Romeo and His Crush

dandaferdiansyah

1.5K 761 877

Romeo Alvaro Budiman (Romeo) telah memulai hidupnya menjadi anak broken home. Sering menjadi bahan bully-an d... Еще

BAB 1 - Gimana Hari Ini?
BAB 2 - Aku Lupa
Bab 3 - Inilah Diriku
BAB 4 - Terlalu Lebih
BAB 5 - Hati yang Dekat
BAB 6 - Cukup tau
BAB 7 - Hangat yang Gelap
BAB 8 - Mencurigakan
BAB 9 - Patah Satu Waktu
BAB 10 - Sabar Ini Ujian
BAB 11 - Kecewa Itu Berat
BAB 12 - Aku Takut
BAB 14 - Yang Terlupakan
BAB 15 - Lupakan atau Kembali?
BAB 16 - Akhirnya?
BAB 17 - Harapan Punah
BAB 18 - Kesudahan
BAB 19 - Perubahan
BAB 20 - Menelusuri
BAB 21 - Terlihat Buram
BAB 22 - Terlampaui
BAB 23 - Terpantau
BAB 24 - Bersimpati?
BAB 25 - Skenario Pemula
BAB 26 - Sedikit Sesak
BAB 27 - Solusi Renungan
BAB 28 - Serangan Lawan
BAB 29 - Interogasi
BAB 30 - Mengapa Begini?

BAB 13 - Ada yang Berbeda

44 25 19
dandaferdiansyah

Langkah pasti dari arah pintu toilet. Membuka secara kasar seperti sedang tergesa-gesa. Ia melangkahkan kakinya ke ruangan toilet pertama. Sepertinya dia sedang kencing. Pintu tertutup dan tangisan Romeo terdengar pelan. Sosok yang baru keluar setelah semedi singkatnya di toilet mendengar suara itu berasal. Mendekati sumber suara dengan langkahnya yang pelan. Ia takut kalau ada hantu di dalam toilet itu. Karena ia masih percaya mitos jikalau sekolah ini bekas rumah sakit. Apalagi toilet ini diduga banyak penampakan.

"Loh, kamu siapa?"

Posisi lemah Romeo membuatnya tak berdaya. Ia masih menangis dan menghiraukan ucapan sosok itu bicara padanya.

"Hei, kamu siapa? Kok diem sih."

Dia sepertinya semakin kesal. Karena tak ada respon apapun dari Romeo. Hanya menangis terisak-isak tak kunjung berhenti. Tetapi ia tau bahwa sekujur tubuhnya tengah basah kuyup. Awalnya sosok ini takut melihat postur tubuh Romeo dengan posisi duduk seperti suster ngesot. Tapi ia tetap bertahan di posisinya. Sampai Romeo mau menjawab pertanyaan singkatnya itu.

Romeo yang mulai meredakan tangisnya mulai mengalihkan pandangan. Tepatnya pada sosok yang berdiri di belakangnya saat itu.

"Romeo?!" Kejutnya seperti tak menyangka.

Balutan wajah yang tak terkondisi. Melihat wajah Romeo yang sudah kusut tak berdaya. Terbuang lemah seperti sampah. Di lantai toilet yang cukup bau dan basah. Untung saja pintu toiletnya tak tertutup. Kalau iya mungkin Romeo tak akan pernah diselamatkan orang. Mereka kira tangisan itu misterius dan mengerikan.

"Kak Rama?"

Romeo langsung mengusap pipinya yang penuh sisa-sisa bulir air mata. Masih mencoba berdiri untuk kesekian kalinya. Ia terjatuh lagi.

"ADUH!"

"EH, eh, eh, bentar." Respon Rama mencoba membantu berdirinya Romeo.

Ia menopang Romeo dengan sekuat tenaganya. Menuntunnya sampai pada wastafel. Mencoba menenangkan keadaan. Sampai Romeo benar-benar merelekskan tubuhnya yang menegang ketakutan sedari tadi. Rama kini tak bisa berbuat apa-apa. Kondisi Romeo yang lemah tak bisa ia bawa sendirian untuk ke ruang UKS. Yang jaraknya lumayan jauh dari toilet pria. Iapun memutuskan untuk keluar toilet, namun langkahnya terhenti oleh Romeo.

"Kak mau kemana?"

"Gue mau nyari temen gue. Buat bantuin lo."

"Nggak usah kak, nggak perlu. Aku mau bicara sama kakak."

Perbincangan mereka semakin nyata. Romeo yang menaikkan tubuhnya untuk bersandar dai kaca besar toilet. Sembari saling menatap bersama Rama. Menjelaskan kronologi yang sebenarnya terjadi. Tetapi Romeo tak ingin dirinya dibawa ke ruang UKS. Dia hanya ingin mengejar ketertinggalannya dalam mengikuti mata pelajaran saat ini. Waktu yang sudah menunjukkan masuk ke kelas. Namun Romeo masih dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Bagaimana kalau kamu pakai baju aku aja?"

"Terus kakak gimana nanti?"

"Itu urusan gampang, akukan ada pelajaran olahraga saat ini. Jadi masih bisa buat alasanlah."

"Beneran kak nggak apa-apa?"

Anggukan Rama semakin meyakinkan. Ia rela bahkan meminjamkan seragam sekolahnya pada Romeo. Karena ia tau bahwa Romeo saat ini benar-benar dilanda kesengsaraan. Hingga ia harus benar-benar membuatnya pulih kembali. Karena ia merasa bersalah jika tidak membantunya. Romeo yang ia temukan dalam kondisi tidak baik-baik saja. Harus segera mendapatkan tindakan yang lebih baik.

Rama adalah teman seperjuangan Laskar. Teman Laskar di SMA khususnya teman ekstrakulikuler basket. Kedekatannya pada Laskar telah membuat ia mengenal Romeo. Paras yang biasa saja dengan rambut rapi. Wajah yang agak bulat dengan badan besar dan tinggi. Membuatnya cukup menarik sebagai laki-laki. Ada kelebihan serta kekurangannya.

Romeo langsung keluar dari toilet. Meninggalkan Romeo yang masih bersandar lemas di kaca besar. Ia memikirkan bagaimana dengan nanti jika ia masuk ke kelas dalam kondisi telat. Karena selama ini dia tak pernah telat. Bahkan lebih disiplin daripada yang lainnya. Mungkin ini semua gara-gara geng paras tenar. Gaya yang sok asik dengan perilaku yang kurang asik. Bisa dibilang ini kriminal. Mereka bisa saja dipenjarakan. Namun Romeo hanya bisa apa. Memilih masih hidup daripada mati di tangan mereka.

Romeo belum punya nyali yang besar akan itu. Karena bukti kuat belum ia dapatkan sepenuhnya. Tak lama dari itu kedatangan Rama kembali membawa sesuatu di tangannya. Tampak menggenggam erat satu pasang set seragam sekolah. Ya mungkin bed-nya berbeda dari kelas 11. Tapi Romeo menghiraukan hal itu. Ia hanya ingin kembali secepatnya ke kelas dalam kondisi kering dan tidak mencurigai.

"Nih pakek!" Seru Rama sambil menjulurkan satu pasang set seragam di tangan kanannya.

Romeo membalas dengan sopan. Mengambilnya dengan tangan kanan dan segera beranjak berdiri dari posisi awal. Melangkahkan tubuhnya pelan-pelan. Takut jikalau ia harus bergemetar dan jatuh. Karena badannya yang kedinginan sedari tadi. Membuat kakinya yang sudah tak sanggup untuk menopang badan itu.

Romeo mulai keluar dari ruangan toilet dengan pakaian yang tampak seperti baru. Ia memasukkan seragam basahnya pada kantong kresek yang diberikan Rama untuknya. Rama begitu baik, entah dari mulai kapan. Mungkin semenjak ia mulai mengenal Romeo beberapa waktu dekat ini. Meskipun melalui kakaknya Laskar. Si Romeo tak pernah ketinggalan untuk diperkenalkan padanya.

"Makasih ya kak. Tapi maaf sebelumnya kak, aku boleh nanya sesuatu nggak?"

Pertanyaan Romeo membuat tanda tanya yang memungkinkan mendapat jawaban baik dari Rama. Karena ia sedang penasaran, apa tujuan Rama melakukan hal ini secara tiba-tiba. Bahkan hingga ia rela meminjamkan seragamnya pada Romeo cuma-cuma.

"Sama-sama. Btw nanya apa?"

"Kenapa kakak melakukan hal ini sama aku?"

Awalnya Rama terdiam seolah tak punya jawaban. Dia masih melamun menatap Romeo. Kemudian mengalihkan pandangan pada kaca besar. Melangkahkan singkat kakinya mendekati wastafel. Dan melihati dirinya sebagai sosok yang paling menawan. Tak lupa menopang kedua bahunya dengan kedua lengannya. Tepatnya di ujung wastafel. Terlihat seperti tertekan dengan tundukkan wajah yang tak sanggup berbicara.

Romeo mendekati Rama dengan menempatkan kantung kreseknya sebelah wastafel. Menenangkan Rama dengan mengelus pundaknya. Mencoba membuat ketentraman dalam diri Rama saat ini.

"Kakak nggak apa-apa?"

Romeo masih bertanya-tanya akan sikap yang diberikan Rama untuknya. Seolah sulit sekali menjawab pertanyaan Romeo yang tak begitu HOTS. Rama menengadahkan wajahnya. Menatap kaca tanpa melihat wajah Romeo disebelahnya.

"Aku tau apa yang sedang terjadi saat ini. Dan aku mencoba menutupinya. Jujur aku melakukan hal ini dengan ikhlas tanpa paksaan. Jadi tolong jangan sangkut pautkan hal ini dengan Laskar." Jelas Rama singkat.

Penjelasan itu cukup berbelit bagi Romeo. Dia seperti memutar-mutar topik yang seharusnya bisa ditangkap menurut simpulan. Tetapi dari cara bicaranya. Ia seperti sedang berbohong juga seperti sedang merahasiakan sesuatu. Titik kebenaran hanya terpampang kecil bahkan bisa saja tidak terlihat. Ia masih belum bisa menunjukkan hal yang pasti pada keadaannya saat ini.

Romeo hanya bisa apa selain mengangguk menerima jawaban singkat itu. Daripada harus berdebat membuang waktu saja. Kini ia segera pergi bergegas dari toilet menuju kelas. Memastikan keadaan kelas tidak ricuh atas ketidakhadirannya.

"Yaudah kalau begitu kak. Aku ke kelas dulu sepertinya sudah telat lama. Makasih ya kak atas seragamnya, besok aku kembaliin."

Rama mulai menatap Romeo dengan senyuman tipis.

"Iya nggak apa-apa. Semangat ya!"

Nada itu seolah bukan ketidaksengajaan keluar dari mulut Rama. Ia benar-benar tulus menatap dan menerima semua perkataan Romeo. Tanpa ada hubungannya dengan Laskar akan hal ini. Namun tetap saja kecurigaan Romeo padanya masih berlanjut. Karena jarang-jarang ia diperlakukan benar-benar baik oleh seseorang. Apalagi kakak kelasnya yang menjadi sahabat Laskar. Jarang mereka berani mendekati Romeo secara tidak sengaja.

_ _ _

"Rom, lo kenapa?"

Di tengah perjalanan mereka menuju gerbang sekolah. Romeo,Mily dan Reva asyik berbincang seraya mengupas kulit di sikap Romeo. Romeo seperti cuek kepada mereka. Diam bahkan tak ingin berbicara banyak. Padahal tanda tanya Mily padanya tak dapat terkira. Benar-benar ingin mengetahui lebih jauh. Mengapa Romeo tiba-tiba terlambat masuk kelas.

"Emang ada apa Mil?" Saut Reva tak tau apa yang terjadi.

Dengan nada bingung Reva yang membuat suasana kacau. Padahal hal ini udah ditunggu Mily sedari tadi. Tapi karena Reva LOLA yang jadinya pertanyaan serius jadi bahan obrolan nggak penting. Karena salah satu dari mereka nggak tau.

"Udah nggak penting, aku balik dulu ya. Bye!"

Romeo langsung mengalihkan topik singkat. Meninggalkan mereka dengan berjalan lebih cepat. Mily dan Reva yang tak paham hanya bisa melanjutkan langkah biasanya. Melihati sikap Romeo yang semakin aneh pada mereka.

"Lu sih Mil pakai acara nggak tau segala. Kan jadi gagal guenya."

"Dih, mana gue tau."

"Udahlah, Bye!"

Mily yang ikutan kesal atas sikap Reva terlalu LOLA. Membuat ia marah dan berhenti pulang bersama Reva. Reva yang tak tau apa-apa seperti merasa berdosa. Padahal niatnya baik cuman mau tau. Tapi malah jadi bahan utama kemarahan.

"Lah mau kemana lu? Kan kita searah!"

Teriakan Reva pada Mily yang sudah cukup jauh dari hadapannya. Hanya menjadi ucapan angin lewat. Tak dihiraukan sama sekali oleh Mily. Yang dibalas malah terus ditinggalkan lebih jauh lagi. Mengikuti langkah Romeo yang tak sempat terhenti oleh mereka berdua.

Romeo masih melanjutkan langkahnya. Namun kali ini ia tak langsung pulang. Melainkan ke taman sekolah di tempat biasa ia berkumpul bersama Mily dan Reva. Menentramkan suasana hatinya yang cukup kacau disini. Meskipun ia tak berharap apa-apa. Seenggaknya dia bisa tenang dan aman di sekitaran sini. Karena ia tau, kalau disinilah tempat penuh CCTV beredar. Jadi jikalau circle utama datang. Ada kemungkinan mereka tidak berani bersikap semaunya. Dan tanpa Romeo cepu ke semua orang. Satu sekolah bakalan tau sendiri apa yang mereka lakukan.

Romeo mengambil duduk di kursi taman sekolah itu. Merilekskan tubuhnya dengan menatap langit yang cukup terik. Namun di taman ini suasananya sejuk. Apalagi angin siang yang bisa membuat kenyamanan lebih bertambah. Sungguh zona nyaman terbaik. Di tengah menikmati suasananya pada waktu itu. Seperti ada sosok yang mengikuti Romeo dari jauh.

Awalnya Romeo tak tau jika dirinya sedang diikuti diam-diam. Karena dia berharap tak ada hal yang mencurigakan di sekitarnya. CCTV bisa menjadi bukti yang valid membongkar semua ini.

"Kan lo ada disini rupanya."

Tatapan Romeo mengalihkan pandangnya pada sosok bertubuh ramping berkuncir satu. Di depannya saat ini dengan seragam yang sama persis dengannya. Mendekap kedua tangan dengan tatapan licik. Seolah ingin menerkamnya kuat.

"Ngapain lo Mil?"

Mily langsung mengambil posisi duduk mendekati Romeo di sampingnya tepat. Membuat posisi seperti Romeo. Menikmati zona nyaman mereka di bangku taman sekolah. Dengan suasana taman yang cukup damai.

Mily ingin menanyakan sesuatu yang penting terhadap Romeo sebenarnya. Tetapi ia seperti masih takut mengungkapkan untuk kedua kalinya. Karena ia tau pasti Romeo bakalan menghindar. Mily masih mencoba mengambil ancang-ancang bagaimana ia memulai. Menatap Romeo yang masih memandang langit terik. Dengan kacamatanya yang cukup silau dipandang. Makanya dia harus memejamkan mata. Menghindari terik terlalu leluasa menguasai penglihatannya.

"Ehm...Rom, gue boleh tau sesuatu tentang lu nggak sih?"

"Buat apa wibu?"

"Dih."

Candaan Romeo seakan garing di mata Mily. Tetapi Mily tetap sabar menghadapi semua itu. Ia masih mencoba untuk tetap bersikap seolah dia tidak mengetahui apa-apa. Karena ia masih ingin mendapatkan jawaban yang sesuai dari mulut Romeo sendiri.

"Lu tadi kemana aja sih jujur! Please, kali ini jangan menghindar dari gue."

Mily langsung menjulurkan kelingkingnya di hadapan Romeo tepat. Romeo masih terdiam dan memejamkan matanya. Seperti tak peduli dengan ucapan Mily padanya. Padahal hal itu butuh effort yang tinggi dalam setiap katanya. Namun Romeo menyia-nyiakan hal itu dengan mentah-mentah. Kejam tapi tak berdosa ya inilah. Ketika kita dikacangin tapi dengan alasan yang logis. Agar satu sekolah tak tau apa yang sedang dirasakan diri kita saat ini.

Romeo langsung menyelesaikan meditasinya dan kembali pada perbincangan mereka. Sepertinya kali ini Mily tidak didiamkan. Namun dibalas dengan rasa antusias yang tinggi. Romeo sudah siap menerima situasi seperti ini setelah kejadian tadi menimpanya.

"Jujur, kalau lu tau buat apa coba?"

Bukannya melanjutkan respon yang sesuai. Romeo malah memperpanjang topik ini. Ia masih tidak mau mengungkapkan hal yang sebenarnya. Mungkin juga untuk menutup aib Rama. Kakak kelas yang tiba-tiba baik saat didekatnya.

"Ya bukan begitu. Gue cuma mau tau aja. Kenapa lu datang telat tadi?"

"Yang pasti ini nggak ada hubungannya sama Tasya."

"Kalau sama geng paras tenar?"

Romeo langsung terkejut. Memelototkan kedua bola matanya dan seperti shock. Ia tak tau harus menjawab apa. Seketika dirinya keceplosan sesuatu yang tak menyangka. Wajah Mily semakin bertanya-tanya. Ia menatap Romeo dengan sangat amat serius. Berharap akan ada kesan baik dari perbincangan ini.

"Lu ngaco ya?"

"Ngaco, apa emang gue bener?"

Mily spontan ingin memancing ego Romeo. Dia juga ingin segera tau apa yang menjadi penyebab sebenarnya. Dengan strategi itu memungkinkan Romeo tak bisa bertahan pada posisinya sekarang.

Romeo mengerutkan kedua alisnya menatap Mily dengan tatapan ragu dan gugup. Tak bisa melanjutkan perbincangan yang menurutnya semakin konyol ini.

SREK!

Suara yang datang dari arah rerumputan terdengar jelas. Seperti injakan daun kering yang tak disengaja. Romeo yang spontan mengalihkan pandangannya ke belakang. Melihati bayangan seseorang seperti sedang mengikutinya saat ini.

"Mily lihat deh! Mil, ada orang Mil!" Spontan Romeo mengejutkan Mily.

_____

Jangan lupa vote dan commentnya ya bestie🙌





Продолжить чтение

Вам также понравится

He's My Boyfriend [TERBIT] ✓ thyfaa_hn

Подростковая литература

5.5M 365K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
MARSELANA kiaa

Подростковая литература

600K 28K 50
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
ARSYAD DAYYAN aLa

Подростковая литература

2.2M 118K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
My Sexy Neighbor F.R

Подростковая литература

349K 4.1K 19
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+