I'll be your girlfriend

By Prince_ice08

8K 1K 46

WARNINGπŸ”₯ I can be the one for you for good, I'll be your girlfriend~ 16+ Start : 29 Agustus 2021 More

πŸ’ Cast πŸ’
πŸ’ Pindah rumah πŸ’
πŸ’ Kerja & Kerja πŸ’
πŸ’ KAK ALEX! πŸ’
πŸ’ KAKAK! ABANG! πŸ’
πŸ’ Kak Alex, let's date πŸ’
πŸ’ Kiriman πŸ’
πŸ’ Cheers πŸ’
πŸ’ We're dating πŸ’
πŸ’ Kencan pertama πŸ’
πŸ’ First kiss πŸ’
πŸ’ SKAKMAT πŸ’
πŸ’ Guru privat?πŸ’
πŸ’ PUTUSIN!πŸ’
πŸ’ Yaudah, putusπŸ’
πŸ’ Crazy KiyowoπŸ’
πŸ’ Kriteria πŸ’
πŸ’ Hmm... πŸ’
πŸ’ Balikan? πŸ’
πŸ’ Adik kembaran πŸ’
πŸ’ Salah tanggal πŸ’
πŸ’ Geplakan πŸ’
πŸ’ Ayang πŸ’
πŸ’ Umur hanyalah angkaπŸ’
πŸ’ MBL πŸ’
πŸ’ Tragedi πŸ’
πŸ’ Berubah πŸ’
πŸ’ Break? πŸ’
πŸ’ Kacau πŸ’
πŸ’ Kembali πŸ’
πŸ’ Pasti ada jalan πŸ’
πŸ’ Kebenaran πŸ’
πŸ’ Versi berbeda πŸ’
πŸ’ Dejavu πŸ’
πŸ’ Self healing πŸ’
πŸ’ Bertemu πŸ’
πŸ’ Mantan putri? πŸ’
πŸ’ Masih πŸ’
πŸ’ Just a hug πŸ’
πŸ’ Pergi πŸ’
πŸ’ Mimpi & Nyata πŸ’
πŸ’ Bertengkar πŸ’
πŸ’ Circle πŸ’
πŸ’ Nadia lesbi? πŸ’

πŸ’ Sebuah pengakuan πŸ’

48 12 0
By Prince_ice08

#AuthorPOV

Ziva berdiri dari duduknya membuat yang lain menoleh menatap wanita itu.

"Mau kemana?" tanya Alex mewakili.

"Toilet," jawab Ziva singkat lalu melangkah pergi.

"Btw, jadi malam ini?" tanya Bima.

"Jadi lahh, besok udah pulang jadi bakal jarang ketemuan gini." Tutur Jessica.

Alex yang mendengar percakapan dari teman-teman adiknya itu tak ingin menimbrung. Ia fokus dengan makanan malamnya. Setelah dari GWK tadi mereka mampir ke sebuah restoran untuk mengisi perut sebelum kembali ke hotel.

🍀

"Zi, nanti jam 9 kumpul di kamar gue ya." Ucap Jessica kala mereka tiba di lobi hotel.

"Ngapain?" tanya Ziva.

"Udah datang ajaa, kalau Kak Alex mau ikut juga boleh." Jessica menatap Alex penuh harap.

"Jess," tegur Shireen.

"Haha, kenapa? Salah ya kalo gue ngajak Kak Alex?"

"Gue duluan, bye." Sela Ziva berlalu pergi diikuti oleh Alex tak berselang lama.

"Aku ikut," ucap Alex saat keduanya tengah berada didalam lift.

Ziva tak menyahuti.

.
.
.

Malamnya, Ziva sudah bersiap hendak keluar. Saat ia membuka pintu, tampak Alex disana yang tentunya membuat Ziva sedikit terkejut.

"Lo ngapain disitu?!"

"Mau ketemu yang lain bukan?"

Ziva balas menghela nafas.

🍀

Cringg...

Bunyi gelas yang beradu begitu terdengar merdu. Dengan terpaksa Ziva meminum wine yang disajikan oleh Jessica, padahal ia sudah tak lagi pernah minum.

"Uwhh, perfect."

Acara cerita dan curhat pun dimulai. Alex yang sebagai pendatang hanya menjadi pendengar. Hal itu berjalan hingga jam menunjukkan pukul setengah 12 malam.

Ketiga wanita itu sudah kalut dibawah pengaruh alkohol. Sementara Bima yang juga ikut disana, masih asyik dengan handphonenya.

"Ekhm, udah larut." Alex angkat bicara.

Bima menoleh, dan kemudian menyimpan handphonenya. "Lo bawa Ziva aja, biar gue yang urus sisanya."

Tanpa menjawab Alex langsung menghampiri Ziva yang tertidur diatas karpet. Dengan mudahnya Alex menggendong tubuh adiknya itu. Membawanya meninggalkan kamar Jessica.

.
.
.

"Hungghh... Melayang..." racau Ziva.

Matanya terlihat terbuka sedikit, menatap lurus wajah Alex.

Cup...

"Hihihi, sekali lagi ya."

Cup...

Alex berhenti melangkah dengan posisi masih menggendong tubuh Ziva. Ia melirik wanita yang beberapa detik lalu menghujani pipinya ciuman singkat.

Wanita yang ditatap malah memasang wajah memelas. Dan...

Ziva memanyunkan bibirnya seperti minta dicium.

Lama tak ada respon, wanita itu berdecak sebal. "Ishh, ciumm!"

Mencoba mengabaikan, Alex lanjut melangkah. Hingga mereka tiba didepan kamar, dengan sedikit kesusahan Alex menggapai knop pintu kamar. Kamar siapa? Kamar miliknya, karena ia lebih mudah mendapatkan card lock kamar yang ia tempati daripada milik Ziva.

Pintu ditutup oleh Alex menggunakan kakinya agar lebih mudah. Ia kemudian berjalan menuju tempat tidur dan meletakkan tubuh Ziva disana. Hingga...

Hap...

Ziva menarik lengan Alex. "Mau kemana?" racau Ziva lagi.

Alex tak merespon.

"Cium dulu."

Alis Alex terangkat sebelah.

Ziva yang memejamkan matanya menunjuk-nunjuk bibirnya yang sedikit dimanyunkan.

"Awas aja nyesel nantinya."

Ziva menggeleng-geleng, "Cium."

Cup...

Alex terdiam sesaat kala bibirnya merasakan gigitan ringan dari Ziva. "Awas aja kalau besok menyesalinya," benaknya yang kemudian hanyut dalam permainan.

Lumatan yang awalnya lembut perlahan mengganas. Bahkan Ziva kini dengan manja mengalungkan tangannya pada leher Alex.

Pagutan keduanya lepas, dengan rakus keduanya menghirup udara untuk menghujani pernafasan mereka.

"Hiks... Maaf," cicit Ziva tiba-tiba.

Hal itu tentunya membuat Alex terheran.

"Maaf, aku tak bisa lagi. Sudah cukup selama ini aku menahannya." Ziva menunduk dalam. "Maaf karena pura-pura baik-baik saja."

Ziva kembali mendongak, memusatkan pandangannya pada mata indah milik Alex. "Aku nggak baik-baik saja Alex, aku masih sangat mencintamu."

Alex tertegun sepersekian detik, dan kemudian...

Sebuah pelukan erat Ziva dapatkan. Pelukan lama yang hilang darinya. Pelukan yang kini bukan lagi berlandaskan hubungan saudara, melainkan atas dasar cinta.

"Maafkan aku karena tak bisa berbuat apa-apa. Bohong jika aku sudah melupakan rasa ini. Tidak Ziva, rasaku masih sama terhadapmu. Cemburu ku kian besar saat tahu kamu dekat dengan pria lain." Alex melepaskan pelukan keduanya. Menatap wajah Ziva keseluruhan. "Sekarang tidak lagi, aku tak bisa mengubur rasa ini lebih lama."

"Alex lakukan apapun yang perlu dilakukan, aku percayakan kepadamu."

Alex menggeleng, "Tidak, pasti ada cara lain. Jangan harap aku akan merusakmu untuk hal itu." Tangan Alex naik membingkai wajah Ziva. "Jika kita bersama, aku yakin kita bisa menjalaninya."

Ziva mengangguk.

🍀

"Kok nggak ngabarin sih, kan mama bisa siapin makanan yang banyak kalau tau kalian pulangnya hari ini."

Ziva dan Alex masih berada di Bali sehari lagi setelah Jessica, Shireen dan Bima pamit pulang. Ngapain? Tentunya untuk berlibur berdua. Sebagai sepasang KEKASIH, bukan lagi kakak beradik.

"Gimana liburannya? Seru? Pasti ya, lowong sampe meleset dari jadwal pulang."

Ziva tersenyum tipis, ia merasa sedikit aneh sekaligus bingung harus bersikap seperti apa. Walau sebelumnya mereka sudah berdiskusi untuk bersikap seperti biasanya tapi Ziva tak bisa melakukannya dengan baik.

"Ma, Ziva ke kamar dulu ya. Badan Ziva udah lengket banget, mau mandi dulu." Pamit Ziva yang mendapat respon maklum dari sang mama.

"Iya sayang, Ziva juga pasti lelah. Istirahat dulu gih, biar mama masakin makanan terus nanti kalian makan."

Ziva mengangguk paham lalu menarik kopernya untuk menuju kamar.

"Alex juga ke kamar ya ma," pamit Alex kemudian.

"Iya sayang."

Alex mengekori Ziva menjajal anak tangga. "Kaku banget," bisiknya bergurau.

"Jelas banget ya?" tanya Ziva.

"Hm, nggak terlalu sih."

"Hufhh, kira-kira ini sampai kapan? Pada akhirnya papa sama mama juga bakalan tau."

"Oleh dari itu, mulai sekarang cari solusi yang tepat."

"Kakak aja lah yang mikir, kakak kan pinter."

Alex merangkul Ziva membuat wanita itu berteriak tertahan. "Lepasin, nanti mama liat."

"Nggak papa kali, mama juga pasti bakal seneng liat putra putri nya akur. Ayo, mau mandi bareng nggak?"

"KAK ALEX!"

"Kakak, adek? Ada apa?"

Keduanya menoleh, tampak Irene dibawah sana menatap keduanya heran.

"Kak Alex tuh ma. Jail teruss ke Ziva," adu Ziva.

"Kak, adeknya jangan dijailin mulu dong. Kasian."

"Nggak kok ma, Alex cuman..." Alex mencubit kuat pipi Ziva lalu berlari pergi. Mambuat si empu tentunya murka.

"KAK ALEX! AWAS AJA YA! NANTI ZIVA BAKAL BALES!"

Irene yang melihat interaksi dua anak nya itu dibuat terkekeh.

🍀

"Ada apa nyari Ziva?" tanya Ziva ketus.

"Ini, kamu dateng ya." Alfred meletakkan secarik kertas undangan berwarna biru muda diatas meja.

Ziva mengambilnya, tatapnya pada ukiran nama yang tertera disana.
Alfred Putra Tamara & Deasy Fransiska.

"Maaf atas sikap kakak sebelumnya, kakak bodoh karena terlalu memaksakan kehendak kakak. Kakak tak seharusnya melakukan hal yang dapat memutus hubungan kakak beradik."

"Hufhh, sudahlah jangan diungkit lagi." Ucap Ziva dengan fokus pada surat undangan.

"Dia kakak temannya Riki."

"Jadi Riki mak coblangnya?" kekeh Ziva akhirnya mencairkan suasana.

"Haha, begitulah. Setelah saling mengenal kurang lebih dua bulan, kakak memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Maaf karena belum memperkenalkan dia sebelumnya ke kamu."

"Nggak perlu kok, Ziva bukan siapa-siapa juga kan."

"Ziva adiknya kakak, jangan pernah bilang Ziva bukan siapa-siapa."

"Siapa?"

"Yaaaa, siapa."

Tawa keduanya pecah, entahlah di bagian mana yang terdengar konyol tapi setidaknya hubungan yang sebelumnya telah membeku kini mulai mencair.



🍒🍒




Jadi gimana?

Udah vote?

THANKS FOR READERS ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

584K 7.2K 23
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
737K 86.7K 11
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
422K 44.3K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
2.9M 141K 19
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...