As the full moon finds its place in the darkest of skies,
Love will uplift despair.
Just like the moon,
Half of her heart will will always love the dark.
The sun knows everything what she does,
but the moon remains the same,
It knows all of her secrets.
Just all of her secrets.
When the dandelion turned into a full moon,
it tells you something....
'Life is a balance between holding on and letting go'
Just like dandelion on its full moon,
She sets him free
Like releasing dandelion seeds
into the air, only to see him.
Dissolve into the purple sky,
Look back and never asked.
Look back and he never did.
When the dark sky turned into purple, then it's brighter into a full sky blue color.
Her heart remind the same.
Torn, hurt and never can be heals anymore.
Translation (aku transnya pake google trans, males trans satu-satu btw, maaf sebelumnya) :
Ketika bulan purnama menemukan tempatnya di langit yang paling gelap,
Cinta akan membangkitkan keputusasaan.
Sama seperti bulan,
Setengah dari hatinya akan selalu menyukai kegelapan.
Matahari tahu segalanya apa yang dia lakukan,
Bulan tetap sama,
Ia tahu semua rahasianya.
Hanya semua rahasianya.
Ketika dandelion berubah menjadi bulan purnama,
Ia memberitahumu sesuatu...
"Hidup adalah keseimbangan antara bertahan dan melepaskan."
Sama seperti dandelion pada bulan purnamanya,
Dia membebaskannya
Seperti melepaskan biji dandelion
ke udara, hanya untuk melihatnya.
Larut ke langit ungu,
Lihatlah ke belakang dan tidak pernah bertanya.
Lihatlah ke belakang dan dia tidak pernah melakukannya.
Ketika langit gelap berubah menjadi ungu, maka itu lebih terang menjadi warna biru langit penuh.
Hatinya mengingatkan hal yang sama.
Robek, terluka dan tidak pernah bisa sembuh lagi.
🖤
_____________________________________________
Tidak ada yang tahu seperti apa jalan takdir membawa hidup seseorang padanya. Baik Nindy, Edgar maupun semua orang di dunia ini.
Nindy duduk termenung. hatinya begitu sakit, terasa begitu kosong. Sahabat baiknya telah tiada. Begitu hampa. Sorot matanya meredup. Bibir Nindy terlihat kering dan pecah-pecah. Tubuhnya bergetar hebat.
Berupaya menenangkan dirinya sendiri, dengan berkali-kali menghela nafasnya, menautkan jari-jemarinya ke lantai kemudian gadis imut itu menunduk.
Bahkan, Nindy sebelum peti mati milik sahabatnya di kremasi, gadis itu bersikukuh untuk melihat wajah sahabatnya yang terlihat seperti putri tidur, menggunakan pakaian serba putih dan berbaring di hamparan peti yang berisi bunga-bunga segar, pilihan tangan Nindy sendiri.
Bahkan tanpa takut, Nindy lah yang membantu mendandani Giselle untuk yang terakhir kalinya.
Kini, Nindy tengah mendandani dirinya sendiri, mengenakan dress panjang berwarna hitam, dengan scarf hitamnya pula serta topi fascinator hitamnya yang dihias dengan sebuah bulu angsa berwarna hitam dan jaring-jaring hitam yang menutup sebagian wajahnya. Dirinya berdandan sebaik mungkin untuk penghormatan terakhir sahabatnya ini.
Edgar menatap punggung Nindy dengan sendu. Badan Nindy terlihat terguncang hebat, "Ed..."
"Menangislah Nin. jangan dipendam, menangis setidaknya akan mengurangi beban batinmu sayang, menangislah."
Nindy merasa dirinya mati rasa. Merasa sebagian besar dirinya ikut terbujur tidak berdaya bersama sahabatnya. Beginikah rasanya bahwa orang terdekat kita meninggal dunia? sesedih ini? sehancur ini? air mata Nindy terasa mengering. Nindy bahkan tidak sanggup untuk menangis.
Nindy telah bersama dengan Giselle semenjak dari dalam kandungan karena kedua ibu mereka bersahabat, sebelum pada akhirnya ibu Giselle yang melahirkannya meninggal dan lingkungan rumah mereka yang bertetangga, menyebabkan Giselle bayi sering dititipkan oleh ayahnya pada keluarga Nindy karena kesibukan ayah Giselle mengurus perusahaannya.
Pada dasarnya, Giselle, Nindy dan Jennie (kakak Nindy), ketiganya tumbuh bersama sedari kecil hingga ayah Giselle menikah kembali dan Giselle diasuh oleh ibu tirinya.
"sakit Ed....sakit"
"kamu kuat Nin, kamu kuat" ujar Edgar berulang kali berupaya menguatkan tunangannya yang kini tengah sangat rapuh.
_______________________________
Winter hanya menatap orang-orang yang berupaya menyalaminya di rumah duka dengan pandangan kosong.
Pada akhirnya, kejadian ini terulang kembali.
Apakah selama ini dirinya masih saja terlalu lemah?
Apa yang salah sebenarnya? apa., apa dan apa?
Winter telah memberikan perlindungan ekstra pada sahabat-sahabatnya, bahkan kekasihnya, Jake pun dicerokinya untuk memberikan perlindungan berlapis.
Sesaat begitu Winter menganggap sahabatnya baik-baik saja bahkan menemukan cinta pertamanya meskipun itu salah, namun Winter masih menjaga sahabatnya dengan semua kemampuan yang dibisanya.
Apa yang salah? kenapa bisa salah? mengapa Giselle mengalami kecelakaan dan berujung nyawanya tidak terselamatkan. Semua ini terasa begitu tiba-tiba bagi Winter.
Winter dalam hati bersumpah, akan mengusut kematian sahabatnya ini dengan semua koneksi yang dimilikinya, dan Winter telah mengukuhkan hatinya. Bahwa setelah ini diantara sahabatnya yang lain akan baik-baik saja. Ya, Winter telah berjanji.
_________________________________
Kenneth menatap peti mati yang sebentar lagi akan dikremasi milik kekasihnya dengan mengelusnya perlahan.
Jika saat ini merupakan sebuah mimpi, maka Kenneth dengan senang hati akan segera terbangun dan mencumbu kekasihnya bertubi-tubi bahkan Kenneth bersumpah tidak akan melepaskan pandangannya dari Giselle.
Namun semua ini adalah kenyataan pahit yang menimpa mereka berdua.
Selama kurang dari sebulan mengenal Giselle, namun kekasihnya telah membawa pergi seluruh hati kosong milik Kenneth yang bahkan baru terisi sejenak.
Mengambil nafasnya, pria muda itu berucap, "Kini sarapan pagiku dan sunrise akan terasa sangat berbeda, Selle."
Flashback
"Ken...!." teriak Giselle dari kejauhan
"Ingin kemana, Selle? Yya! Giselle Aphrodita Ferdinand" panggil Kenneth dengan jarak yang cukup jauh dari Giselle.
"Ih, seenaknya merubah nama. Dirgantara ya, bukan Ferdinand" sungut Giselle sebal, tidak terima.
"kalau kamu menikahiku, maka kamu akan menjadi seorang Ferdinand, Selle. Bahkan aku berjanji akan memperjuangkanmu memasuki lampiran kepala keluarga dan mendapatkan hak-hakmu nantinya" ujar Kenneth bersungguh-sungguh.
"dalam mimpimu!! bweeee. Cepat Ken, kemarilah!. matahari akan segera terbit. Cepatlah! jalanmu benar-benar seperti raja siput, Ken" dumel Giselle kemudian.
Mendengar dumelan Giselle, Kenneth seraya berlari dan menangkap lingkar pinggah milik kekasihnya. Mengangkat lingkar pinggang Giselle ke atas hingga membuat kekasihnya memekik cukup kencang, Kenneth berdecak kemudian, "Jika aku raja siput, maka kamu adalah ratunya, Selle." lanjut Kenneth kemudian.
10 menit kemudian,
"wuahhhhh....cantiknyaa"
Mata Giselle berbinar-binar melihat pemandangan yang terdapat di hadapannya, sunrise di bukit belakang danau Rubbylane ini benar-benar indah. Tidak sia-sia Giselle menyeret Kenneth kemari hari ini. Cuacanya bahkan terlihat sangat baik sekali.
"morning world! I'm so in love with you!!! wuahhhh......"
Kenneth tersenyum bahagia melihat gadis cantik di sampingnya bahagia. Selama tiga minggu mengenal Giselle, Kenneth sudah sangat hafal diluar kepala kebiasaan milik kekasihnya.
Kekasihnya sangat menyukai kegiatan di pagi hari dan membenci kegiatan di siang serta sore hari. Lebih baik tidur nyenyak daripada tersengat matahari, begitulah yang dipikirkan oleh Giselle.
Giselle penggila pakaian casual. Meskipun sahabat-sahabatnya sangat memerhatikan penampilannya dan penggila rok, namun Giselle berbeda,
Giselle tidak menyukai berpakaian terlalu menyita waktu atau ribet. Celana jeans, oversize sweater ataupun kaos simple. that's life.
Ya, meskipun harus Giselle akui, apabila bekerja maka Giselle akan menyesuaikan style nya menjadi business casual. Namun di saat luangnya, Giselle hanyalah berpakaian cukup sederhana namun terkesan manis dan effortlessly sexy.
Sangat jauh berbeda dengan kebanyakan gadis-gadis yang ingin berpergian saja menghabiskan waktu satu hingga dua jam untuk berdandan dan terlalu ribet memadu padankan pakaian walaupun hanya keluar membeli makanan di ujung jalan.
Giselle berbeda. Sangat berbeda. dan Kenneth menyukainya.
Pagi itu, seperti biasa mereka sarapan bersama di salah satu cafe yang menyediakan pemandangan indah danau Rubbylane dari atas bukit dipagi hari.
"Ken, kalau kamu jatuh cinta sedalam-dalamnya, apa yang akan kamu lakukan untuk wanita yang kamu cintai sepenuh hati itu?"
Giselle bertanya pada Kenneth seraya menatapnya dalam.
"aku akan melakukan apapun untuknya, tentu saja" ujar Kenneth kemudian mengunci balik tatapan yang diberikan oleh Giselle.
Tatapan yang diberikan Kenneth terasa sangat lembut namun tajam dan dalam. Semakin dekat.... semakin mendekat , hingga bibir mereka bersentuhan dan pada akhirnya pun mereka berbagi ciuman hangat ditemani pemandangan danau Rubbylane yang tenang dan sejuk di pagi hari.
Flashback End.
Kenneth mengepalkan buku-buku jarinya yang memutih. Baru kali ini perasaannya terasa sehancur ini, dengan pahit Kenneth bergumam, "Kamu membuatku mengingkari janjiku padamu Selle, kamu bahkan tahu dengan jelas aku benci seorang pembohong, aku bahkan telah merencanakan dengan matang masa depan kita nantinya, namun kini aku harus menjadi pembohong dan pecundang untuk kesekian kalinya, hanya padamu. Aku benar benar membenci diriku sendiri, Selle" ujarnya sarat dengan nada getir.
Begitu pria muda itu menunduk, setetes air mata jatuh ke punggung tangannya. Membuatnya terkekeh pelan, "Bahkan untuk pertama kalinya setelah berpuluh tahun aku hidup, hanya kamu yang berani membuatku menangis seperti ini, Selle"
Dipandanginya kembali peti mati milik kekasihnya, tak lama kemudian dilihatnya Aditama Dirgantara yang terlihat kusut telah usai mengucapkan pidatonya untuk melepas putrinya guna di kremasi. Dan selanjutnya, Kenneth hanya mengikuti orang-orang yang membawa peti mati kekasihnya dalam diam dibelakangnya.
___________________________________
Kayden menatap Felix dihadapannya dengan raut wajah bosannya.
Dokter tampan ini sudah mengulang penjelasannya sebanyak delapan kali namun pria berambut silver di hadapannya masih saja memintanya untuk mengulang penjelasannya, lagi dan lagi.
Kayden merasa jengah saat ini.
Kayden, dokter tampan yang berdomisili di negara Zernite inipun harus berangkat jauh-jauh menuju Leefreelion guna menemui rubah berambut silver dihadapannya guna menjelaskan hasil temuannya.
"Jadi, untuk mempertahankan keturunan bermata abu-abu tanpa harus melakukan pernikahan sedarah, keturunan Ferdinand harus menikah dengan keturunan Rufflelionaires?" ulang Felix untuk kesekian kalinya.
Kayden mengangguk, dengan yakin pria muda ini berkata, "Cari wanita Rufflelionaires yang merupakan keturunan campuran dan merupakan wanita berdarah tipe carrier. Namun sebelum melakukan pernikahan ataupun hubungan seksual yang bertujuan mempunyai keturunan, calon ibu harus diberikan vitamin dan beberapa obat-obatan tambahan, guna mengacaukan sistem darahnya. Bukankah kau telah mengetahui bahwa keturunan Rufflelionaires memiliki fragmen DNA, dari 10 leluhur yang berbeda-beda? kita hanya perlu memastikan, benihmu nanti akan bertemu dengan fragmen DNA milik keluarga Ferdinand di dalam DNA keluarga Rufflelionaires"
Felix berdecih pelan, tidak memercayai pendengarannya. Apalagi ini? mengapa Felix merasa setelah keluar kqndang buaya, dirinya justru malah memasuki kandang singa?.
"dan katakan padaku, dimana aku bisa menemukan keturunan berdarah campuran di negara ini?" ujar Felix sambari memijit kepalanya yang terasa pening seketika.
Sementara Kayden hanya tersenyum lebar.
"Jake sudah menyelidikinya, ini berkas-berkas yang kau butuhkan. Di dunia ini, ada 2 keluarga yang merupakan hasil perkawinan silang dari klan Rufflelionaires dan klan lainnya. Pertama, keluarga Sullivan yang merupakan perkawinan silang antara klan Rufflelionaires dan klan de Varne, dan yang kedua, keluarga Dirgantara yang merupakan perkawinan silang antara klan Rufflelionaires dan klan Aishgard." ujar Kayden selanjutnya.
"Sullivan dan Dirgantara? bagaimana bisa? lalu mengapa bola mata mereka tidak berwarna merah keunguan seperti klan Rufflelionaires tetapi coklat seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya?" tanya Felix setengah tidak percaya.
Dokter Kayden hanya tersenyum miring mendengarnya, "Felix, Felix. Kau bahkan belum menguasai dengan benar hukum alam. Gen yang kuat bertemu dengan gen yang kuat lainnya pada akhirnya akan membentuk dua kemungkinan. Pertama, yang bersifat sangat kuat. Peluang tersebut 3/4 dan kedua, yang bersifat resesif atau sangat lemah sebanyak 1/4. Kedua keluarga tersebut bersifat resesif. Artinya, DNA mereka tidak sekuat kedua klan pendahulunya, akan tetapi disini mereka bersifat sebagai carrier, atau pembawa. Sehingga, apabila DNA mereka bergabung dengan DNA klan Ferdinand setelah dikondisikan sedimikian rupa sebelumnya, maka keturunan yang dihasilkan 99,988% akan menghasilkan genom gen yang bersifat sebagai carrier dari gen terkuat dalam battle dengan kata lain gen DNA dari klan Ferdinand."
"jadi, jika keturunan Ferdinand ingin menghindari pernikahan sejenis, maka kalian harus menikah dengan keturunan keluarga Sullivan dan Dirgantara dengan melakukan sedikit prosedur lanjutan sebelum bercampur" simpul Kayden kemudian.
"jadi kuncinya keluarga campuran dari klan Rufflelionaires ya, hmm....." gumam Felix sesudahnya.
____________________________________________
Seorang kakek tua, dengan kulitnya yang kecoklatan menatap berita yang ditampilkan di televisi ruang kerjanya dengan pandangan nanar.
Tidak lama kemudian, pintu ruangannya diketuk.
Muncullah seorang gadis bermata merah keunguan masuk dan mendekat ke arah kakeknya,
"Kakek, apa benar ini semua? bahwa Giselle telah tiada?" ujarnya dengan nada bergetar menahan tangis.
"Kemarilah cu, sepertinya benar. Bahkan kalian berdua belum saling bertemu dan menemukan. Giselle bahkan tidak mengetahui bahwa dirinya bahkan memiliki seorang saudari. Ini semua salah ayahmu yang sialan itu! Setelah puas menghancurkan hati ibumu, kini dengan ketidakpeduliannya pria bajingan itu membunuh cucuku" geram Salvatore pada cucunya, Genevieve.
"Kakek, sepertinya kita harus ke Amethys sekarang, aku ingin abu saudariku dimakamkan disini, di Easternhill Hours. Kita harus merebut Giselle kembali, apapun caranya" gumam Genevieve dengan mata merahnya yang semakin menyala terang.
"Tidak bisa, kesepakatan kita dengan tetua keluarga ayahmu belum berakhir, satu bulan lagi, bersabarlah cucuku. Kita akan menuntut balas perbuatan ayahmu pada ibumu dan juga saudarimu dengan setimpal. Nyawa haruslah dibalas dengan nyawa cucuku. Kakek tua ini akan memastikannya"
_____________________________________________
Jangan Lupa Vote dan Commentnya Ya...!
Author mengucapkan dengan setulus-tulusnya Selamat Jalan Giselle Aphrodita Dirgantara dari cerita ini.
Kisahmu akan selalu dikenang.
dan Welcome!
Genevieve Gabriella Catalista Rufflelionaires.
(Anggap aja matanya merah tua keunguan. Hehehe)