PELANGI dan HUJAN || NA JAEMIN

By safitrinrjh

5K 1.6K 368

[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] "Hai! We meet again." Peperangan antara dua sepupu ini sudah menjadi hal lumrah d... More

P R O L O G
PDH - 1
PDH - 2
PDH - 3
PDH - 4
PDH - 5
PDH - 6
PDH - 7
PDH - 9
PDH - 10
PDH - 11
PDH - 12
PDH - 13
PDH - 14
PDH - 15
PDH - 16
PDH - 17
PDH - 18
PDH - 19
PDH - 20
PDH - 21
PDH - 22
PDH - 23
PDH - 24
PDH - 25
PDH - 26
PDH - 27
PDH - 28
PDH - 29
PDH - 30

PDH - 8

134 60 23
By safitrinrjh

Kenzin mengurungkan niat untuk kembali ke kelas. Pasti Hellen akan ribut disana karena kejadian debat di koridor. Maka Kenzin memutuskan berjalan ke kelas cowok yang tengah ia perjuangkan. Rezvan.

Pintu kelas XI MIPA 3 tidak tertutup. Di biarkan terbuka lebar —jam kosong. Sepertinya guru yang mengajar tidak masuk. Hal itu menguntungkan Kenzin. Gadis itu melangkah masuk ke dalam kelas. Matanya mencari keberadaan Rezvan. Satu kelas kebingungan kenapa Kenzin asal masuk.

"Kak Rezvan!" Bibir Kenzin tersenyum lebar kala mendapat figur Rezvan yang berkumpul bersama teman-teman kelas nya. Tangan Kenzin terangkat ke atas.

Rezvan melotot —kaget dengan keberadaan Kenzin, maka Rezvan cepat-cepat berlari ke arah Kenzin kemudian menarik lengan gadis itu keluar kelas.

"Ngapain lo ke kelas gue?" Tanya Rezvan setelah mereka berdua sampai di koridor pembatas antara lapangan olahraga dan lapangan upacara.

Kenzin duduk di salah satu bangku semen yang menyatu dengan lantai, "kangen. Kak Rezvan gak kangen gue?"

"Sinting ya lo?" Rezvan memutar bola mata nya dengan malas. Ia kembali melangkah ke arah kelas.

Tapi Kenzin dengan cepat menangkap tangan Rezvan. "Gak usah balik ke kelas. Disini aja, temenin gue." Ia menampilkan senyum tipis.

"Buang-buang waktu." Rezvan balik kanan.

"Lah di kelas lebih buang waktu." Kenzin berdiri menghadap Rezvan, "ada yang mau gue omongin."

Rezvan mengangkat salah satu alis nya seolah berkata, "apa?"

"Gue nyabu." Kenzin nyengir kuda.

Ucapan Kenzin membuat Rezvan membulatkan mata. "Gilak ya lo?! Lo cewek tolol!"

"Lah emang salah kalo nyabu —nyaman berdua denganmu?" Kenzin tertawa melihat reaksi kesal Rezvan. "Hahaha! Ngakak banget!" Ucap Kenzin di sela-sela tawa nya.

Rezvan menatap malas Kenzin yang tertawa. Dirinya memilih meninggalkan Kenzin sendirian. Beberapa detik kemudian Kenzin tersadar bahwa Rezvan telah meninggalkan nya.

"Oi kak! Becandaaa!" Teriak Kenzin sembari berlari menyusul Rezvan.

•••

Gadis dengan rambut panjang terurai hampir sepinggang itu terus menghela nafas dengan berat. Saking tidak mood nya, dia tidak makan di jam istirahat. Apalagi sahabat nya di panggil ke kantor tapi baru kembali di mata pelajaran ke-4 —ada 2 mata pelajaran di awal, istirahat, dan 2 mata pelajaran terakhir, karena itu sekarang adalah mata pelajaran ke-4.

Kenzin memanggil Anna berulang kali, tapi tak ada sahutan. Bahkan teman sebangku sekaligus sahabat nya melamunkan sesuatu yang tidak ia ketahui. Karena kesal tak di hiraukan, Kenzin mencubit lengan Anna. Sang empu langsung meringis kesakitan.

"Sakit anjir!" Keluh Anna dengan volume yang kecil.

Kenzin menatap Anna —nyalang, "lagian lo di panggil gak nyaut."

Anna memejamkan mata sejenak, "ada apa emang?" Tanya nya pelan.

"Ini jawab nya gimana? Bingung gue." Kenzin menyodorkan ponsel nya yang menampilkan foto hasil jepretan di papan tulis agar terlihat jelas.

KRIIIINNGGG KRIIIIINGGGG KRIIIINGGG

"Yeay! Pulang!" Teriak Kenzin bersemangat. Urung sudah niatnya untuk bertanya pertanyaan yang tak ia pahami tadi.

Anak-anak di kelas lain pun bersorak senang. Seolah-olah terbebas dari jeratan rantai. Kenzin buru-buru berlarian —mungkin sudah menjadi hobi nya sekarang— meninggalkan Anna sendirian.

Anna menggeleng membiarkan sahabat nya berlari keluar kelas setelah berpamitan sebentar dengannya. Cowok dengan tinggi lebih 10 cm dari Anna menampilkan senyum seperti huruf D. Anna menatap malas Chandra yang menghalangi nya.

"Apaan?" Tanya Anna cuek.

Chandra menggeleng, "gak ada sih. Tapi gue kangen." Ucap Chandra masih dengan cengiran nya, "jalan yuk."

Anna juga menggeleng setelah mendengar ajakan Chandra. "Gue mau balik."

Sekarang mereka berdua berdiri di depan kelas. Karena Chandra tadi menghalangi Anna di pintu, dan sekarang sudah sedikit maju. Penjaga kelas katanya mau kunci kelas mereka, makanya mereka maju sedikit.

Chandra menahan tangan Anna yang melewati tubuh nya kemudian menarik Anna kedalam pelukan. Anna sontak melotot kala Chandra tiba-tiba memeluknya. Gadis itu berusaha memberontak tetapi Chandra sudah terlalu nyaman dan tak ada niatan untuk melepaskan pelukannya.

Demi sekolah kosong yang sudah tidak berpenghuni walaupun masih ada beberapa manusia, Jimmi marah sekarang. Tangan nya menggumpal siap menonjok siapa pun yang membuat dia emosi. Ia mengeraskan rahang. Urat-urat nya mencuat. Jimmi berlari ke arah Chandra yang sedang memeluk Anna.

SRET, BUGH!!

Chandra terjatuh setelah di tarik lalu di tinju oleh Jimmi. Ia mengusap bibir —yang berdarah, kemudian kembali berdiri menatap Jimmi marah serta bingung.

"Maksud lo nonjok gue apaan anjing?!" Chandra maju, menarik kerah Jimmi.

Jimmi mendorong bahu Chandra sekuat mungkin, "lo peluk dia secara paksa brengsek! Lo mau gue laporin ke guru hah?!"

Chandra menelan ludah dengan kasar, "ini urusan gue. Lo siapa mau ikut campur?" Ucap Chandra tak kalah emosi.

"Gue kating lo bangsat. Kurangajar bener punya adkel. Stress." Jimmi menggeleng. Matanya beralih menatap Anna. "Ayo, pulang." Jimmi menarik lengan Anna, pelan.

Anna yang bingung dengan situasi hanya menurut. Dia menatap Chandra di belakang. Cowok itu membuang muka, berbalik untuk beranjak pergi.

•••

Hellen menopang dagu dengan kedua tangan nya di atas meja belajar. Ia tengah berpikir tentang lomba cerdar cermat antar sekolah tadi. Sungguh, Hellen tak mau bekerja sama dengan Kenzin. Karena itu dia ingin membuat suatu rencana yang bisa membuat Kenzin tak ikut lomba.

"Apa ya kira-kira?" Gumam Hellen pada diri sendiri.

"Lagi mikirin apa emang nya?" Suara Sudarmono membuat Hellen terkejut. Pasal nya tadi ia sendirian di kamar. Dan entah kapan Papa nya masuk.

"Eh Papa kapan masuk nya?" Tanya Hellen kebingungan.

Sudarmono duduk di pinggiran kasur Hellen. "Barusan aja."

Hellen mengangguk. "Ada apa, Pa? Tumben ke kamar Hellen." Tanya Hellen lagi.

"Cuman mau liat kamu belajar tadi. Eh tiba-tiba denger kamu bilang gitu. Emang ada apa?" Sudarmono tersenyum simpul.

Anak gadis di depan nya tengah menimang-nimang apakah ia harus meminta saran Papa nya atau tidak.

"Masalah serius nih pasti." Ucap Sudarmono setelah melihat raut wajah anak nya. Hellen mengangguk. Lagi.

"Hmm gini, Pa. Hellen di ajak Pak Slamet ikut lomba cerdas cermat antar sekolah tingkat gubernur. Nah tapi tiba-tiba Kenzin di panggil dan di ajak juga buat jadi partner Hellen. Aku sebenenya gak mau, tapi ya harus tetep mau, Pa." Hellen mengubah cerita nya.

Sudarmono mengangguk-angguk sembari memegang dagu seolah paham akan masalah Hellen, "gimana kalo kamu buat Kenzin gak bisa ikut lomba."

Hellen tersenyum. Bagaimana bisa Papa nya sepemikiran dengan dirinya? Apakah ini yang nama nya 'buah yang jatuh tidak jauh dari pohon nya'?

"Iya, Pa. Hellen mikirin itu juga." Hellen mengernyitkan alis, "tapi cara apa yang harus di pake?"

•••

"Pake cara yang ini aja." Rezvan menunjuk salah satu rumus di buku matematika kelas 11.

Jimmi menoleh ke arah Rezvan, "yang ini ribet anjir."

Pletak!

Cowok dengan kaos oblong berwarna biru itu mengusap kepala nya yang habis di pukul Rezvan. Ia meringis kesakitan. Apa salah dia? Dia kan cuman ingin belajar menggunakan rumus yang mudah dan tidak ribet.

"Kalo lo pake jalan itu hasil nya salah bego! Soal nya tentang apa lo pakein rumus apa." Rezvan memutar bola mata nya dengan malas.

"Akh males belajar gue. Ribet amat." Jimmi berdiri, "lo aja yang kerjain ya, Van. Nanti gue buat makanan deh hehe."

Rezvan mendengus kesal, "iya-iya! Serah lo dah."

Jimmi sudah berjalan ke arah dapur. Entah apa yang akan dia masak. Tinggal Rezvan sendiri disini mengerjakan tugas matematika yang akan di kumpul besok.

Entah kenapa tiba-tiba terlintas wajah Kenzin yang tertawa dua hari lalu. Kenzin yang mengucapkan kalimat "nyaman berdua denganmu" bersamaan senyum indahnya. Tanpa sadar Rezvan ikut tersenyum-senyum sendiri.

"Dih ngapain lo senyum-senyum?" Jimmi menatap Rezvan horror.

Rezvan salah tingkah saat Jimmi memergoki nya. "Ga-gak ada t-tuh." Cepat-cepat dia kembali mengerjakan soal.

Jimmi tertawa keras. "HAHAHA! Lo lagi mikirin Kenzin sampe senyum-senyum? Dan sekarang nulis nama nya di buku?! BWAHAHAHAA!!!"

Ucapan Jimmi membuat Rezvan melotot. Astaga?! Apa yang dia lakukan? Kenapa dia memikirkan Kenzin sampai seperti ini?

Kesal sudah Rezvan dengan pikiran kacau nya. Ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Membiarkan Jimmi yang tertawa di ruang TV.

"Ck! Apaan sih nih otak pake mikirin tuh cewek."

— PELANGI & HUJAN —

TBC.
VOTE BIAR DAPET AYANG!

Continue Reading

You'll Also Like

680K 19.9K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 72.3K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
881K 62.7K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
498K 37.4K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...