REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STO...

By Taratales

3M 324K 12K

Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berad... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
CANARIA ADELIA DIRGANTARA
ALETTA DIRGANTARA
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2 [Darren's story]
EXTRA PART 3 [Darren's Story 2]
EXTRA PART 4
EXTRA PART 5
EXTRA PART 6
EXTRA PART 7 [LAST]

PART 8

74.2K 8K 544
By Taratales

.
.
.

"SIAL!"

Arsa menautkan alisnya ketika Roan datang dengan wajah kusut penuh emosi, sementara dibelakangnya ada Aletta yang tampak menghampiri mereka sambil termenung.

"Udah belanjanya?" Tanya Arsa menghampiri Aletta.

Aletta mengangguk, tersenyum tipis "Maaf ya lama"

"Gapapa, tapi kenapa Roan acak-acakan kayak gitu?" Arsa bertanya melirik Roan yang masih memaki entah pada siapa.

"Sebenernya tadi kita ketemu Rissa"

"Rissa?"

Aletta memasang ekspresi muram "Aku cuma niat mau nyapa dia tapi entah kenapa dia malah ngomong kasar ke aku sama Kak Roan"

Wajah Arsa seketika menggelap "Ngomong kasar ke kamu?"

"Sa, jangan marah," Aletta memegang lengan Arsa erat lalu berkata dengan nada rendah "Aku kok yang salah, seandainya aku tau disana ada Rissa aku pasti ga akan ngajak Kak Roan buat nemenin aku dan malah buat Rissa cemburu"

Arsa berdecak sebal, dia memegang kedua bahu Aletta lalu menatapnya intens "Ta, jangan selalu nyalahin diri kamu sendiri, kamu kan juga gatau bakal ketemu Rissa. Sebaliknya harusnya Rissa tau diri, dia udah gada hubungan apa-apa sama Roan jadi dia ga punya hak buat marah-marah kayak gitu"

"Bener Ta, ini bukan salah kamu" Roan yang akhirnya bisa meredam emosinya ikut dalam pembicaraan mereka.

"Terus lo kenapa bisa kayak gini?" Tanya Arsa pada Roan

Roan berdecih "Gue mau ngasih pelajaran ke Rissa karna udah ngatain Aletta tapi tiba-tiba ada yang ikut campur"

"Siapa?" Arsa penasaran

"Katanya sih kenalannya Rissa, namanya Danu"

Arsa mengerjap, "Bang Danu?"

"Kamu kenal?" Tanya Aletta

"Yah dulu kita lumayan akrab sih masa kecil, bukan cuma aku tapi Rissa sama Kana juga" Arsa tersenyum mendadak teringat masa-masa kecil mereka

Aletta diam-diam menggertakkan giginya, jadi Danu itu bukan orang asing? Aletta pikir dia bisa memikat Danu karena pria itu hanya orang asing yang baru kenal dengan mereka.

"Karna lo bilang gitu, ga heran kalau Kana juga tiba-tiba ada disana" Sahut Roan kembali merasa kesal

"Kana? Kalian ketemu Kana?"

"Lo pikir yang bikin gue babak belur kek sekarang ini siapa?" Roan berkata kesal

"Kana?" Arsa menebak dengan asal

Roan berdecak "Ya kali Kana bisa mukul gue,"

"Tapi lo dulu pernah kena bogemannya Kana pas di kira nguntit Rissa" ucap Arsa polos

Roan berusaha keras menahan dirinya agar tidak memukul Arsa saat itu juga, wajahnya memerah karena malu. Bisa-bisanya Arsa membahas masa lalu memalukan itu didepan Aletta.

"Ya pokoknya bukan Kana, tapi bodyguard nya" Roan berdehem untuk menetralisir rasa malunya

"Kana punya bodyguard?"

"Lo.." Roan nyaris tidak bisa berkata-kata, dia menghela nafas "Lo tau Kana nikah tapi lo gatau siapa suaminya?"

Arsa cuma mengangkat alisnya, sejujurnya dia tidak terlalu peduli siapa suaminya dan alasan mereka menikah. Baginya, dia dan Kana sudah tidak punya hubungan apapun lagi. Tidak setelah Kana menyakiti Aletta didepan wajahnya.

"Alderian Agrient"

Arsa terbelalak "Huh?"

Roan memegang kepalanya, pening.

Alderian Cain Agrient, siapa yang tidak kenal dengan pengusaha kaya raya itu? Bahkan nama keluarganya saja terkenal sampai ke luar Negara.

Selain kekayaan, Al juga berhasil merebut hati para wanita karena parasnya. Sayangnya, Alderian terlalu sibuk hingga tak punya banyak waktu hanya untuk menjalin hubungan dengan seseorang.

Kabar berita yang sering memergoki Alderian jalan bersama beberapa artis dan model itu benar adanya, tapi sebenarnya Alderian menggandeng mereka hanya sebagai bentuk formalitas, contohnya jika ada keperluan seperti menghadiri acara atau undangan-undangan penting dari rekan kerjanya.

Sampai saat ini, tidak ada yang berani mencari masalah dengannya. Alderian memiliki banyak tentara elite dan juga koneksi dengan beberapa orang-orang besar diberbagai Negara hingga tak susah untuknya jika ingin menghancurkan seseorang yang berusaha merecoki hidupnya.

"Gimana bisa Kana nikah sama orang kayak gitu" Roan masih tak percaya

Sekarang Aletta mengerti kenapa Kana berani menyombongkan diri didepannya, Kana tau bahwa suaminya punya kuasa besar hingga mengira Aletta tidak akan berani macam-macam padanya.

Tangan Aletta terkepal, kalau Kana berpikir dia sudah menang, Kana salah besar. Permainan baru saja dimulai dan Aletta tidak akan mundur begitu saja.

Kana adalah bonekanya dan boneka itu harus bergerak sesuai dengan keinginan Aletta. Jika Boneka itu bergerak sendiri, artinya ada yang salah dengan bonekanya.

Aletta harus menegaskan agar Kana sadar akan posisinya. Sebagai boneka, Kana itu terlalu kurang ajar.

•••

"Butik sendiri?"

Kana mengangguk semangat sementara Danu menyesap teh nya sambil memperhatikan kedua gadis yang berbincang dihadapannya.

Setelah kejadian di depan Minimarket itu, mereka bertiga memutuskan untuk duduk sebentar disalah satu cafe, yang awalnya hanya janjian dengan Kana sekarang jadi bertiga dengan Danu.

Mereka saat ini tengah membicarakan tentang bisnis Rissa, saat tau apa yang sudah di alami oleh Rissa, Danu dan Kana memutuskan untuk membantunya.

"Kita bisa beli tanah disalah satu komplek yang dekat dari apartemen kamu, untuk semua biaya pembangunannya biar Mas yang tanggung"

"Nah untuk semua isi dalam butiknya nanti, itu jadi urusan aku" Kana berkata semangat

Rissa meringis "Apa kalian ga berlebihan, jujur aja aku ngerasa terbebani"

Danu dan Kana saling melirik, bagaimana caranya agar Rissa mau menerima tawaran ini. Setelah melihat bakat Rissa, rasanya akan sia-sia kalau dibiarkan begitu saja.

"Sa, ulang tahunmu kapan?" Tanya Danu

"September kemarin"

"Nah anggap aja ini hadiah ulang tahun kamu" Ucap Danu

"Eh, mana bisa kayak gitu" Kata Rissa mendengus

"Lah, baru kali ini ada orang marah karena dikasih hadiah. Aneh kamu Sa," Danu terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya

"Ya tapi hadiahnya ga itu juga kali, kalung kek gelang gitu" Rissa menepuk jidatnya

"Oh jadi kamu maunya perhiasan? Seperangkat alat sholat ga sekalian?" Goda Danu tertawa

"Pfftt," Kana membuang wajahnya sambil menahan tawa, apalagi ketika pipi Rissa memerah.

"Apaan sih, orang lagi serius" gumam Rissa menutup mukanya

Danu tertawa kecil, rasanya dia bisa melihat ada asap mengepul dari atas kepala Rissa.

"Udah, pokoknya kamu harus mau. Anggap aja ini hadiah, oke?"

Rissa mau tak mau akhirnya mengangguk, karena wajahnya yang memanas rasanya tak sanggup lagi untuk membantah.

"Nah kalau gitu gue ju-"

"Gak." Rissa memotong ucapan Kana saat tau apa yang akan dikatakan sahabatnya itu. "Gue gamau terima bantuan lo, gada hadiah-hadiahan lo udah ngasih gue hadiah pas ultah kemarin kan"

"Tapi kan gue mau bantu juga!" Kana menggebrak mejanya dengan kesal

Rissa mendesah lelah "Na, lo udah bantu gue banyak banget. Gue gamau ngerepotin lo terus, sekarang lo nikmatin aja kehidupan rumah tangga lo. Selama ini lo udah cukup kesulitan kan, gue gamau lo susah lagi cuma gara-gara gue"

Kana terdiam, ekspresinya berubah serius "Gue gatau kalau itu yang lo pikirin selama ini, padahal gue bantuin lo itu karna kemauan gue sendiri. Buat apa gue seneng-seneng kalau lo disini kesusahan, kalau lo pengen gue bahagia tanpa peduli sama lo sekalian aja kita gausah sahabatan lagi"

Rissa terpaku, dia menggeleng cepat "Bukan gitu maksud gue Na"

Melihat Rissa tampak kesulitan berkata-kata, akhirnya Danu menengahi

"Gini aja deh, gimana kalau Kana berinvestasi ke butik Rissa nanti jadi selain punya keuntungan masing-masing, gada yang terbebani lagi karna ngerasa gaenak"

Kana dan Rissa saling berpandangan, lalu tersenyum "Kenapa ga kepikiran?"

"Yah tadinya gue pengen nyaranin itu, tapi karena Mas Danu udah ngomong duluan ya gimana lagi" Kana mengangkat bahunya sok

"Idihh"

Selagi Kana dan Danu tertawa, Rissa tersenyum penuh ketulusan. Dia beruntung masih memiliki seseorang seperti mereka di sampingnya, rasanya Rissa tidak menyesali keputusannya untuk melepaskan Roan.

•••

"Yaudah mbak saya tinggal dulu"

"Hm, nanti aku panggil kalau butuh sesuatu" Kana melambai pada Emma yang akhirnya meninggalkannya sendiri didalam kamar.

Bukan tanpa alasan Kana mengusir Emma secara halus, ini karena saatnya menyusun rencana untuk masa depannya. Kana mengambil kertas dan pena dari laci mejanya kemudian mulai berpikir.

"Karena sekarang gue bakal dapet uang dari hasil investasi ke Rissa, gue ga perlu jalanin rencana buat morotin Alderian, yah lagian rencana itu juga belum pasti. Mana berani gue morotin dia, yang ada gue dipenggal sebelum kontrak abis"

Kana mendengus lalu mencoret bagian rencana yang dia ucapkan tadi

"Untung sekarang gue punya tabungan jadi gue ga perlu takut melarat kalo udah pergi dari sini"

Kana merebahkan dirinya diatas tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya.

Setahun lagi dia akan meninggalkan tempat ini, meninggalkan semuanya termasuk temannya Rissa. Kana sudah memikirkan ini, berada disekitar Aletta sama saja dengan bunuh diri.

Kana tidak mungkin meminta kontrak pernikahan sampai 5 tahun kedepan, Alderian pasti akan melemparnya bahkan sebelum Kana meminta itu. Alderian tidak tertarik dengan hubungan merepotkan seperti ini, buktinya sudah 5 hari sejak mereka menikah Kana belum bertemu dengan pria itu.

Jelas Alderian menghindarinya, pria itu memang menjamin semua kebutuhannya sampai memberikannya beberapa credit card untuk Kana gunakan sesuka hati, padahal mereka seatap tapi susah sekali bertemu dengannya

Kana berdecak kesal dengan perasaannya sendiri.

Apa yang dia harapkan? pernikahan yang tidak dilandasi oleh cinta ini, memangnya Alderian mau repot-repot memainkan peran suami setelah Kana memakai Darren untuk mengancamnya?

Fix, pria itu pasti membencinya.

Kana mengerang "Ya maaf, gue ngelakuin itu demi kelangsungan hidup gue juga. Ish, tapi tetep aja gue kan istrinya ya masa nemuin gue bentar aja gabisa sih"

"Kata siapa saya gabisa?"

"HUWAAA!" Kana terlonjak bangun dari acara rebahannya begitu mendengar suara berat milik seseorang.

Benar saja, Alderian berdiri dengan pose bersedekap sambil menyender didaun pintu.

"P-Pak Al" Kana terbata-bata saking syoknya, dia sudah seperti maling yang kepergok.

Tanpa ekspresi seperti biasa, Alderian berkata lagi "Bukan gabisa tapi ga sempet, saya sibuk akhir-akhir ini"

Kana mengangguk pelan, terkutuklah mulut bodohnya tadi. Tapi ini bukan salahnya, mana tau dia Alderian akan masuk kamarnya tanpa diketuk dulu.

"Saya udah ketok beberapa kali tapi gada jawaban, saya kira kamu mati jadi saya masuk aja" kata Alderian seolah bisa membaca apa yang dipikirkan Kana barusan

"Maksudnya kalo gue mati dia mau masuk buat beresin mayat gue gitu?" Batin Kana ketakutan

"Iya"

"EHH?" Pekik Kana syok dengan jawaban itu "S-Saya ga mati, ah pokoknya lupain itu. Pak Al ada urusan apa dikamar saya?"

"Bukannya kamu pengen ketemu saya?"

"Enggak," balas Kana cepat tapi beberapa detik kemudian dia menghela nafas "Iya"

Alderian mengangkat sudut bibirnya "Jadi?"

"Saya mau ngobrol berdua sama bapak setelah makan malem,"

"Ya, boleh" Alderian mengangguk "Tapi sebelum itu kamu bisa berenti manggil saya bapak?"

"Hm?" Kana mengernyit "Kenapa? kan biar sopan. Pak Al kan lebih tua dari saya"

"Kamu ini istri saya bukan anak saya, panggil apapun terserah asal jangan bapak"

Kana berpikir sejenak "Kalo gitu Kak Al?"

"Saya bukan ABG"

"Mas Al?"

"Kamu mau saya panggil Andin?"

Kana memasang wajah sebal "Kalau gitu panggil apa?"

"Aldo, panggil saya dengan nama itu jika kita sedang dalam beberapa situasi tertentu"

"Aldo siapa?"

Untuk pertama kalinya Alderian merasa kesal sekaligus gemas pada seseorang hanya karna bertanya.

Dengan kesabaran ekstra Alderian menjawab "Itu nama kecil saya, ga ada satupun orang yang manggil saya dengan nama itu selain mendiang Mama saya, kalau kamu panggil saya dengan nama itu. Orang-orang akan percaya kalau kamu benar-benar istri saya "

"Kenapa gitu?"

Alderian menghela nafas "Ada gosip beredar kalau saya udah nyulik gadis muda dan ngurung dia di mansion saya,"

"Gadis muda yang dimaksud itu saya?" Kana menunjuk dirinya sendiri

Alderian menjawab dengan deheman rendah

"Kalau gitu Pak Al tinggal bungkam mereka, bukannya selama ini Pak Al udah sering mendrop gosip-gosip miring kayak gini?"

"Saya bisa lakuin itu, tapi kali ini saya berniat mengumumkan pernikahan saya"

"Kenapa?" Tanya Kana penasaran

Alderian menatap Kana sejenak lalu menjawab "Banyak dari rekan kerja saya yang berusaha buat jodohin saya sama anak perempuan mereka. Kalau saya bilang saya udah menikah, mereka mungkin bakal berhenti ngerecokin saya dengan surat-surat perjodohan itu"

"Ah," Kana mengangguk paham "Yah ga masalah sih, tapi Pak Al gapapa? Saya mungkin cuma bisa bikin Pak Al malu. Secara cewek-cewek yang deket sama bapak selama ini kan perfect semua,"

Alderian mengangkat alisnya, matanya mendadak bergerak meneliti Kana dari ujung kaki sampai kepala.

Kalau dibilang tidak pantas, tidak juga. Kana dari sananya sudah cantik bahkan tanpa make up seperti sekarang ini, kecantikan gadis itu tampak natural.

Tapi tentu saja Alderian tidak mau mengatakannya.

"Seburuk apapun kamu, mereka ga akan berani komentar apa-apa kalau mereka masih ingin liat matahari besok pagi"

Kana menyipitkan matanya tidak suka dengan jawaban itu, artinya Alderian membenarkan bahwa dirinya tidak bisa menandingi semua wanita yang pernah dia dekati?

"Yaudah deh, saya ngikut Pak Al aja"

"Apa kata saya soal panggilan nama tadi?"

Kana mengerjap "Tapi kita lagi berdua doang katanya cuma di si—"

"Latihan, panggil saya dengan nama tadi atau rencana yang kamu buat beberapa hari yang lalu saya batalin" kata Alderian mengancam

"Jangaaaannnn! Oke Aldo, puas? Kenapa ga Al aja sih, ribet deh" gerutu Kana pelan

Alderian terdiam sejenak, menatap lekat kearah Kana membuat gadis itu seketika merutuki mulutnya sendiri. Jangan sampai hanya karena perkara nama, sebutan Kana juga tiba-tiba berubah menjadi mendiang Kana.

Tapi jawaban yang dikeluarkan Alderian cukup membuat Kana lega luar biasa.

"Terserah."

Tidak masalah. Meski hanya satu kata, jawaban itu sudah menyelamatkan nyawanya.

.
.
.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 289K 63
Lunaria dalam bahasa bunga memiliki arti kejujuran, ketulusan, dan juga kemakmuran. Seperti arti namanya, ia menjalani hidupnya penuh ketulusan hingg...
655K 8.5K 32
Novel 1 Jangan lupa tinggalin jejak Thankyou❤ ... Menceritakan tentang maura yang dijodohkan ayah nya dengan laki-laki bernama frans Maura membuat k...
4.5M 175K 20
Kayasaka Alexio Elakhsi adalah antagonis paling kejam dan menyebalkan dalam novel romatis yang pernah ada. Kejam, otoriter, egois dan menyebalkan ad...
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...