Also Like

29.9K 5K 33
🔮 #Wattys2022 Winner - Young Adult ✨ Agatha tidak tahu mesti benci atau jatuh cinta dengan kepindahannya ke St. Anna, sekolah berasrama merangkap bi...
24.3K 2.9K 51
Anak Dengan Yang Mulia Abadi Melarikan Diri 揣着仙尊的崽跑了 Penulis: bagi dengan nol 除零 Waktu rilis: 2020-08-15 Lengkap: 50
555K 76.5K 23
Kalau ada yang macem-macem sama aku, aku bakal sihir dia jadi kodok. Dan untungnya, itu bukan kiasan. Karena kebetulan, aku penyihir. --- #14...
69.2K 10K 24
Bagi Kang Yoo Ra, kesempurnaan itu tidak ada. Jika bahagia muncul, maka ia harus siap kehilangan. Meski hidupnya berubah, Yoora tetaplah yang dulu...