REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STO...

Oleh Taratales

3M 325K 12K

Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berad... Lebih Banyak

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
CANARIA ADELIA DIRGANTARA
ALETTA DIRGANTARA
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2 [Darren's story]
EXTRA PART 3 [Darren's Story 2]
EXTRA PART 4
EXTRA PART 5
EXTRA PART 6
EXTRA PART 7 [LAST]

PART 34

51.5K 5.8K 150
Oleh Taratales

.
.
.

>>>

"Dira..."

Andira menatap sosok yang terbaring lemah diatas ranjang. Wanita itu masih terlihat cantik meski dengan wajah pucatnya, tersenyum lembut kearah Andira.

Disamping wanita itu ada bayi mungil yang masih terbungkus selimut, tertidur lelap tanpa merasa terusik oleh dua makhluk mungil yang terus menoel-noel pipinya.

"Halo adek" sapa salah satunya

"Itu adek Ega" sahut yang satunya tak terima

Wanita cantik diatas ranjang itu tertawa kecil, membela kepala keduanya "Adik Ega sama adiknya Ren juga"

Rega menatap bayi mungil didepannya dengan mata berbinar, selanjutnya dia mendongak "Namanya siapa, Ibu?"

"Namanya Kana" jawab sang ibu lembut "Canaria Adelia Dirgantara"

"Kana" Rega mengulangi nama yang disebutkan ibunya, matanya kembali berbinar saat menatap adiknya.

"Aku juga mau peluk Kana" Ren ikut mendekat ketika melihat Rega memeluk bayi lucu itu dengan hati-hati

"Hei, udah-udah. Kalian bisa keluar dulu?" Andira akhirnya angkat bicara, nadanya sedikit tidak enak dan terkesan hampir membentak

Rega dan Ren menunduk murung.

"Dira, pelan-pelan dong ngomongnya"

"Maria, kamu tuh terlalu lemah sama mereka, makanya mereka jadi gabisa diatur kayak gini" potong Andira cepat

Andira beralih pada Ren "Ren keluar dulu, ajak Rega juga"

Dengan terpaksa Ren mengangguk, Rega mengikuti dengan berat hati. Padahal dia masih ingin bermain dengan adik kecilnya.

"Kamu jangan terlalu keras sama mereka, apalagi sama Ren. Diakan putramu" tegur Maria menyentuh tangan Andira lembut

Andira menghela nafas, menggenggam tangan Maria "Ren harus belajar banyak dari Rega. Mereka emang mirip tapi mereka beda,"

Andira berhenti sejenak, tampak menunduk "Rega anak kamu, siapapun tau kalau Ren ga akan pernah bisa kayak Rega. Dia menuruni semua yang ada dalam diri kamu, dia pintar, jujur, dan baik hati, di umurnya yang bahkan masih sangat kecil, Rega punya sesuatu yang ga Ren punya"

"Dira." Maria tampak sakit hati mendengarnya. Meski Ren bukan putranya tapi Ren adalah putra sah dari Andira dan juga suaminya,

Rio Dirgantara.

"Kamu ngga boleh kayak gitu, gimana kalau Ren denger? Dia bisa salah paham ngira kamu ga sayang sama dia. Jangan ucapin apapun yang akan menghancurkan persaudaraan mereka Ra"

Maria menggenggam tangan Andira lebih erat lagi "Ra, setelah aku pergi. Kamu yang akan bertanggung jawab sebagai ibu di keluarga ini. Kamu juga yang akan menjadi Nyonya besar di keluarga ini. Sampai saat itu tiba tolong jaga anak-anak itu. Sayangi mereka dengan sepenuh hati,"

Maria beralih menatap Kana dengan sendu, bayi polos itu sedikit menggeliat saat Maria mengelus kepalanya "Aku ga akan minta kamu buat cerita semuanya ke Kana saat dia dewasa nanti. Kamu bisa jadi ibu seutuhnya buat Kana, aku yakin Kana juga pasti akan selalu sayang sama kamu meski dia tau kamu bukan ibu kandungnya"

Terkekeh kecil, airmata Maria mengalir melalui sudut matanya. Dia menatap Andira "Lagi pula kita kembar, dia ga akan ngerasa kecewa. Dia akan ngeliat sosok aku di diri kamu"

Senyum cantik menghiasi wajah pucat Maria "Dan untuk Rega, aku mohon terus bimbing dia sampai dia bisa menggantikan Rio. Aku percaya kamu dan Rio akan jaga Rega dan ajarin banyak hal yang ngga akan pernah bisa aku lakuin buat dia"

"Aku percaya masa depan mereka akan cerah kalau ibunya adalah kamu, Andira"

***

"KAK REGAAAAA!" Jeritan Kana terdengar pilu ketika peti yang membawa tubuh Rega keluar dari kediaman Dirgantara.

Masih memakai seragam, Kana berlari sempoyongan untuk menghentikan orang-orang yang akan membawa kakaknya.

"Biarin saya lihat kakak saya, tolong" airmata Kana bercucuran menatap orang-orang berbaju hitam itu dengan melas.

Mereka melirik kearah belakang, Kana mengikuti arah pandangan mereka dan sedikit terhenyak ketika melihat Andira diam menatap kearahnya. Wanita itu memang terlihat habis menangis tapi entah kenapa Kana merasa bahwa ekspresi itu tidak tulus.

Saat Andira mengangguk, orang-orang itu mulai menurunkan peti mati dan membukanya. Nafas Kana tercekat, dengan perlahan wajah Kana memerah menahan airmatanya.

Disaat semua orang memalingkan wajah tampak enggan melihat kondisi Rega, Kana justru menatap sosok itu dengan perasaan hancur.

"Kakak..." Kana pelan-pelan maju untuk menyentuh tangan yang sedingin es. Dia menggigit bibirnya dengan kuat, berusaha menahan tangisnya.

"Sudah cukup, tutup kembali" Suara Tuan Dirgantara terdengar tegas.

Kana tersungkur saat orang-orang itu mendorongnya dengan sengaja, mereka menutup kembali peti itu dan mengangkatnya.

"Jangan buat ini jadi sulit, Kana." Ucap Rio dingin

Saat itu juga Kana merasa semua orang menatapnya dengan tatapan sinis. Dia masih bersimpuh di lantai, mematung. Entah bagaimana, Kana tau hidupnya tidak akan sama lagi. Karena sejak saat itu, orang-orang dirumahnya berubah total.

<<<

***

Kana membasuh wajahnya, tak peduli riasan wajahnya hancur. Dia masih ditempat dimana pesta berlangsung, Kana bahkan belum masuk sejak bertemu Ian diparkiran.

Pesan singkat yang dikirim Galang cukup membuatnya berdebar-debar, kegirangan. Dia tadi sempat bertemu Noah didepan, pantas saja Noah tidak jadi ikut. Ternyata Alderian tau tugas yang Kana berikan untuk Ian, dan tanpa basa basi langsung mengirim Galang untuk membereskan segalanya, agar Noah dan Ezra tidak pergi dari sisinya.

"Dasar Al, harusnya dia kasi tau aku dulu" gerutu Kana tapi selanjutnya dia cekikikan. Kana meraih tasnya untuk mengeluarkan beberapa alat make up dan kembali membetulkan riasan wajahnya.

Selagi dia berdandan Kana terus bergumam riang "Kasian Mama, pasti trauma berat"

***

Pestanya benar-benar meriah, Kana sampai tidak tau dirinya berdiri dimana. Dia celingak-celinguk untuk mencari keberadaan Alderian atau Rissa. Sedangkan Ezra dan Noah sudah dia tugaskan untuk menunggu didepan pintu aula.

Karena sibuk menoleh kesana kemari, Kana sampai tidak melihat jalannya. Tanpa sengaja dia menabrak seseorang hingga gelas minuman yang tengah orang itu pegang tumpah karena dorongan barusan.

"Ah maaf, saya ngga sengaja" ucap Kana merasa bersalah

"Nyonya lain kali jalan lihat-lihat dong, lihat nih baju suami saya jadi bernoda gini" omel wanita disana

"Maaf, saya bener-bener ngga sengaja" ucap Kana menyesal sambil menatap baju orang itu

"Kana? Lo Kana kan?"

Mendengar ucapannya, Kana yang daritadi menunduk langsung mendongak. Seketika Kana mendapati dirinya terkejut sampai tak bisa berkata apapun.

"Maya" gumam Kana hampir tak terdengar, mata Kana beralih dari wanita ke pria disampingnya.

"Kamu barusan bilang Kana, May?" Tanya pria itu

Maya mengangguk "Iya Kana, kamu ingetkan? Temen SMA kita dulu"

Raut wajah Kana menggelap mendengar penuturan itu. Daripada disebut teman, mungkin Kana akan lebih senang disebut sebagai korban. Ya, korban bullyan Maya saat SMA. Dari sekian banyak orang, kenapa harus Maya yang bertemu Kana saat ini?

Kana tidak mengkhawatirkan dirinya, dia justru khawatir pada Maya. Soalnya Kana sedang dalam kondisi yang menggebu-gebu, jangan sampai karena satu kalimat tidak enak dari Maya, akan ada pertumpahan darah nantinya.

Sebisa mungkin Kana memasang senyum terbaiknya, menyapa dengan sopan "Hai, udah lama nggak ketemu. Maya dan Bani kan?"

"Ah seneng banget lo inget kita berdua, gue pikir lo udah lupa. Apalagi masa-masa SMA hubungan kita kan nggak cukup baik"

"May" Bani menengurnya

"Apa sih sayang? Benerkan, Na?" Maya menatap Kana meminta pendapat, tapi sebelum Kana bisa menjawab, Maya melanjutkan "Ya tapi kalau dipikir-pikir lagi, kita nggak akur kan semua gara-gara lo yang sering caper ke cowo-cowo termasuk Bani. Ya wajar sih gue marah. Maklumin aja Na, gue tuh tipe yang posesif emang. Lagian semua juga udah berlalu, dan lo mungkin udah berhasil ngerebut Arsa dari Aletta?"

Maya mengatakan itu dengan sengaja. Terbukti ketika semua orang mulai memperhatikan mereka. Kana masih berusaha bertahan dengan senyum manisnya walau urat-urat dipelipisnya mulai berkedut-kedut.

Disaat perhatian para tamu sudah memusat pada mereka, Maya pura-pura terkejut.

"Ups, sorry Na. Gue ngga bermaksud bahas masa lalu, tadi tuh gue lagi nostalgia aja. Kangen masa masa sekolah"

"Hm gapapa kok" ucap Kana, senyum ramah masih terpampang di wajah cantiknya.

Ekspresi Maya mulai tidak enak. Sadar bahwa Kana tidak terprovokasi oleh ucapannya, Maya tanpa sadar berdecih dan Kana masih dapat menangkapnya.

Selanjutnya Maya tersenyum licik, Kana mendadak was-was. Entah apa yang direncanakan manusia ular didepannya ini. Kana harus siap dan tenang agar tidak terpancing.

"Oh iya, lo dateng sama siapa kesini? Ini kan pesta keluarga Lavana, cuma orang-orang penting yang bisa hadir disini. Lo nyewa gandengan ya? Siapa Na, pejabat? Pengusaha? Atau jangan-jangan suami orang lagi"

Maya tertawa, diikuti dengan beberapa wanita dibelakangnya. Sepertinya circle Maya yang tidak kenal siapa Kana.

"Maaf Na, becanda doang kok" kata Maya berusaha menghentikan tawa paksanya.

"May" Kana memanggil

Maya perlahan-lahan mulai menghentikan tawanya, senyum mengejek sekarang tampak jelas disana.

"Pernikahan lo sama Bani udah berapa lama?" Tanya Kana

Maya membuka mulutnya untuk menjawab tapi Kana sudah lebih dulu bersuara "Sejak lulus sekolah kalian mutusin buat nikah kan? Udah selama itu berarti"

Maya bersedekap, tampak bangga. Kana tertawa dalam hati melihat kebodohan itu.

"Anak kalian mana?"

Maya seketika mematung, begitu juga dengan Bani.

"Eh maaf gue lupa May. Setelah aborsi terakhir kali, lo kan jadi gabisa hamil lagi" ucap Kana menutup mulutnya dengan wajah prihatin

Hening.

Kana tertawa dalam hati mengawasi ekspresi Maya yang mulai mengeras.

"LANCANG BANGET LO!" Bentak Maya, tangannya hendak melayang diwajah Kana.

"Ezra, Noah" panggil Kana datar

Sebelum tangan itu menyentuh Kana, dua pistol sudah menempel di kepala Maya, membuat wanita itu seketika mematung. Jeritan dari para wanita dibelakang Maya terdengar.

Kana melipat kedua tangannya didepan dada, mendekati Maya yang masih syok. Kana tersenyum sinis, dia mengangkat tangannya untuk menepuk pelan pipi Maya.

"Be careful" bisiknya

"Satpam! Satpam! mereka bawa senjata, tolong bawa mereka keluar!" Teriak salah satu wanita dibelakang Maya

Mereka benar-benar menjadi pusat perhatian semua orang, sampai akhirnya beberapa orang mendatangi mereka.

"Tuan Lavana! Lihat perempuan itu, dia buat kekacauan disini" adu wanita itu lagi saat melihat sang pemilik acara datang.

Kana mengangkat alisnya, masih bersikap santai. Maya memasang wajah semelas mungkin, berharap kalau Tuan Lavana mungkin akan mengusir Kana dan dua orang yang masih menodongkan pistol padanya.

"Sayang?"

Kana menoleh, Alderian datang bersama Darren digendongannya.

"Mamiii" Darren ikut-ikutan memanggilnya

"Ada apa ini?" Tanya Alderian melihat situasi sekitarnya, dia menatap salah satu bodyguardnya lalu berkata tegas "Ezra, jelaskan"

"Wanita ini berniat untuk menampar Nyonya besar, Tuan." jawab Ezra

"Tembak." Pinta Alderian tenang

Semua orang langsung tercengang bahkan Maya sampai gemetar menatap Kana dan Alderian secara bergantian. Wanita-wanita dibelakang Maya juga tak kalah terkejut, mereka mendadak bungkam setelah berisik daritadi.

"Baik Tuan"

"Tunggu Ezra." potong Kana buru-buru menghentikan Ezra yang hendak menarik pelatuk. Kana segera menarik lengan Alderian dengan pelan sampai suaminya itu menoleh, Kana menggeleng sebagai isyarat dan Alderian tampak menatapnya dingin.

"Please... Jangan buat kegaduhan disini, lepasin aja. Biar aku yang beresin nanti" bujuk Kana

Akhirnya setelah lama berpikir, Alderian menghela nafas lalu berpaling pada Ezra "Turunin pistol kalian"

Ezra dan Noah langsung melakukan perintah tersebut, Maya bernafas dengan susah payah. Sepertinya wanita itu menahan nafas daritadi.

"Nyonya Agrient, maaf atas ketidaknyamanan ini. Saya akan menyuruh mereka keluar dari sini" ucap Gavin Lavana tidak enak

"Ngga masalah, saya baik-baik aja" jawab Kana sopan

"Kana, kamu gapapakan?" Dua Wanita dibelakang Gavin tadi langsung menghampiri Kana dengan khawatir

"Gapapa kok, oh iya aku pengen ngomongin sesuatu. Kalian bisa ikut aku?"

Hana dan Ghea saling pandang lalu mengangguk, "Kita ke ruangan pribadi aja"

Kana pergi darisana, mengikuti Hana dan Ghea. Dia sempat menoleh kebelakang untuk melihat keadaan Maya. Kana tersenyum miring,

Sepertinya meminta bantuan Galang sekali lagi tidak masalah.

.
.
.

TBC

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

54.9K 6.5K 25
Ayo saksikan bersama takdir baru dari Menara Everlasting.
1.3M 138K 34
SEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut cep...
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
364K 950 8
konten dewasa 🔞🔞🔞