I'll be your girlfriend

By Prince_ice08

8K 1K 46

WARNINGπŸ”₯ I can be the one for you for good, I'll be your girlfriend~ 16+ Start : 29 Agustus 2021 More

πŸ’ Cast πŸ’
πŸ’ Pindah rumah πŸ’
πŸ’ Kerja & Kerja πŸ’
πŸ’ KAK ALEX! πŸ’
πŸ’ KAKAK! ABANG! πŸ’
πŸ’ Kak Alex, let's date πŸ’
πŸ’ Kiriman πŸ’
πŸ’ Cheers πŸ’
πŸ’ We're dating πŸ’
πŸ’ Kencan pertama πŸ’
πŸ’ First kiss πŸ’
πŸ’ SKAKMAT πŸ’
πŸ’ Guru privat?πŸ’
πŸ’ PUTUSIN!πŸ’
πŸ’ Yaudah, putusπŸ’
πŸ’ Crazy KiyowoπŸ’
πŸ’ Kriteria πŸ’
πŸ’ Hmm... πŸ’
πŸ’ Balikan? πŸ’
πŸ’ Adik kembaran πŸ’
πŸ’ Salah tanggal πŸ’
πŸ’ Geplakan πŸ’
πŸ’ Ayang πŸ’
πŸ’ Umur hanyalah angkaπŸ’
πŸ’ MBL πŸ’
πŸ’ Tragedi πŸ’
πŸ’ Berubah πŸ’
πŸ’ Break? πŸ’
πŸ’ Kacau πŸ’
πŸ’ Kembali πŸ’
πŸ’ Pasti ada jalan πŸ’
πŸ’ Kebenaran πŸ’
πŸ’ Versi berbeda πŸ’
πŸ’ Dejavu πŸ’
πŸ’ Self healing πŸ’
πŸ’ Bertemu πŸ’
πŸ’ Mantan putri? πŸ’
πŸ’ Masih πŸ’
πŸ’ Just a hug πŸ’
πŸ’ Sebuah pengakuan πŸ’
πŸ’ Pergi πŸ’
πŸ’ Mimpi & Nyata πŸ’
πŸ’ Bertengkar πŸ’
πŸ’ Circle πŸ’

πŸ’ Nadia lesbi? πŸ’

99 9 0
By Prince_ice08





#AuthorPOV

"Ki, nggak ada niatan keluar?"

Riki menggeleng.

"Mau makan sesuatu, ada warung deket sini nggak sih?"

Lagi-lagi Riki membalas dengan gelengan tak tahu.

"Ishh, bisu lo? Geleng-geleng mulu." Cibir Ziva lalu melirik jam.
Menunjukkan pukul setengah 4 sore.

"Kalo bunda nyariin, bilangin gue ke warung."

"Hm," balas Riki.

.
.

Ziva mengayuh sepedanya perlahan menyusuri jalanan komplek. Mencari-cari warung makanan yang mungkin menarik baginya. Untungnya cuaca tak terlalu terik juga, jadi Ziva bisa nyaman lama-lama bersepeda.

"Baru ngeh rumah-rumah disini elit-elit semua, pantesan yang jualan rada sepi." Gumam Ziva.

Creettt...

Ziva tak sengaja menoleh pada pagar besi yang bergeser.

Dan...

"Eh, Kak Randy?"

Randy menoleh sekilas lalu kembali fokus pada pagar rumah.
Mendorongnya sedikit kesusahan karena macet. Setelahnya motor ia keluarkan dan kembali menutup pagar rumah.

Ziva masih memperhatikan pergerakan Randy. Hingga cowok itu kembali menunggangi motornya.

Brummm...

Motor melaju membuat Ziva hampir saja melemparkan umpatan.

"Wahh... Anjirlahh. Gue tau coba ngehindar, tapi nggak gini jugaa." Ziva mengayuh cepat sepedanya mengejar motor yang Randy kendarai.

Untung saja laju motor tersebut lumayan pelan jadi Ziva dapat menyusul.

"Kak," panggil Ziva.

Motor berhenti dan cowok itu menoleh dengan ekspresi datar.

"Ziva tau kakak menghindar sesuai yang Ziva minta. Tapi apa kakak sampe lupa caranya menyapa? Dan... Oh yaa, yang tadi rumahnya kakak? Berarti kita tetanggaan?" Tanya Ziva beruntun

Randy menghela nafas karenanya.

"Jadi mau kamu sebenarnya apa?"

Ziva langsung kicep, tak tahu harus berkata apa.

"Kok diem?"

"Yaa... Karena nggak tau mau ngomong apaa."

Terlihat Randy menghela nafas jengah. "Mau kemana?" tanyanya keluar dari topik sebelumnya.

"Nggak tau, keliling aja." Jawab Ziva seadanya.

"Oh ya, kakak belum jawab pertanyaan Ziva. Yang tadi rumahnya kakak?" tanya Ziva ulang.

"Bukan, rumah papa saya."

"Ishh, sama ajaa kalii."

"Bedaa, kalau itu rumah saya. Berarti atas nama saya, bukan papa saya." Debat Randy.

"CUT!" seru Ziva menginterupsikan agar pembahasan barusan sampai di situ saja.

"Kakak mau kemana?" tanya Ziva.

"Emang kenapa? Mau ikut?"

"Emang kemana?"

"Mau ikut apa nggak?" Randy bertanya kembali.

"Tapi kemana?" jengah Ziva.

"Yaa, mau ikut nggakk?"

"Astaga, ganteng-ganteng kok sengklek." Gumam Ziva capek dengan cowok disebelahnya itu.

"Jadi mau ikut nggak?"

"Terus sepedanya ditaro dimana?" tanya Ziva melirik sepedanya.

"Taro aja, kalau kena ambil yaa ikhlasin aja."

"Kenapa lama-lama nih orang nyebelin banget yaa?" cibir Ziva dalam hati.

"Gini aja deh, kakak ngikutin Ziva ke rumah buat balikin sepedanya."

"Kejauhan," balas Randy. Tampak ia melirik sekeliling. Dan kemudian melajukan motornya tanpa berkata apa-apa.

"Kok Ziva ditinggal?! Tunggu!" seru Ziva mengayuh sepedanya mengejar motor Randy.

🍀

"Kak, sumpah deh. Lebih nyaman naik motor matic daripada ini. Pinggang gue sakiitt."

"Siapa suruh duduk tegap gitu," balas Randy.

"Terus gimanaaa," gemas Ziva.

Motor berhenti.

"Condong dikit kedepan, kalau mau peluk juga boleh."

"Enak aja, bisa-bisa orang salah ngira gue pacarnya kakak."

"Udah yang kedua loh, kamu bilang 'gue'. Sebelumnya perasaan bilang 'Ziva', 'aku' dehh."

"Serah Ziva lahh. Lagian ini nggak disekolah, jadi bebas mau ngobrol nonformal." Tutur Ziva.

Motor kembali melaju, dengan sedikit kaku Ziva mencondongkan tubuhnya kedepan. Posisi itu malah kian membuatnya capek sendiri.

"Kak, nggak ada niatan ganti motor? Iya gue tau kalau boncengin pacar lo, dia bisa langsung nemplok. Tapii--"

"Lo cewek pertama yang gue boncengin."

"Hah? yang bener aja, terus si Nadia?"

Tak ada sahutan.

🍀

"Baru tau, ketos SMA tercinta juga suka jajan di pinggir jalan." Ucap Ziva setelah pesanan bakso mereka tiba.

"Terus maunya jajan di tengah jalan? Gitu?" jawab Randy yang tengah menuangkan sambel kedalam mangkok baksonya.

"Kak, tau nggak sih. Makin lama nih yaa, kakak makin nyeebeliiin. Atau emang aslinya gitu? Baru sekarang kebongkar." Ziva berucap jujur.

"Perasaan kamu aja itu." Randy lanjut menyuapkan bakso kedalam mulutnya.

"Oh ya kak--"

"Lo emang aslinya banyak ngomong yah."

Ziva langsung terdiam.

"Haha, jadi apa tadi?"

"Nggak jadii, udah nggak mood." Tukas Ziva kemudian memilih fokus pada makanannya.

"Ngambek?"

"Nggak tuhh," jawab Ziva acuh.

Tangan Randy terangkat mengacak rambut Ziva. "Ck, dasar."

Tanpa cowok itu sadari, hal itu langsung berdampak pada detak jantung Ziva yang kian berdegup kencang. Refleks Ziva memegangi area dadanya.

"Kak, kayanya jantung Ziva bermasalah."

"Jantung? Jantung disebelah kiri bukan kanan." Randy membetulkan posisi tangan Ziva yang memegangi dada area kanannya.

"Oh, disini yaah."

"Aneh."

"Gue anak IPS bukan IPA. Jadi maklum nggak tau." Bela Ziva.

"Emang SD, SMP nggak ada pelajaran IPA terpadu?" tuding Randy.

"Mm, CUT! ganti topik!"

Randy tertawa yang membuat Ziva terasa ternistakan. Dasar dramatis.

🍀

"Makasih kak traktirannya. Lain kali gantian, gue yang traktir dehh."

Randy hanya balas dengan anggukan. "Pulang sana."

"Iya, ini juga mau pulang." Ziva beralih pada satpam yang duduk didalam post. "Pak, makasih ya udah dikasih nitipin sepedanya."

"Iya nak, sama-sama."

Ziva mengayuh sepedanya melaju pergi. Saat tak terlalu jauh, ia berhenti dan menoleh. "Kak! Kalo nanti pinggang gue sakit lo tanggungjawab ya!"

"Lebih dari itupun gue sanggup tanggungjawab. Jadi mau kapan?"

"Hah?! Nggak kedengeran!"

Randy tak lagi merespon, ia melajukan motornya kearah yang berlawanan dengan Ziva.

"Dia ngomong apa sih," gumam Ziva keheranan.


🍀



Selepas apel pagi, Ziva mampir sejenak ke toilet untuk sekedar mencuci muka. Saat hendak pergi, lagi-lagi tak sengaja berpapasan dengan Nadia.

Tapi, tunggu.

"Kenapa toilet jadi sepi gini? Bukannya tadi rame?" benak Ziva melirik sekeliling dimana Nadia CS menatapnya tajam.

"Kenapa? Takut?" sinis Nadia.

"Nggak tuh, biasa aja." Balas Ziva tak ingin terlihat lemah.

"Kemarin enak ya, makan bakso berdua sama pacar orang."

"Hah? Tunggu, kok dia bisa tau?" lagi-lagi Ziva berucap dalam hati.

"Emang kenapa? Lagian, pacar orang? Situ amnesia?"

"Sialan," Nadia menjambak rambut Ziva dari belakang membuat Ziva mendongak menahan sakit.

"Lepasin anjng!" sentak Ziva.

"Gue udah peringatin lo kan, jangan coba-coba deket sama Randy. Kayanya lo emang nggak ada takut-takutnya." Nadia menyeret Ziva memasuki bilik toilet.

"Cuihhh, lo cocoknya disini."

Brakkk...

Nadia menutup pintu kasar lalu menguncinya.

Brushhh...

Hahahaha...

"Rasain!"

"Ihhh, bau bangett nggak sihhh."

"Sama-sama bau."

Ziva terisak dalam diam, ia benci dengan keadaan yang menimpanya kini. Seragamnya sudah berubah warna menjadi cokelat atas air yang barusan disiramkan padanya. Entahlah air itu berasal darimana, tapi aromanya lumayan busuk.

Sekarang bagaimana?

Apa Ziva akan diam saja atas perlakuan Nadia CS itu terhadapnya?

Owh, tidak. Bukan Ziva namanya jika hanya diam menerima jika harga dirinya diinjak-injak.

Brakkk...

Pintu ditendang kuat oleh Ziva, namun benda itu masih terpasang kokoh.

Brakkk...

Brakkk...

Cklikk...

Pintu terbuka, bukan atas dobrakan Ziva. Tapi seseorang yang membukakannya dari luar.

Ziva menatap sendu orang tersebut. Ingin rasanya ia memeluk orang tersebut menyalurkan rasa terimakasihnya. Mengutarakan perasaannya yang campur aduk. Tapi, tidak. Ia masih ada urusan dari wanita bernama 'Nadia'.

Ziva berjalan melewati Randy yang barusan membukakan pintu. Entahlah cowok itu tau darimana ia berada disana. Yang terpenting saat ini bagi Ziva adalah membalas perbuatan Nadia.

Ziva melangkah lebar mengejar Nadia CS. Bodoamat dengan orang-orang yang menatapnya jijik dan aneh.

"NADIA!"

Brukk...

"Lepasiin anjng!" pekik Nadia kala Ziva memeluknya erat. Menggesek-gesekkan badan keduanya hingga menyebabkan seragam Nadia ikut kotor.

"Lo kayanya suka banget sama gue, sampe-sampe semua yang gue lakuin lo perhatiin. Owh, apa jangan-jangann.. Lo putus sama Kak Randy gara-gara suka sama gue?!" Ziva sengaja memperkeras suaranya agar orang-orang mendengar.

"Aduhhh sayangnya gue masih normal, cari orang lain aja yah." Ziva melepaskan pelukannya lalu pergi begitu saja.

"SIALAN!" pekik Nadia yang langsung membuat senyum Ziva mengembang.

"Apa iya Nadia lesbi?"

"Kalo emang iya, sayang banget orang seganteng Kak Randy disia-sia in."

"Kiamat memang sudah semakin dekat."

"Najis banget anjir, lesbi ternyata."





🍒🍒








Jangan lupa vote~




THANKS FOR READERS ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

197K 9.3K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
1.1M 109K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
10.5M 922K 61
~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN DITIRU! 'Si cuek yang tiba-tiba agresif' Start : 18 Februari 2023 End : 27 Mar...
431K 15.6K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...