REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STO...

By Taratales

3M 324K 12K

Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berad... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
CANARIA ADELIA DIRGANTARA
ALETTA DIRGANTARA
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2 [Darren's story]
EXTRA PART 3 [Darren's Story 2]
EXTRA PART 4
EXTRA PART 5
EXTRA PART 6
EXTRA PART 7 [LAST]

PART 20

61.9K 6.6K 197
By Taratales

.
.
.

Rissa menoleh ketika pintu ruangannya terbuka, dia tersenyum kecil melihat Kana berjalan kearahnya.

"Jadi lo beneran hamil?"

Rissa tidak menjawab, hanya menatap Kana yang berdiri disamping ranjangnya.

"Jadi malem itu lu ga boong, lo beneran hamil, anaknya Mas Danu?"

Rissa berkedip, bertanya pelan "Dokter bilang apa?"

Kana menarik kursi dan duduk disana "Usia kandungan lo udah 2 minggu"

Rissa terdiam sejenak

"Jadi dia beneran ngikutin perkataan gue," ucap Rissa terkekeh membuat Kana langsung mengernyitkan keningnya.

"Maksud lo?"

Rissa membungkam lagi, wanita itu duduk sambil meremas jari-jarinya di atas pangkuannya.

"Sa." Panggil Kana

"Na, maafin gue" Rissa mengangkat kepalanya dan saat itu juga setitik airmata jatuh dari mata Rissa.

"Apa? Maaf kenapa?" Bisik Kana lirih, perasaannya memang tidak enak tapi semoga saja dugaannya itu tidak benar.

Satu isakan lolos dari bibir Rissa, dia berusaha mengatakannya "Usia kandungan gue bukan 2 minggu tapi udah masuk 4 minggu"

Kana mematung, dia sedang berusaha mencerna apa yang baru saja Rissa katakan. Kana berdiri dari kursinya membuat Rissa langsung mendongak menatap Kana dengan sendu.

"Na," Rissa hendak menggapai tangan Kana tapi langsung ditepis oleh gadis itu.

"Maksud lo apa, hah?" Tanya Kana dengan nada pelan, matanya tertuju pada perut Rissa "Jangan bilang bayi yang ada diperut lo itu.."

Rissa tidak menjawab, hanya ada isakan tangis di dalam ruangan itu.

"Anak Roan." Lanjut Kana, lututnya lemas seketika. Kana terduduk kembali dikursinya, dia memejamkan matanya erat-erat.

Apakah usahanya selama ini untuk menjauhkan Rissa dari Roan semuanya sia-sia?

Setelah terdiam cukup lama, Kana mendongak "Mas Danu tau?"

Rissa mengangguk "Itu alasan kenapa dia mau nikahin gue cepet-cepet"

"Karena dia gamau perut lo keburu gede sebelum kalian nikah?" Tebak Kana yang diangguki Rissa lagi.

"Tapi itu anak Roan," Kana menggantungkan perkataan sejenak "Dia mau tanggung jawab buat anaknya Roan?"

Rissa lagi-lagi mengangguk dengan isakan yang tak bisa berhenti keluar dari mulutnya. Kana berdiri untuk memeluk Rissa, tangannya menepuk-nepuk bahu Rissa pelan.

"Lo beruntung kan, bisa di cintain sama cowo kayak Mas Danu, dia mau nerima segala kekurangan lo." Ujar Kana pelan "Sa, jangan pernah ngecewain dia"

"Gue udah janji sama diri gue Na, Mas Danu bakal jadi laki-laki terakhir di hidup gue"

"Bagus kalau gitu," Kana melepas pelukannya, dia tersenyum "Jaga kesehatan lo sama calon bayi lo, ga peduli siapa Ayahnya dia bakal jadi anak lo sama Mas Danu"

Rissa mengangguk "Makasih Na,"

Pintu ruangan kembali terbuka kali ini tampaklah Danu yang masuk menatap keduanya dengan penuh arti.

"Kana udah tau?"

Kana dan Rissa saling melempar lirikan kemudian keduanya mengangguk.

Danu tersenyum

"Berarti udah ga ada rahasia lagi kan?" Ucap Danu menghampiri ranjang Rissa, tangannya menyeka airmata istrinya itu "Jangan nangis terus kasian bayi nya nanti ikut tertekan"

"Yaudah, gue balik duluan ya Sa. Selamat buat kehamilan lo," Kana kembali memeluk Rissa

"Makasih Na,"

"Mas Danu, aku duluan ya"

"Iya, hati-hati ya Na"

Kana tersenyum pada mereka sebelum keluar dari ruangan. Begitu Kana menutup pintu dibelakanya, ekspresinya berubah datar. Dia mencari nama Ian di daftar kontaknya lalu menghubungi nomor itu.

"Udah?" Hanya itu yang ditanyakan Kana sampai jawaban di seberang sana membuatnya tersenyum miring.

Rencana Kana berubah total, dia tidak akan lagi menghindari malaikat mautnya.

Tapi melenyapkannya.

***

BYUUURRR!!

Roan gelalapan, dia baru saja dipaksa bangun oleh guyuran air es dikepalanya membuat otaknya seketika terasa ikut beku.

Dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, Roan mendongak memandang sosok yang menjulang diatasnya. Karena ruangan itu gelap dan hanya mengandalkan cahaya dari ventilasi, Roan hanya bisa melihat posturnya.

"Siapa?" Suara Roan terdengar bergetar, tapi pria itu tampaknya berusaha keras meredam ketakutannya.

Tidak ada jawaban.

Roan mulai bergerak gelisah, keheningan itu cukup membuatnya merinding. Dia mendadak teringat apa yang terjadi terakhir kali sebelum dia kehilangan kesadarannya dan akhirnya terbangun disini. Dirinya di culik.

"Ah jadi gini ya rasanya jadi lo dulu"

Suara itu, tidak salah lagi

"Kana.." Roan bercicit kecil.

Tepat saat dia menggumankan nama itu, lampu ruangan tiba-tiba menyala. Roan mengerjap sejenak untuk menormalkan pandangannya, dia melihat Kana berdiri tidak sendiri tapi bersama dengan 3 bodyguard pribadinya.

Kana menaikkan sudut bibirnya, menatap Roan dengan sorot merendahkan.

"BRENGSEK!" Bentak Roan geram, dia tidak suka seseorang menatapnya seperti itu. Roan berusaha memberontak tapi dia mendadak terperangah saat dirinya ternyata duduk dalam keadaan kaki dan tangannya di pasung

"SIALAN, LEPASIN GUE NA!" Roan berteriak murka sambil memberontak, tapi bukannya terlepas dia malah mendapat beberapa memar di pergelangan kaki dan tangannya.

Kana menatapnya dengan miris tapi kemudian tersenyum keji membuat Roan terpaku, ini pertama kalinya dia melihat Kana benar-benar seperti seorang iblis.

"Lo gila Na, lo udah bener-bener gila. Aletta bener, ternyata lo tuh emang ga waras lo-"

"Udah?" Potong Kana

Roan terdiam

"Gue ga butuh bacotan lo disini, gue cuma pengen nanya satu hal dan lo cuma harus jawab antara iya dan engga." ucap Kana berjalan pelan memutari Roan dan berhenti dibelakangnya sebelum berkata

"Lo dan Rissa udah ga punya hubungan apapun, kalian udah berakhir bahkan sebelum Rissa nikah sama Mas Danu. Lo ga punya hak lagi buat ngomong apalagi sampe nyentuh Rissa. Tadi lo datang ke butiknya, nyiksa dia tanpa alasan sampai harus dirawat di rumah sakit. Pertanyaannya, lo ngelakuin itu karena ga suka lihat dia bahagia tapi bukan sama lo?"

Roan terkekeh sini "Jadi semua ini karena Rissa? Denger ya Na, gue-ARGGH!!"

Belum sempat Roan melanjutkan kata-katanya, sebuah cambukan keras langsung terasa seperti membakar punggungnya. Sambil menahan sakit, Roan mendongak saat Kana sudah kembali berdiri dihadapannya dengan sebuah cambuk ditangannya, gadis itu menatap Roan dengan sorot datar.

"Itu bukan jawaban yang gue minta" kata Kana dingin

Roan terdiam, tidak berniat menjawabnya. Tapi tanpa di duga satu cambukan lagi menyapa tubuhnya, kali ini bagian depan sampai Roan harus menahan nafas karena sakit yang tak tertahankan.

"Lama. Batas waktu mikirnya cuma sampe 20 detik, lebih dari itu lo harus dicambuk"

Roan menatap Kana dengan marah, dia akan mengingat ini baik-baik. Roan tidak akan pernah melupakannya dan akan membalasnya suatu hari nanti.

"Mbak Kana,"

Suasana tegang itu dipecahkan oleh Emma yang memanggil Kana dari arah pintu. Ekspresi dingin Kana seketika langsung berubah hangat saat dia berbalik untuk melihat Emma.

"Ya, Em?" Jawab Kana

"Tuan muda nyariin mbak, minta di temenin tidur" ucap Emma sopan

Kana mengangguk, dia menyerahkan cambuknya pada Ian dan tanpa berkata apapun langsung berjalan mendekati Emma. Roan sempat bernafas lega, tapi itu tidak berlangsung lama saat dia kembali mendengar suara Kana.

"Ian, Ezra tolong lanjutin hukumannya. Cambuk sesuka hati kalian asal jangan sampai mati ya, soalnya itu bagian saya" Kana mengatakan itu sambil tertawa

"Siap mbak" ucap keduanya serentak

Roan membelalak, sekarang dia semakin yakin kalau Kana memang Gila.

Dengan ketakutan Roan menatap dua pemuda didepannya, ekspresi mereka tampak biasa saja. Ada apa dengan mereka! Roan terdiam sejenak, dia melupakan satu hal.

Ini keluarga Agrient kan, harusnya dia tak perlu heran lagi. Orang-orang didalam mansion ini kan memang isinya sekumpulan pembunuh berdarah dingin. Sekarang dia sudah dapat jawaban mengapa Kana bisa menjadi istri dari Alderian,

Karna perempuan itu sama gilanya dengan mereka.

***

Pagi itu sekitar pukul 6 suara bising dari arah dapur terdengar, Kana sudah berkutat disana selama hampir 10 menit. Tadi malam setelah pulang dari rumah sakit, dia mendapat telpon dari Abian yang memberi laporan bahwa Alderian lembur.

Lelaki itu baru pulang jam setengah 1 pagi dan langsung tidur karena paginya ada meeting lagi.

Mengetahui jadwal suaminya sangat padat Kana rela buru-buru bangun pagi untuk memasak sarapan, setidaknya mereka bisa makan bersama pagi ini, Alderian pasti seharian akan sangat sibuk.

"Kamu masak apa?"

"Eh kaget!" Hampir saja Kana melempar spatula nya ketika sepasang tangan kekar menyelip di sela-sela pinggangnya.

Tidak sampai memeluk, hanya mengukung Kana dengan menaruh kedua tangannya di atas meja pantry, ikut melihat apa yang tengah Kana lakukan lewat bahu gadis itu.

Kana menahan nafasnya saat sadar Alderian terasa begitu dekat, terlebih pria itu masih memakai bathrobe sepertinya baru selesai mandi. Aroma mint segar langsung menyapa indra penciumannya.

"Kamu gamau pake baju dulu apa?" Tanya Kana pelan, berusaha mengontrol nada suaranya ketika mata nakalnya tak sengaja menatap dua tangan kekar yang di hiasi otot-otot kecil serta cincin yang tersemat dijari manis pria itu, tampak menganggur didepannya.

"Hm," Alderian bergumam sebagai tanggapan tapi tak sedikit pun bergeser dari sana "Pagi-pagi masak buat siapa?"

"Buat kamu lah siapa lagi?" Jawab Kana cepat, dia meletakkan spatulanya lalu berbalik.

Kana mendongak ketika Alderian menunduk agar bisa menatapnya langsung. Nafas Kana kembali tertahan begitu satu kecupan kilat mendarat di hidungnya.

"Cantik." Setelah mengatakan itu Alderian pergi meninggalkan Kana yang masih mematung ditempatnya.

"AAAAAA!!"

"Eh copot, eh copot!" Rara baru saja masuk ke dapur ketika dia dibuat terlonjak oleh teriakan tiba-tiba dari majikannya itu. Dengan sedikit panik, Rara buru-buru menghampiri Kana.

"Mbak, kenapa? Ada masalah? Apa kompornya bermasalah?"

Tapi begitu melihat sekelilingnya, Rara mengernyit. Tidak ada bahaya apapun disana, dia hanya mendapati Kana tampak menutup wajahnya, telinga gadis itu sangat merah.

"Mbak?"

Pelan-pelan Kana menurunkan tangan yang menutupi wajahnya tadi, dia menatap Rara memelas "Ra,"

"Iya Mbak, kenapa?" Tanya Rara sedikit khawatir

"Kayaknya aku udah jatuh cinta sama suamiku sendiri deh"

"Eh?"

***

Aletta turun dari mobil saat dia dan Arsa berhasil sampai ke rumah Mama dan Papanya. Disaat Arsa tengah sibuk menurunkan koper mereka, Aletta mendekati suaminya.

"Aku bantu?"

"Gausah kamu masuk aja sana temuin Mama sama Papa, pasti udah kangen" ucap Arsa mengulas senyum lembut

"Yaudah aku masuk duluan ya"

Setelah Aletta masuk ke dalam rumah orang tuanya, langkah kaki wanita itu berubah cepat. Setengah berlari, Aletta menaiki tangga dan langsung menuju kamar lamanya. Wanita itu mengunci pintu lalu dengan gerakan cepat membuka lemari pakaian.

Aletta melempar keluar semua baju-baju yang digantung serta baju-baju lipatan sampai akhirnya dia menemukan satu kotak besar yang tersimpan disudut lemari.

Senyumnya mengembang, Aletta mengambil dan membuka kotaknya. Dia meraih benda yang ada didalam kotak itu, senyumnya semakin mengerikan.

"Lo bakal tamat abis ini Na"

Suara ketukan di pintunya membuat Aletta menoleh, buru-buru dia memasukkan benda itu kembali ke dalam kotak dan menyimpannya ke dalam lemari.

"Sayang, kamu di dalem?"

Pintu kamar terbuka, Aletta menyunggingkan senyum nya saat melihat Arsa didepan pintu.

"Kamu mau tidur disini, bukan di sebelah?" Tanya Arsa

Mereka memang berencana untuk menginap semalam di rumah orang tua Aletta karena rumah Arsa masih sedikit kotor untuk mereka tempati.

"Di sebelah kok, aku tadi cuma ngambil barang aja" ucap Aletta

Arsa mengangguk

Tanpa melepas pandangannya dari Arsa, Aletta menutup pintu dibelakangnya. Dia merangkul lengan Arsa dengan manja.

"Sayang, siang ini aku ijin ketemu temen-temen ya"

"Kamu gajadi ke rumah sakit?" Tanya Arsa saat keduanya berjalan menuju kamar yang akan mereka tempati malam ini.

"Jadiii, cuma aku mau ketemu temen-temen aku dulu, boleh ya?" Aletta berdiri didepan Arsa sambil mengatupkan tangannya, tak lupa ia memasang tampang puppy eyes andalannya.

Arsa terdiam.

"Arsaaaa.." rengek Aletta menggoyang-goyang lengan Arsa.

Kening Arsa berkedut, bibirnya tak sanggup lagi menahan senyum gemas. Dia menarik hidung Aletta "Iya boleh"

"Yess!"

***

Ketika hampir menjelang siang, Kana dibantu oleh Alsa tengah menyiapkan makan siang untuk Alderian. Gadis itu berniat untuk mengantarkan makan siangnya langsung ke kantor.

"Kayaknya hubungan kalian udah lebih deket dari sebelumnya," sahut Alsa yang tengah mencuci piring

Kana terkekeh, tangannya bergerak lincah mengaduk-ngaduk masakannya "Kamu sadar ya?"

"Sadar ga sadar sih, lagian dari awal kalian nikah juga udah aneh. Baru ketemu udah langsung nikah aja"

"Kamu kan emang dari awal udah ngotot bilang aku di ancem biar nikah sama Al, ku kira kamu udah tau" Ucap Kana geli ketika mengingat moment saat pertama kali dia masuk ke rumah ini. Alsa dan Alderian sempat terlibat cekcok.

"Jadi beneran di ancem?" Alsa menoleh cengo

"Ya ngga," decak Kana bingung cara menjelaskannya "Ya pokoknya gitu, aku gabisa jelasin sekarang tapi aku janji, kalau waktunya udah tepat aku pasti bakal cerita ke kamu."

Untuk sekejap terjadi keheningan diantara mereka, hanya suara piring dan minyak yang terdengar disana.

"Aku boleh tanya sesuatu ga, Sa? Mungkin agak sedikit sensitif, kamu gausah jawab ini kalau gabisa" tanya Kana tiba-tiba

Alsa memalingkan wajahnya ke arah Kana "Tanya apa Mbak, aku usahain bakal jawab semua nya"

"Soal Kak Clara," ucap Kana hati-hati

Aktifitas Alsa terhenti, tapi selanjutnya dia berusaha se santai mungkin. "Mbak Kana mau tau tentang Kak Clara?"

Kana mengangguk, "Aku pengen tau, Kak Clara ditemukan meninggal dalam keadaan gantung diri di apartemennya, kenapa kalian bisa nyimpulin kalau Kak Clara bunuh diri?"

Nafas Alsa tertahan mendengar pertanyaan Kana barusan, dia pelan-pelan melepas piring ditangannya kemudian menghela nafas panjang.

Dengan susah payah Alsa membuka suara "Jadi,"

Flashback.

Pagi itu Alderian bersama dengan para Bodyguardnya berhasil mendobrak paksa pintu Apartemen Clara. Ruangan itu sangat gelap dan hening, Alderian meraba-raba dinding untuk mencari saklar lampunya.

Tik.

Pemandangan yang pertama kali di tangkap oleh mata Alderian adalah sosok yang tergantung ditengah-tengah ruangan. Matanya membulat begitu pun dengan para bodyguard yang tak kalah terkejutnya.

"KAK!" dengan perasaan campur aduk, Alderian menghampiri tubuh itu. Kesar sebagai ketua bodyguard segera mengambil tindakan untuk menurunkan Clara dari sana. Dia meraih satu kursi dan menaikinya.

Isi kepala Alderian kacau, pemuda 20 tahun itu bertumpu diatas meja dengan lemas tak kuasa menahan airmatanya. Di tengah-tengah usaha Kesar yang sedang membuka lilitan tali dari leher Clara, mata Alderian menemukan secarik kertas di lantai, tepat dibawah kaki Clara yang menggantung.

Alderian meraih kertas itu dan seketika matanya memancarkan kemarahan yang begitu besar, didalam kertas itu ada tulisan tangan Clara yang berbunyi "Maafin aku Rega..."

Rega.

Satu nama itu membuat Alderian di penuhi dendam. Clara memang bunuh diri, tapi penyebab kakaknya sampai mengakhiri hidupnya tak lain adalah pria ini.

"Abian."

"Ya Pak?" Jawab Abian menghampiri Alderian

"Bereskan pria bernama Rega Dirgantara." Hanya itu yang keluar dari mulut Alderian

"Baik Pak" Abian menjawab tanpa membantah.

Suara tangisan anak kecil di depan pintu mengalihkan perhatian Alderian. Raut wajah pemuda itu berubah sendu melihat sosok kecil dalam gendongan babysitter yang dia pekerjakan sejak 2 tahun lalu.

Alderian mengambil balita berusia 2 tahun itu dan menggendongnya keluar. Tangisan Darren selaku keponakan Alderian itu tak bisa berhenti, seakan-akan anak itu tau bahwa yang ada di dalam sana adalah Ibunya.

"Ssttt, kamu aman. Ini Papi," Alderian mengusap airmata yang mengalir dipipi gembul Darren. "Ini Papi, jangan nangis ya"

Mata bulat Darren menatap Alderian, tangis anak kecil itu perlahan-lahan mereda. Tangan mungilnya terangkat menyentuh airmata yang ternyata sudah membasahi wajah Alderian juga.

"Pi, api"

Hati Alderian berdenyut ngilu melihat Darren "Iya nak, ini Papi."

Flashback off

Pandangan Kana terlihat kosong tapi airmata gadis itu terus mengalir keluar, dia menolehkan kepalanya pada Alsa yang kembali mencuci piring-piring kotor dengan wajah sendu.

"Kak Al ga pernah ngusut lebih dalam tentang gimana Kak Clara bisa meninggal, dia juga ga pernah niat untuk ngecek cctv Apartemen itu. Kak Al ga akan pernah sanggup ngeliat cara Kak Clara mengakhiri hidupnya"

Alsa tersenyum tipis "Berat banget emang buat ngelepasin Kak Clara apalagi dia ninggalin anak yang usianya masih dua tahun, anak yang masih butuh kasih sayang dari Ibunya."

"Tapi setelah 3 tahun berlalu, kita perlahan-lahan udah ngikhlasin semuanya. Kak Clara juga pasti udah tenang disana apalagi Kak Al berhasil balas dendam ke orang yang udah buat Kak Clara menderita selama dua tahun itu"

Tangan Kana bergetar tanpa sepengatahuan Alsa. Kana berpikir, pantas saja Alderian menaruh dendam padanya di kehidupan sebelumnya.

Entah apa yang Aletta tunjukkan pada Alderian sehingga Alderian percaya bahwa dia lah pembunuh Kakaknya.

"Sa?" Panggil Kana pelan, Alsa menoleh.

Kana meneguk ludahnya sebelum berkata dengan nada lirih "Apapun yang terjadi, aku harap kamu sama Melvin bisa percaya sama aku"

.
.
.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
4.5M 175K 20
Kayasaka Alexio Elakhsi adalah antagonis paling kejam dan menyebalkan dalam novel romatis yang pernah ada. Kejam, otoriter, egois dan menyebalkan ad...
1.4M 93.8K 40
Cerita tentang Alsya Kayesa yang berpindah raga dan menempati tubuh salah satu figuran dalam cerita yang ia baca di dark web. Lebianca Dysis sosok...
2.4M 206K 41
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...