Guru BK Ngeselin Itu, Suami G...

By Kurniasuhada_

24.5K 897 72

Dia tetanggamu yang tiba-tiba jadi guru BK di sekolahmu. Dia yang sejak kecil menjengkelkan, mengaturmu denga... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Double R, and other
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 (a)
Part 20 (b)
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45

Part 21

364 11 0
By Kurniasuhada_

Camping di hutan pinggiran kota ternyata tidak seasik yang Rifa bayangkan. Dalam pikirannya camping adalah kegiatan hanya kegiatan mendirikan tenda, bakar- bakaran, bermain gitar, vermain permainan, lalu ada adegan romantis seperti di series-series yang ia tonton. Nyatanya semua yang Rifa jalani jauh sekali dari ekspektasi, sejak pertama kali tiba mereka harus mendirikan tenda, mencari katu bakar, mengambil air, malamnya disuruh tidur cepat, pagi bangun lebih awal dan sekarang mereka harus mengeksplore hutan pinus yang rimbun ini.

Memangnya apa yang menarik di dalam sini? Tidak ada. Hanya pepohonan dan suara-suara burung yang berkicau. Kalau beruntung ya mungkin akan bertemu hewan buas. Silakan saja, tapi Rifa akan lari duluan kalau sampai ada hewan buas di hutan ini.

Di depan sana seorang penjaga hutan memandu perjalanan mereka melewati jalan setapak yang di sisi kiri dan kanan ditumbuhi semak belukar yang lebat. Entah apa yang disampaikannya Rifa tidak menyimak, ia sibuk menepuk nyamuk yang menikmati darah gratis darinya.

"Kamu capek?" tanya Abian. "Kita berhenti dulu aja kalo capek."

Rifa menggeleng, "nanti kalo ketinggalan gimana?"

"Aku udah hapal kok rutenya kamu santai aja. Minum dulu kalo haus."

Rifa setuju untuk istirahat sebentar, duduk untuk minum. Napasnya terengah dengan keringat membanjir di sekitar wajah. "Tau gitu mending aku aja yang dipatok uler, biar bisa istirahat di posko," ujarnya yang langsung disanggah oleh Abian.

"Huss, nggak boleh ngomong gitu. Udah syukur terhindar dari musibah malah mau aneh-aneh." Rifa tak mengunggapkan kejadian ketika malam itu Adelia sengaja menaruh ular demi mencelakainya pada Abian karena ia tak punya bukti apa-apa. "Lagian, kalo ditanya Adel pun juga pasti nggak mau kena musibah begitu."

"Abisnya capek banget. Kakiku udah pegel tauk jalan mulu."

"Pegel?" Rifa mengangguk manja. "Mau digendong?"

"Emangnya kamu kuat?"

"Ya enggak lah, Fa. Nggak kuat aku. Kita jalan aja ya, pelan-pelan." Rifa memanyunkan bibir, kembali berjalan perlahan sambil terus mengomel. Tak sampai lima meter ia berhenti untuk istirahat begitu seterusnya sampai Abian tiba-tiba berhenti. "Fa?" serunya.

"Iya, kenapa?"

"Kamu tunggu sini sebentar nggak pa-pa?"

"Loh, kamu mau ke mana?"

"Aku mendadak sakit perut, tadi pagi nggak bisa buang air." Abian meremas perutnya. Wajahnya terlihat pucat berkeringat. "Aku udah nggak tahan, kamu tunggu di sini jangan ke mana-mana."

Tanpa una-inu atau menunggu persetujuan Rifa, Abian langsung pergi pergi ke semak-semak dan menghilang di sana. Rifa berdecak, mengamati sekelilingnya sambil bersandar di pohon.

Ponsel di tangannya tidak menampilkan batang signal sama sekali padahal mereka tak terlalu jauh masuk ke dalam hutan.

Semak-semak  di depannya bergoyang membuat Rifa terlonjak kaget. Ia bergerak mundur teringat akan mimpinya yang diterkam harimau. Air liur diteguknya kasar kala suara erangan keluar dari semak-semak.

Entah hewan apa yang ada di sana namun Rifa tak mau menunggunya, gadis itu langsung berlari ketika semak-semak semakin liar bergerak.

Napasnya tersengal. Rifa terduduk di bawah pohon pinus besar. Tidak tahu seberapa jauh ia berlari, tapi tampaknya apa pun yang ada di semak-semak itu tidak ke luar dan mengejarnya.

Malangnya, mimpi seolah menjadi kenyataan. Saking lancarnya berlari Rifa tak tahu jalan mana yang tadi dilewatinya. Itu berarti saat ini posisinya terpisah jauh dari Abian yang izin buang air kecil. Rifa meringis merutuki kebodohannya. Saking bodohnya ia sampai tak kepikiran menggunakan kompas.

Gadis itu mengguncang ponsel yang sama sekali tak menampilkan sinyal. Ia mencoba berjalan, tapi hanya berputar-putar dan kembali di titik itu lagi.

Satu hal yang ia sadari bahwa ia telah tersesat. Oke, Rifa masih bisa tenang kalau hanya tersesat di kebun belakang rumahnya tetapi ini di hutan yang ia sama sekali tak familier. Meskipun matahari masih berada di pucuk kepala, tetapi di bawah sini rasanya tidak seterang di luar sana. Dan satu-satunya orang ya g ada di pikirannya saat ini hanya ada satu, yaitu Raka.

"Kak Raka ... tolongin Rifa."




***



"Rifa hilang?" sontak semua orang kaget mendengar penjelasan Abian yang datang dengan napas terputus-putus dan peluh bercucuran.

Udin lalu mendekati Abian menanya lebih detail. "Kok bisa Rifa hilang?"

"Tadi gua ajak dia istirahat karena gua liat dia kecapekan...." Abian menuturkan bahwasanya ia berani mengajak Rifa beristirahat karena ia sudah hafal rute eksplorasi. "...tapi tiba-tiba gua sakit perut dan izin buat buang air dulu—"

"Kamu nyuruh Rifa nunggu sendirian?" tanya Raka yang diangguki oleh Abian.

"Iya, saya suruh dia nunggu Pak. Tapi pas saya balik Rifa udah nggak ada."

Raka mengusap kasar wajahnya. Bu Warsiah terlihat panik begitu pun dengan Udin dan yang lainnya. Raka berusaha membuat semuanya tetap tenang.

"Kita harus cari Rifa!" Udin membuka suara diikiti oleh Susan.

"Iya, kita harus cari Rifa!"

"Tunggu dulu! Kalian mau cari Rifa ke mana?" tanya Raka. "Emangnya kalian tau, Rifa pergi ke arah mana?"

"Justru karena kita nggak tahu Rifa ke mana, makanya harus dicari, Pak," sahut Udin.

"Maksud saya, kalo kalian nggak tahu arah nggak usah ikut nyari. Biar saya sama petugas aja yang nyari. Yang lain kembali ke tenda masing-masing."

"Nggak! Saya juga harus ikut nyari!" bantah Udin. "San, lu ikut gua atau nggak?"

"Gua ikut lu."

Tak bisa dicegah lagi, Udin dan Susan langsung pergi masuk ke dalam hutan. Abian yang merasa bersalah juga ikut menyusul mereka berdua.

Setelah menenangkan Bu Warsiah dan meminta semuanya kembali ke tenda masing-masing. Raka bersama para petugas keamanan hutan berpencar mencari keberadaan Rifa yang terpisah dari rombongan.

Siang semakin jatuh menginjak ke sore. Mereka sudah berkeliling hutan untuk mencari tetapi nihil, Rifa tak juga ditemukan. Suara Raka sampai parau meneriakan nama gadis yang telah sah menjadi istrinya. Kalau dilihat saja Raka memang tampak tenang, tetapi hatinya sangat kacau. Berbagai hal buruk tentu saja terbayang di kepalanya namun sebisa mungkin ia berpikir possitive.

"Kalo yang sudah sering camping di daerah sini, biasanya mereka hafal kalau arah utara itu rawan. Jalannya berlumut dan ada jurang cukup dalam di sana," ungkap salah seorang penjaga.

"Tapi semoga aja murid bapak nggak lari ke arah sana."

Raka tidak menyahuti perkataan mereka. Tenggorokaannya terasa kering mendengar ucapan penjaga hutan tersebut. Bagaimana caranya mempertanggungjawabkan semua pada orang tua Rifa jika sampai terjadi apa-apa pada gadis yang telah dipercayakan Tomi kepadanya. Ia bahkan tak pantas disebut sebagai laki-laki jika dalam waktu 24 jam tidak menemukan istrinya yang terjebak di hutan sendirian.

"Apa sebelumnya pernah ada yang nyasar juga seperti Rifa, Bang?" tanya Raka. Ia harus memastikan bahwa tak ada kejadian buruk yang pernah terjadi sebelum ini untuk meyakinkan diri bahwa Rifa akan baik-baik saja.

"Pernah. Tapi ya gitu, dia lari ke arah utara dan kepeleset. Jatuh ke jurang, dua hari baru ketemu dan...," petugas itu tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya. "meninggal."

Rasanya Raka tidak ingin bertanya apa-apa lagi. Sudah cukup sampai di situ. Ia tidak ingin mendengar jawaban yang tidak perlu ia dengar dan semakin membuat dadanya perih. Ia berjalan sedikit lebih cepat dan semakin gencar meneriakan nama Rifa, berharap gadis itu mendengarnya.

Lain Raka lain pula dengan Udin. Sambil menyusuri hutan Ia tak henti-hentinya memarahi Abian. Mengatai cowok itu bego karena sok-sokan memisahkan diri dari rombongan dan membuat sahabatnya hilang.

"Kalo sampe terjadi apa-apa sama Rifa, abis lu sama gua!"

"Lu pikir gua mau cewek gua ilang, Din?" balas Abian. Mereka bersitegang, saling tatap satu sama lain. "Bukan cuma lu yang sayang sama Rifa. Gua jauh lebih sayang sama dia."

"BEGO YA LU BERDUA! BUKANNYA FOKUS CARI RIFA INI MALAH BERANTEM? PAKE OTAK NGGAK SIH, LU PADA, HUH?" Teriak Susan melerai. Gadis berambut bondol itu terlihat frustrasi karena sejauh ini mereka sama sekali tak menemukan tanda-tanda Rifa. Bahkan ketika mereka kembali ke titik perpisahan antara Rifa dan Abian tidak ada petunjuk sama sekali.

Hari sudah semakin gelap bahkan ketika jam di ponsel baru menunjukan pukul setengah empat sore. Lebatnya dedaunan pinus yang tumbuh rapat menutup cahaya masuk. Semak belukar hampir menutup jalan setapak yang menjadi rute perjalanan. Siang saja begini, apalagi kalau gelap turun sepenuhnya. Mereka tak dapat membayangkan bagaimana takutnya Rifa berada si tengah kegelapan.

"Kalo tau kayak gini, gabakal gua biarin lu ikutan, Fa," sesal Udin.



***


Rifa frustrasi. Matanya sembab karena terlalu banyak menangis. Suaranya pun sudah parau sebab berteriak. Jalan setapak sudah hilang, pepohonan pinus berganti dengan pohon-pohon besar yang rindang. Akar kayu yang besar dan jalan yang agak licin seringkali membuat Rifa terjerembab. Satu-satunya penerangan adalah lampu flash dari ponselnya. 

Hari sudah sangat gelap. Suara-suara hewan malam mulai berorkestra. Yang paling nyaring ya suara jangkrik dan burung hantu. Kadangkala Rifa mendengar suara anak ayam yang konon katanya itu suara kuntilanak.

Bulu kuduknya merinding, air matanya sudah tidak bisa lagi keluar. Tenggorokannya terasa kering sedangkan air dalam tumbler yang ia bawa sudah tandas.

Kakinya mendadak lemas, Rifa terduduk di atas akar pohon besar. Entahlah, apa yang akan terjadi seandainya ada hewan buas atau hantu yang datang. Ia rasanya tak akan lagi mampu untuk berlari. Jangankan berlari berjalan kaki saja rasanya sudah tidak sanggup lagi.

Ia teringat tempo hati ketika menyahuti ayahnya di meja makan bahwasanya tidak akan ada kejadian tersesat di hutan, bahkan Udin yang sudah beberapa kali ikut aman-aman saja. Tetapi nyatanya sekarang malah Rifa yang tersesat.

Matanya mulai menggenang lagi. Ia tegugu sambil memeluk lutut. Tangisnya menyatu dengan suara jangrik. Sesekali ia meneriakan nama Raka. Hanya laki-laki itu yang ada di benaknya saat ini.

"Kak Raka gua janji, gua bakal putusin Abian kalo lu bisa nyelametin gua! Gua bakal jadi istri yang baik buat lu!"

Tepat setelah Rifa berucap demikian bulir air tiba-tiba mulai berjatuhan. Hujan. Mengapa harus turun hujan di saat seperti ini? Semakin deras hujan turun, semakin basahlah ia saat ini. Dingin semakin dingin wajahnya memucat bak gadis vampire.

Sesuatu tiba-tiba jatuh di hadapan Rifa yang sontak membuatnya kaget. Cahaya flash di arahkan ke benda tersebut dan betapa kagetnya Rifa mengetahui kalau itu adalah biawak yang jatuh dari atas pohon.

Tanpa berpikir panjang Rifa langsung berlari tunggang langgang. Hingga sesuatu mengait kakinya membuat gadis itu jatuh dan tergulung ke sisi jurang. Ponselnya terlempar entah ke mana, namun Rifa masih sadarkan diri meski kepalanya terbentur akar kayu.

Tangannya berpegang pada akar-akaran kasar. Berupaya untuk naik namun tanah yang berlumut dan licin karena hujan membuat tubuhnya merosot hampir jatuh sepenuhnya ke dalam jurang yang entah seberapa dalam.

"Tolong!" Rifa berteriak sekuat tenanga berharap ada yang mendengarnya.

Malangnya hutan ini terlalu luas untuk suaranya yang sudah hampir hilang. Pegangannya di karpun sudah melemah dan terasa perih sebab kasarnya akar tersebut melukai telapak tangan Rifa.

Apa semuda ini ia akan mati? Bahkan ia belum sempat menggapai cita-cita sebagai designer ternama dan berkeliling dunia. Ia belum sempat menyampaikan kepada Raka kalau saat ini ia sudah yakin bahwa dirinya telah benar-benar mencintai cowok itu. Ia pun belum sempat membuat orang tuanya bangga dan meminta maaf karena terlalu sering merepotkan.

Ia pun teringat dengan Raya yang saat ini berada jauh darinya. Kapan terakhir kali mereka berkomunikasi? Ia bahkan tak sempat menyampaikan rasa rindu terhadap kaka perempuannya itu. Kapan kakaknya akan pulang dan ke mana nantinya ia akan mengajak Raya pergi berlibur.

"Ya Allah Rifa sadar Rifa jarang banget sholat, Rifa bandel. Rifa sering nyakitin hati orang tua. Rifa nggak bisa berbuat baik sama Kak Raka. Tapi Rifa mohon ya Allah kasih Rifa kesempatan buat memperbaiki semuanya. Rifa sayang sama orang tua Rifa, ten-temen Rifa dan Rifa cinta sama Kak Raka." bertepatan dengan hal itu akar yang dipegangi Rifa terputus. Tubuhnya meluncur bebas jatuh ke jurang.

Teriakannya lenyap ketika sekali lagi kepalanya membentur batang pohon besar.

Prang!

Gelas terlepas dari tangan Sarah. Teh hangat yang ia buat tiba-tiba terjatuh ke lantai keramik. Wanita itu beristigfar, memunguti pecahan kaca yang nahas melukai jarinya hingga berdarah.

Tomi yang mendengar hal itu langsung menghampiri. Ia membantu Sarah berdiri menjauh dari pwcahan kaca. "Kamu kenapa, Ma?"

Sarah menggeleng, duduk sementara Tomi membersihkan jarinya yang berlumur darah. "Aku tiba-tiba kepikiran sama Rifa, Pa. Apa dia baik-baik aja ya sekarang?"

"Sebentar biar Papa telpon. Tadi pagi Raka bilang mereka ada kegiatan eksplorasi." Tomi mencoba menghubungi Raka namun ponselnya tidak aktif begitupula dengan Rifa.

"Gimana, Pa?"

"Mungkin di sana lagi nggak ada sinyal. Kita sangka baik aja, paling sebentar lagi Raka ngasih kabar."

Sarah mengangguk meski dalam hatinya ada perasaan lain yang tak bisa dihindari. Cemas. Sarah mencemaskan putri bungsunya.

Continue Reading

You'll Also Like

844K 16.5K 11
TERSEDIA EKSLUSIF DI DREAME!! JUDUL : MY HUSBAND IS HOT DUSEN! Seorang duda yang telah ditinggal istrinya yang sudah meninggal lima tahun lalu karen...
58.7K 1.7K 64
⚠️SEBELUM MEMBACA, FOLLOW TERLEBIH DULU AKUN AUTHOR NYA!!⚠️ SEDANG DI REVISI!!⚠️ kisah yang di alami oleh Laura Syifanazia Thufaila seorang wanita ca...
656K 20.7K 67
😈Plagiat dilarang mendekat👿 {ILMD1} Ava Naviza Wibowo adalah seorang siswi SMA, dia adalah anak dari pemilik Rumah Sakit Swasta dan tanpa sengaja b...
450K 34.2K 43
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...