AZKARINO✔️[TAMAT]

By andarrr

96.1K 4.9K 326

Tentang Azkarino Aldevaro, manusia biasa yang tidak sempurna. More

B L U R B
Prolog
01: 12 IPS 1
02: Benalu!
03: Di Follback?
04: Ketahuan Kerja!
05: Bukan Aku!
06: Sahabat
07: Ini Semua Tidak Adil
08: Mulai Sekarang, Kita Temenan
09: Ultahnya Azka
10: Penyakit Ini Menyiksa
11: Adek Laknat!
12: Sakit
13: Drop
14: Bullying
15: Sakit Hati
16: Pengakuan
17: Terbongkar Sudah
18: Feel So High
19: Harus Mandiri
20: Di Pecat?
21: Kangen
22: Perdebatan
23: Damai
24: Sama Gue Mau Nggak?
25: Membuat Curiga
26: Milik Gue
27: Dicabut?
28: Mendadak Ngeblank
29: Azka Cemburu
30: Insiden
31: Berkunjung Neraka Duniawi
32: Tas Sekolah
33: Club
34: Minta Izin
35: Rumit
36: Semakin Rumit
37: Keputusan
39: Menerima
40: Undangan
41: Hari-H
42: Duka
43: Penyesalan (End)
andarrr note
Cast
Naughty
Extra Chapter 1: Waktu

38: Tersakiti

1.5K 95 15
By andarrr

Halo teman.

Bagaimana kabarnya?

Masih sempat wattpad-an?

Iya aku tau sekarang udah mulai masuk sekolah

Kita sama-sama pulang sore ya kan?😭

Sampai nggak sempet ngerangkai cerita ini huhu...

Oke langsung aja!

Happy Reading...
"Awaaaaas!!"

Sreeeettt!

Sorot lampu terang menyorot silau mengenai matanya, Azka terpental jatuh.

Aargh!

Azka memegang pundak kanannya yang terasa sangat sakit.

Para pengendara motor berhenti untuk melihat kondisi Azka, mereka hanya berdiri bahkan beberapa ada yang memfoto Azka yang tergeletak di aspal sambil meringis kesakitan.

Sejumlah orang menyeret paksa laki-laki yang baru saja keluar dari mobil putih.

Dikelilingi banyak orang membuat Azka semakin stress.

Pusing.

Hingga akhirnya dia merasa tidak menyentuh aspal lagi.

Tubuhnya digotong medis ambulan rumah sakit. Mereka memasang tabung oksigen dihidung Azka. Pergelangan tangan Azka dipegang kuat.

Gerakan tak terkontrol membuat Azka tidak kuasa menahannya. Tubuhnya kejang-kejang, nafasnya sesak, bayangan orang-orang berwajah seram terus menghantuinya hingga saat ini.

Argh!

Suntikan berhasil medis berikan untuk Azka. Kini lelaki itu merasa seluruh tubuhnya lemas tidak berdaya.

Azka benar-benar kesulitan merespon keadaan sekitar. Azka lupa bagaimana cara berpikir.

...

Hp Azka menggunakan pin untuk dapat di akses. Kontak bernama 'Gaza' satu-satunya nomor yang terdaftar dalam panggilan darurat layar kunci hp Azka.

"Ya, saya sendiri." Regaza menguap lebar, dering telepon mengganggu istirahatnya.

"--Kok bisa?" Ada nada tidak percaya.

"Saya kesana sekarang!" Regaza bangkit dari kasur, mengenakan jaketnya dengan asal.

Regaza cemas setelah mendengar kabar dari rumah sakit bahwa Azka tertabrak mobil. Pihak rumah sakit tidak memberi tau seberapa parah luka Azka. Yang jelas, lelaki itu sangat ingin cepat tiba di rumah sakit dan melihat bagaimana kondisi Azka sekarang.

"Kenapa bisa ketabrak sih lo anjing." Gumam Regaza kesal menatap Azka dari balik kaca transaparan.

Regaza tidak melihat tubuh Azka berdarah, diperban atau luka-luka parah lainnya. Dia hanya melihat, lelaki itu terbaring dengan mata terpejam serta tabung oksigen yang berada di mulutnya.

"Mas, tolong jangan laporin saya ke polisi." Lelaki yang diketahui telah menabrak Azka secara tidak sengaja, meminta Regaza untuk berdamai.

Regaza melirik lelaki itu sekilas.

"Sepertinya, tadi mas itu sedang mabuk. Tadi saya lihat dia meracau sendiri, jalannya juga sempoyongan." Mereka juga membawa saksi yang bersedia menengahi.

"Apa?" Regaza menatap bapak-bapak berusia kurang lebih empat puluhan.

"Nah kan, jadi saya tidak sepenuhnya salah."

"Kejadiannya dimana?" Tanya Regaza. 

"Pertigaan borang." Jawabnya.

Perhatian mereka teralihkan dengan Dokter yang memakai masker baru saja keluar dari ruangan Azka.

"Gimana keadaan Azka dok?" Tanya Regaza antusias.

"Anda siapanya pasien?" Tanya dokter itu memandang Regaza dari atas sampai bawah.

"Saya adiknya."

Dokter itu mengangguk, "Mari."

Regaza mengikuti dokter dari belakang, mereka masuk ke sebuah ruangan. Regaza dipersilahkan untuk duduk, mata elangnya tidak lepas dari amplop cokelat bertuliskan besar UNIT RADIOLOGI.

"Pasien namanya?"

"Azka, Azkarino."

"Mas Azka." Dokter membaca gambar dengan seksama.

"Kasusnya kecelakaan ya." Tutur dokter itu.

Regaza diam tidak menjawab.

"Dari hasil ronsen tidak ada yang patah maupun kerusakan tulang lainnya," Regaza menghembuskan nafasnya lega.

"Mungkin ada bagian-bagian yang nyeri karena kantep." Imbuhnya.

"Jadi tidak ada yang parah ya dok?" Tanya Regaza.

"Apa pasien punya riwayat sakit lain?"

"Kanker dok, tapi rutin check-up kok."

"Sudah pengobatan apa saja mas?" Dokter itu menyerahkan amplop besar kepada Regaza.

"Azka menolak kemoterapi, kita hanya rutin check-up sama minum obat teratur."

"Jadi selama ini anda tau perkembangan sel kanker pasien sampai dimana?"

Regaza mengangguk ragu.

Azka selalu bilang dirinya baik-baik saja sepulang check-up. Walau sebenarnya Regaza sendiri sudah beberapa kali tidak menemani Azka.

...

Karena kondisi Azka yang tidak menghkawatirkan, toh penabrak juga tanggung jawab telah membawa dia ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan menggunakan biayanya. Dan dokter mengatakan Azka dalam keadaan mabuk. Regaza memutuskan tidak melaporkan kasus ini ke polisi, padahal tadinya dia sudah menggebu-gebu ingin baku hantam.

Pucat.

Azka tertidur namun seolah tidak tenang.

Kening lelaki itu berkerut, terasa tidak nyaman, mengigau. Regaza mengelus punggung tangan Azka yang terhubung selang infus.

"Ka." Regaza merasa kasian dengannya.

"Gue disini." Ucap Regaza.

"Kansa.." Azka mengigau lagi.

Regaza memincingkan matanya, suara Azka tidak terlalu terdengar jelas. "Kansa..."

"Kansa?" Beo Regaza.

"Lo kepengin Kansa kesini?"

"Bentar gue telpon." Regaza merogoh kantong celananya.

Sambil memperhatikan Azka, Regaza berusaha menghubungi Kansa.
Regaza tidak tau hubungan Kansa dan Azka tengah kacau.

Setelah sambungan telepon terhubung, Regaza menceritakan semuanya kepada Kansa. Lelaki itu mendengar isakan tangis Kansa.

"Sabar, bentar lagi sampai." Ucap Regaza seadanya sambil mengelus kening Azka.

Regaza iseng membuka sebelah mata Azka, dia ingin segera melihat lelaki itu tersadar. Dia yakin pasti Azka sudah sadar dari suntikan bius beberapa jam lalu.

"Kansa mau kesini, bangun."

Bola mata Azka berputar beberapa kali.

Lelaki itu menyesuaikan cahaya yang masuk melalui retina matanya.

Wajah kabur Regaza menjadi hal pertama yang dia lihat.

"Za?" Azka ragu.

"Iya gue, Gaza." Regaza mengangguk riang.

Azka mengedipkan matanya sejenak, mengingat sebab akibat dia bisa berada di tempat bernuansa putih-hijau ini.

"AZKA!" Azka terlonjak mendengar dobrakan pintu beserta teriakan namanya.

"Kamu gapapa? Ada yang sakit?" Wajah gadis itu sembab, mengecek tubuh Azka.

Azka tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Siapa?" Regaza menyenggol siku Kansa sambil menunjuk Digo yang berada di ambang pintu UGD.

"Panggilin dokter." Titah Kansa.

Azka dipindahkan dari ruang UGD menuju ruang inap. Brankar tempat Azka berbaring didorong perawat sambil diikuti Kansa bersama Regaza disampingnya. Sempat melewati Digo, Azka menatap lama lelaki itu.

Dia merasa familiar dengan wajahnya, namun entah efek apa yang membuat Azka lupa bahwa lelaki itu yang merebut Kansa darinya.

"Udah nggak sesek?" Tanya Regaza disaat Azka meminta oksigen dilepas dari mulutnya.

Azka menggeleng.

Azka mencekal tangan Kansa begitu gadis itu berdiri.

"Sebentar ya." Ujar Kansa, gadis itu ingin berbicara dengan Digo.

Azka menggeleng dan enggan melepaskan tangan Kansa.

"Anjing. Sengaja banget dia manfaatin suasana." Batin Digo mengepalkan tangannya.

"Yang diluar siapa lo?" Pertanyaan Regaza tadi tidak dijawab oleh Kansa dan sekarang dia bertanya lagi.

"Dia..." Kansa menatap Azka.

'Kenapa Azka biasa aja?'

"Ka, sorry aku harus pulang. Udah malem."

"Sa." Azka mencekal tangan Kansa.

"Maaf, aku udah ditungguin." Kansa berusaha lepas dari Azka.

"Lo kenapa sih? Cowo lo sakit, butuh lo malah buru-buru pulang." Cibir Regaza.

"Kansa! Argh..." Azka meringis sewaktu berusaha bangun, pundak kanannya terasa sangat sakit.

"Ka. Ka, udah." Regaza menahan Azka untuk tetap berada di atas ranjang.

"Kansa." Azka berhasil meraih ujung tas selempang gadis itu.

"Ka, nanti lo jatuh!"

"Lo gausah akting." Beo Digo bersedekap sambil memandang Azka.

"Akting matamu, dia beneran sakit. Mata lo buta?" Jawab Regaza.

"Gagar otak lo?" Digo mendekat.

"Digo!" Kansa menarik tubuh Digo supaya tidak mendekati Azka.

"Lo sama Kansa udah putus. Lupa?"

"Putus?" Regaza menatap Kansa meminta jawaban.

Kansa menatap Azka, raut bingung terpampang jelas di wajahnya.

"Kita udahan ya Ka hiks..."

"Kita putus Azka. Udah nggak ada hubungan lagi!"

Tangan Azka naik memegang kepalanya.

"AKU MILIH DIA DARIPADA KAMU!"

"Arrggghhh!" Azka menjambak rambutnya kuat.

"SERING AKU LIAT KALIAN BERDUA JALAN. Sering. Nggak cuman sekali dua kali. Tapi aku cuma diam, pura-pura bodoh. Demi apa? Demi jagain hati kamu!"

"Aarghhh!" Kepala Azka semakin sakit, lelaki itu memukul telinganya. Dia tidak mau mendengar kata-kata itu lagi!

"Ka." Regaza menyadarkan Azka.

"Azka!" Regaza menahan tangan Azka untuk berhenti menyakiti dirinya sendiri.

"Nggak mungkin!"

"Ini semua cuma mimpi!"

"Bangsat lo anjing!" Umpat Azka kepada Regaza.

"Pergi!" Regaza menyuruh Digo pergi dari hadapan Azka.

"Ayo kita pergi." Digo menggandeng tangan Kansa.

Azka memberontak ingin turun dari ranjang, "Jangan bawa Kansa!"

"Kansa!"

Brak!

Darah Azka masuk kedalam infus, Azka sampai terjatuh dari atas ranjang demi menghentikan Digo.

Ssshh....

Dia merasakan perih yang teramat sakit.

"Za buruan!" Teriak Kansa.

"Jangan pergi..." Lirih Azka.

Regaza datang bersama seorang dokter.

"Jangan sentuh gua!" Marah Azka kepada dokter itu, dia ingin menggenggam Kansa lebih lama lagi. Dia tidak mau Kansa meninggalkannya.

"Ayo Ka." Azka menepis tangan Regaza kasar.

Lengan kirinya terasa ditusuk jarum runcing hingga menjalar sakit sampai ke ubun-ubun.

"Sakit..." Rintih Azka.

Tenaganya hilang begitu saja, hanya pasrah disaat mereka menggotong tubuhnya naik ke atas ranjang.

Azka tidak punya tenaga lagi untuk memberontak.

"Tidur ya."

Beberapa detik setelah dibawah pengaruh suntikan tidur, Azka semakin lemah. Pandangannya mulai berkunang-kunang.

"Jang..." Ucapan Azka menggantung diujung lidah.

Mata lelaki itu terpejam.

Pegangan tangannya mengendur bersamaan dengan hilangnya kesadaran Azka.
To be continue....

Continue Reading

You'll Also Like

474K 17.5K 32
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1.3M 93.3K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
3.2K 287 52
𝓐𝓷𝓪𝓴 𝓵𝓮𝓵𝓪𝓴𝓲 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓾𝓶𝓾𝓻 19 𝓽𝓪𝓱𝓾𝓷 𝓲𝓷𝓲 𝓱𝓪𝓻𝓾𝓼 𝓶𝓮𝓷𝓮𝓵𝓪𝓷 𝓹𝓪𝓱𝓲𝓽 𝓳𝓪𝓵𝓪𝓷𝓷𝔂𝓪 𝓴𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰...