My Friend Is My Mama

By jungle0

5M 369K 14.1K

"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis... More

Pembukaan
πŸ’™1
πŸ’™2
πŸ’™3
πŸ’™4
πŸ’™5
πŸ’™6
πŸ’™7
πŸ’™8
πŸ’™9
πŸ’™10
πŸ’™11
πŸ’™12
πŸ’™13
πŸ’™14
πŸ’™15
πŸ’™16
πŸ’™17
πŸ’™18
πŸ’™19
πŸ’™20
πŸ’™22
πŸ’™23
πŸ’™24
πŸ’™25
πŸ’™26
πŸ’™27
πŸ’™28
πŸ’™29
πŸ’™30
πŸ’™31
πŸ’™Follow meπŸ’™
πŸ’™32
πŸ’™33
πŸ’™34
πŸ’™35
πŸ’™36
πŸ’™37
πŸ’™38
πŸ’™39
πŸ’™40
πŸ’™41
πŸ’™42
πŸ’™43
πŸ’™44
πŸ’™45
πŸ’™Selamat Hari Raya Idul FitriπŸ’™
πŸ’™46
πŸ’™47
πŸ’™48
πŸ’™49
πŸ’™50
πŸ’™51
πŸ’™52
πŸ’™53
πŸ’™54
πŸ’™55
πŸ’™56
πŸ’™
πŸ’™57

πŸ’™21

117K 7.7K 284
By jungle0

Di sebuah Resort mewah di Hawai menjadi tujuan Honeymoon pasangan yang baru saja menikah. Entah apa tujuan Divia yang ingin mengirimkan Arsya dan Alenza untuk berbulan madu di pulau yang terkenal dengan potensi keindahan alamnya. Bahkan saat mereka sampai, pemandangan yang begitu indah menyambut kedatangan mereka. Mungkin awalnya Alenza sangat ingin berterima kasih kepada Anak tirinya itu karena sudah mencarikan tempat yang indah dan juga menakjubkan tentunya sebelum......

" Akhhhh..... Sakit hiks."

" Tenang oke."

" Tapi Mas hiks...."

" Hanya sebentar." Ucap Arsya guna menenangkan Alenza.

" Ceroboh." Lanjut Arsya sembari menyentil pelan dahi Alenza.

Saat ini Arsya sedang memijat pelan jari jemari kaki Alenza yang berada di pangkuannya. Tepat satu jam yang lalu mereka sampai di sebuah resort mewah yang akan mereka tempati selama menghabiskan waktu Honey moon mereka.

" Mass!!" Pekik Alenza dengan mata sembabnya karena sentilan Arsya pada dahinya.

Semua ini karena rasa kesal Alenza saat terkejut membuka koper-koper yang berisikan pakaian tidak pantas di dalamnya, sehingga membuat Alenza melampiaskannya dengan menendang koper besar itu dengan kaki yang belum siap sehingga jari-jari kakinya terasa ingin patah. Tentu saja Alenza tahu siapa pelaku dibalik dalang semua baju nya yang di tukar dengan sengaja karena sang pelaku menuliskan note di selembar kertas yang juga berada di dalam koper.

Dear
Bunda Ku Tersayang💙

Dengan segala rasa hormat dan permintaan maaf yang sama sekali tidak divia sesali. Tanpa seizin Bunda, Divia keluarkan semua baju-baju panjang bunda.

Karena Divia rasa baju-baju itu tidak pantas untuk acara Pembuatan adik buat Divia. Jadi dengan segala perasaan senang hati Divia membuang baju-baju Bunda. Tapi tenang saja Bunda, karena Divia sudah menggantinya dengan pakaian yang Grrrrr So Sexy pokoknya.

Oh iyaaa...... Bilang ke papa bun, jangan ngurung bunda di kamar terus, Hawai sangat Menakjubkan untuk di lewatkan begitu saja. Selamat bersenang-senang Bundaa💙

Dan Selamat berjuang Bundaaa
Kecup jauh dari Anak tirimu🌬️

Dengan segala kedongkolan Alenza kepada sahabatnya yang sudah merangkap sebagai anak tirinya itu, membuat kepala Alenza terasa pening, bahkan setiap kata yang ditulis oleh Divia membuat Alenza seakan ingin segera pulang dan menemui sahabatnya itu secepatnya dan melampiaskan semua kekesalannya saat ini.

Bagaimana bisa Divia sama sekali tidak menyesali perbuatannya yang telah menukar pakaian-pakaiannya tanpa rasa bersalah. Meskipun perkataan Divia benar bahwa Alenza membawa pakaian panjang atau lebih tepatnya tidak terlalu terbuka.

" Divia tukar baju aku mas hiks..." Isak Alenza sesegukan sembari mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya.

Selain sakit yang dirasakannya pada jari-jari kakinya, Alenza juga merasa kesal secara bersamaan dan pelariannya hanyalah menangis.

Malu?

Tentu saja malu, apalagi dengan adanya Arsya yang notabennya adalah suaminya saat ini, rasanya Alenza ingin sekali menenggelamkan dirinya di tepian dangkal sungai karena Alenza tidak bisa berenang untuk itu di tepiannya saja pun cukup, asalkan dirinya dapat mengubur rasa malunya saat ini.

" Mas ke...luar." ucap Alenza dengan terbata.

" Kenapa?" Tanya Arsya menaikan sebelah alisnya karena bingung dengan permintaan istrinya.

Posisi Arsya yang saat ini duduk berhadapan dengan Alenza membuat Arsya tidak tahu bagaimana cara menenangkan istrinya yang saat ini menenggelamkan wajah dengan kedua tangannya.

" Malu." Cicit Alenza pelan.

Tanpa Alenza sangka, Arsya mengangkat tubuh Alenza hingga berada di atas pangkuannya yang tentu saja membuat Alenza terkejut dengan degupan jantungnya yang berpacu cepat saat ini.

" Aaa.... Turu...nin mas....hiks." Ucap Alenza dengan terbata.

" Berhenti menangis." Ucap Arsya menenangkan sembari mengusap lembut rambut Alenza.

" Gak bisa hiks..." Ucap Alenza yang kini justru menenggelamkan kepalanya di dada bidang Arsya.

Arsya terkekeh pelan, sebelum  akhirnya membaringkan tubuhnya dan juga istrinya agar berbaring disofa panjang yang mereka duduki dengan posisi Alenza berada di dalam kungkungan Arsya, dengan satu gerakan sigapnya.

" Aaa....... hiks....Mas kenapa suka tiba-tiba sih." Omel Alenza di sela isakannya dengan suara serak sehabis menangis sembari memukul pelan bahu Sang Suaminya yang bertindak sesuka hatinya.

" Istirahat." Gumam Arsya singkat tanpa memperdulikan omelan Alenza.

Tanpa menjawab apapun lagi Alenza tenggelam dalam pelukan nyaman Suaminya, akibat menangis tenaga Alenza seperti terkuras habis, yang membuatnya sangat lelah sehingga tidur lelap di pelukan hangat Arsya.

💙💙💙💙💙

Alenza terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara seseorang yang sedang berbicara dalam telefon. Seingatnya Alenza tertidur diatas sofa bersama dengan Suaminya, tetapi sekarang justru dirinya sudah berada diatas Ranjang yang empuk. Dan kemungkinan besar Arsya lah yang menggendongnya atau lebih tepatnya memindahkan dirinya di ranjang yang lebih nyaman untuk tidur atau istirahat.

Jari-jemari kakinya tidak terasa sakit lagi seperti tadi, dan Alenza bersyukur untuk itu. Pandangannya berbinar saat melihat keindahan pantai yang dapat Alenza lihat dari ranjangnya melalui dinding kaca besar di kamar.

" Hm. Akan papa beritahu nanti." Suara Samar-samar seseorang yang Alenza dengar.

Alenza tahu suaminya lah yang sedang menerima telefon dari seseorang. Dan tak lama kemudian Arsya menyadari Alenza yang sudah bangun dari tidurnya dan memutuskan sambungan telefon miliknya.

" Mau makan?" Ujar Arsya duduk diatas sofa panjang kamar dengan hidangan makanan yang beragam tersaji di atas meja.

" Mau." Jawab Alenza dengan suara beratnya.

Alenza turun dari ranjang dan berjalan dengan gontai ketempat Arsya duduk. Pandangannya yang sayu membuatnya berjalan terseok, jika bukan karena perutnya yang terasa sangat lapar saat ini, tentu saja Alenza akan lebih memilih bermalas-malasan diatas kasur, tetapi berhubung perutnya yang butuh asupan untuk membungkam cacing-cacing di perut, Alenza dengan segala usahanya bangkit dari pulau ternyaman nya.

" Cuci muka dulu." Ucap Arsya menahan Alenza yang akan duduk di sampingnya.

" Makannya sebentar Mas." Ucap Alenza menatap sayu suaminya dan mengambil posisi duduk di samping Arsya.

Tanpa Alenza duga saat akan mengambil sendok makannya, Arsya terlebih dahulu menggendong Alenza bridal style hingga pekikan dari Alenza terdengar karena rasa keterkejutannya atas tindakan tiba-tiba dari Arsya.

" Mass...." Kesal Alenza.

Tidak tahukah suaminya jika perutnya saat ini sedang sangat lapar, bahkan makanan yang tersaji diatas meja terlihat sangat mengiurkan untuk segera di santap.

" Cuci muka dulu." Ucap Arsya dengan singkat.

Satu sifat Arsya yang mulai diketahui dan perlu Alenza waspadai, yaitu Arsya yang selalu bertindak tiba-tiba diluar jangkauan fikiran Alenza tentunya.

Arsya menurunkan Alenza tepat di depan wastafel yang berada di kamar mandi, meskipun dengan wajah memberengut Alenza tetap membasuh mukanya dengan air yang terasa sangat dingin di telapak tangannya.

" Mas... " Panggil Alenza berbalik dan berhadapan dengan Arsya yang belum beranjak setelah menurunkan Alenza di kamar mandi.

Arsya mengernyitkan dahinya menatap Istrinya yang saat ini menunduk di depannya.

" Alenza butuh baju." Cicit Alenza pelan, namun masih dapat Arsya dengar.

Alenza baru sadar jika dirinya masih mengenakan baju yang sama saat berangkat dari rumah. Dan Alenza mulai tidak nyaman jika harus terus memakai pakaian yang dipakainya saat ini.

" Saya sudah pesankan. Hanya belum sampai, kamu mau memakai pakaian saya?" Tawar Arsya yang tahu dengan ketidaknyamanan Alenza menggunakan baju yang dipakainya saat berangkat.

" Boleh?" Tanya Alenza ragu untuk kembali memastikannya.

" Tentu, saya ambilkan." Ucap Arsya singkat dan mengambilkannya pakaian miliknya dan juga celana selututnya.

" Terima kasih mas." Ucap Alenza menerima dengan senang hati dan memakai pakaian suaminya.

Arsya keluar dan menunggu Alenza sembari mengecek beberapa email yang masuk melalui ponselnya, tak lama kemudian Alenza keluar dengan mengenakan kemeja besar yang ia gulung hingga ke siku, dan celana pendek Arsya yang ternyata sangat longgar ketika ia pakai, beruntung celana Arsya memiliki tali yang  mengikat  sehingga Alenza dapat menyesuaikannya dengan ukuran pinggang kecil miliknya.

" Mas." Panggil Alenza duduk di samping Arsya yang sudah meletakkan ponsel nya.

" Kita makan sekarang." Ujar Arsya.

Keduanya makan dengan tenang, sembari makan sesekali Arsya melirik kearah Alenza yang sangat Antusias mencoba semua makanan yang tersaji diatas meja.

" Tadi Divia menelfon, ada kiriman hadiah yang datang dirumah Mama, Mama suruh membawanya sekalian bersama barang-barangmu yang sudah di pindahkan ke rumah kita." Jelas Arsya memberitahu.

" Dari siapa?" Tanya Alenza yang saat ini sedang memakan Desert di tangannya.

" Tidak ada nama pengirim." Jawab Arsya.

Alenza mengangguk mengerti dan kembali menikmati hidangan penutup yang di sajikan.

" Mas,.... Berapa hari kita disini?" Tanya Alenza.

Alenza sangat ingin menghabiskan waktunya disini, benar kata Divia, Hawai sangat menakjubkan untuk di lewati. Dan Alenza tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya yang baru pertama kali menginjakan kakinya di sini.

" Terserah kamu, saya ikuti  kemauan mu." Jawab Arsya.

Setelah itu hanya ada keterdiaman diantara kedua pasangan pengantin baru itu, suasana terasa sangat canggung.

" Jangan canggung." Ucap Arsya membuka suara.

Alenza menatap Arsya yang kini juga sedang menatap nya.

" Eh...."

" Kita bukan hanya sehari bersama, apa ada yang ingin kamu tanyakan tentang kehidupan saya?" Tanya Arsya.

" Ada.... ehh." Ceplos Alenza membekap mulutnya dengan kedua tangannya.

" Mendekat lah." Ucap Arsya memerintahkan Alenza untuk mendekat kearahnya.

Alenza menurut dan mendekatkan duduk nya di dekat Arsya, lantas dengan sigap Arsya menarik pelan Alenza dan menenggelamkannya ke dalam pelukan hangatnya.

" Tanyakan." Ucap Arsya singkat.

" Kenapa mas selalu bertindak tiba-tiba." Ucap Alenza mengutarakan tindakan Arsya yang tiba-tiba sehingga membuat jantungnya berdetak cepat.

" Tiba-tiba bagaimana?" Tanya Arsya menaikan sebelah Alisnya.

" Kayak barusan yang Mas lakukan, sama tadi juga waktu Mas gendong tiba-tiba Alenza, Alenza terkejut Mas, kalau Alenza jantungan gimana?"  Ungkap Alenza.

" Bukankah wanita ingin diperlakukan seperti itu." Ujar Arsya.

" Kata siapa?"

" Dulu, Almarhumah istri saya pernah berkata, jika sikap tak terbaca saya yang membuatnya selau jatuh cinta." Ujar Arsya.

" Benarkah?" Tanya Alenza sembari mendongak menatap Arsya.

Dari sini Alenza dapat melihat bulu rambut  kecil yang tumbuh di rahang kokoh bawah milik Arsya, bahkan tanpa sadar Alenza menggigit bibir dalam nya, saat melihat jakun Arsya yang bergerak naik turun.

" Hm. Gea menyukai sikap tidak terbaca saya." Ungkap Arsya.

" Mba Gea cantik ya Mas, bagaimana Mas bisa bertemu dengan Mba Gea?" Tanya Alenza.

" Iya, dia cantik. Sama seperti Divia, Kamu pernah melihatnya?"

" Iya Mas, dari fotonya." Jawab Alenza sembari mengingat foto  Gea yang pernah di tunjukan oleh Divia kepadanya.

" Kamu tahu? Saya mencintai Gea Seminggu sebelum Divia lahir." Ujar Arsya seolah menerawang jauh.

Alenza mendengar perkataan Alenza dengan serius.

" Itu tandanya... Mas mencintai mba Gea ...."

" Iya, seminggu sebelum Gea meninggal, saya baru menyadari perasaan saya sendiri terhadap Gea."Ujar Arsya dengan raut terlukanya.

Alenza menatap Arsya dengan penuh minat, tatapan matanya mengunci pada tatapan mata milik Arsya.

" Dulu saya orang yang tidak peka terhadap urusan percintaan semacam itu. Hingga tiba dimana Mama meminta saya untuk segera menikah. Beberapa hari kemudian saya bertemu dengan Gea, kita berdua sepakat untuk melakukan pernikahan diatas kertas. " Jelas Arsya.

" Mba Gea juga setuju?" Tanya Alenza dengan tak percaya.

" Gea menyukai saya sejak lama."

" Lalu... Apa yang membuat Mas baru menyadari jika Mas mencintai Mba Gea?" Tanya Alenza dengan penasaran.

" Saya tidak tahu, yang pasti rasa kehilangan itu muncul. Karena seminggu sebelum Gea meninggal dia sempat koma diwaktu kehamilan besarnya." Ujar Arsya memberitahu.

" Apa mba Gea belum tahu jika Mas mulai mencintainya?." Terka Alenza.

" Sudah, Gea sudah tahu....... 5 detik sebelum kepergiannya untuk selama-lamanya." Lirih Arsya.

Tangan halus Alenza mengusap lengan Arsya, Alenza tahu menceritakan sebuah kisah menyakitkan tidak lah mudah, dan Alenza sangat memahaminya. Apalagi tentang kepergian orang yang sangat berarti dalam hidup kita.

" Waktu itu adalah tahun yang menyakitkan untuk saya, meskipun saya mencukupi kebutuhan Gea selama menjadi istri saya, tetapi saya merasa jika pengakuan saya terlambat meskipun sudah saya ungkapkan." Ucap Arsya terhenti sejenak.

Bertahun-tahun Arsya menyembuhkan luka atas kepergian mendiang istrinya, dulu Gea yang selalu berjuang membuat Arsya jatuh cinta kepadanya, tetapi setelah kepergian Gea barulah Arsya mengenal arti kehilangan seseorang yang berarti dihidupnya.

" Setelah acara pemakaman Gea, saya langsung ke rumah sakit, menemui malaikat kecil yang dititipkan oleh Gea untuk saya yaitu Divia, karena saya mendapatkan kabar jika imun Divia dalam inkubator waktu itu menurun." Lanjut Arsya.

Alenza tidak lagi mengusap lengan Arsya melainkan menggenggam erat jari jemari Arsya yang besar.

" Tetapi beruntung situasi itu tidak bertahan lama, dan kondisi Divia waktu itu perlahan mulai membaik. Dan sejak saat itu hingga sekarang, saya mencurahkan semua kasih sayang saya kepada Divia, mencukupi semua kebutuhannya. Meskipun begitu, tetap saja sekuat apapun saya menjadi seorang ayah dan Ibu untuk Divia, tetapi Divia tetaplah membutuhkan sosok ibu dalam artian sesungguhnya, tidak semua waktu saya habiskan dengannya karena saya juga memiliki tanggung jawab dengan pekerjaan saya." Jelas Arsya dengan panjang.

" Mas hebat." Puji Alenza tersanjung dengan pengorbanan yang dilakukan oleh Arsya.

Alenza tahu menjadi seorang singel parent bukan lah peran yang mudah. Apalagi mengurus seorang bayi dan membesarkannya sendirian.

" Tidak, saya tidak sehebat yang kamu kira." Ujar Arsya.

" Tetap saja Mas hebat, bisa mengurus Divia sendiri dan membesarkan Divia. Kenapa Mas tidak menikah lagi?" Tanya Alenza.

" Sudah."

" Hah? Mas pernah menikah lagi? Kapan?" Serbu Alenza memberondong Arsya dengan pertanyaan.

" Kemarin, dengan kamu." Jawab Arsya.

Sontak membuat semburat merah di kedua pipi Alenza muncul akibat perkataan Arsya.

......enjoy💙

Assalamu'alaikum wr.wb,

Dear kalian semua💙

Semoga Kalian tetap sehat, jaga kesehatan ya!!!!

Dan jangan lupa selalu bahagia✨

Dari part sebelumnya ada yang bertanya aku Up kapan saja, aku jawab di part ini ya .....
Aku up nya tidak menentu, tergantung kesibukan aku, tetapi Doa in aja  supaya cerita ini cepat selesainya.

Dan lagi, untuk menjawab part yang terlalu pendek, aku selalu nyesuaikan sama jumlah kata dari part awal, mungkin kedepannya akan aku tambahi lagi

Cerita ini aku ambil dari bunga tidur ku, mohon pemakluman nya ya:)

Ada yang ingin kalian tanyakan lagi ?
Tulis saja di kolom komentar, in syaa Allah aku jawab di part selanjutnya. Terima kasih💙

Wasalamu'alaikum wr.wb

Salam hangat
Dariku

Jungle0🌹

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 12.2K 26
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
512K 73.9K 34
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
552K 52.4K 120
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
4.3M 477K 49
Deva, cowok dengan segabrek reputasi buruk di kampus. Namanya mengudara seantreo Fakultas Ekonomi sampai Fakultas tetangga. Entah siapa yang mengawal...