DAMAREZ (SEGERA TERBIT)

By thyachocolava

3.9M 630K 325K

ZEEN ALTHEIA ZHEANNA [SEQUEL Altarel part 1] More

Prologue
1.Kamar Teya
2. Fight
3. Obatin aku ya?
4. Menjauh
5. Nyerah
6. Bangkit
7. Sakit
8. Pelampiasan
9. Cemburu
10. Sayang Eya!
11. Kemah Sekolah
12. Kang Paket
13. sekolah
14. She's mine
15. ??
16. With Her
17. Love Her!
19. ....
20. Miss you!
21. Something sweet!
22. Ngasuh bocil.
23. Something
24. Semakin Bingung
25. Ujung tanduk
26. Putus
27. Suatu Hal
28. Bertemu
29. No title
30. title removed
31. title removed
32. title removed
33. Title Removed
34. Title Removed
35. title removed
36. Title Removed
37. title removed
38. Title Removed
39. Rahasia besar #1
40. Akhir Segalanya
41.
42. Pada Akhirnya....
43. New State
44. I found him.
45. Panggilan Baru
46. Dia berubah.
47. Kehilangan harapan
48. I love you but I hate you
49. Hangover
50. I love all of your traits
51.Revenge vs love
52. Official, again
53. Kejadian Lift
54. Malam bersama
55. Mau kasih sayang?
56. You Shock Me
57. Berita Besar
58. Keputusan - Marriage
59. ENDING
EXTRAS
RECRUTMENT
INFO DAMAREZ
OPEN PO!

18. Panas

85.3K 14K 7.5K
By thyachocolava

Haloo, apa kabar?🤓


KUIS BENTAR YUU🤩

DAMAREZ × ALTAREL?

DAMAREZ × ALZEAN?

DAMAREZ × TEJA?

YESA × EL?

TEJA × EDGAR?

18. Panas

"Bagusnya Eya beli rasa strawberry atau blueberry?"

Teya berdiri didepan sebuah kulkas mini market, dihadapannya terdapat berbagai susu serta untuk yoghurt drink berbagai rasa. Gadis manis itu menimang dua pilihan antara strawberry dan blueberry.

Sepulang sekolah siang ini, ia berjalan kaki hanya beberapa meter untuk mencapai mini market ini. Zean sepertinya sedang asik dengan teman temannya, Teya tak tertekan, memang niat dalam dirinya yang ingin berjalan menuju minimarket.

Teya akhirnya memilih kedua minuman itu daripada dirinya pusing. Ia menutup pintu kulkas dengan hati hati, langkah kakinya tertuju pada rak yang berisi banyak pilihan biskuit. Yaa, gadis itu menyukai biskuit.

Saat mengangkat wajahnya, Teya sempat salah fokus dengan seorang laki laki yang tengah memilih sesuatu di rak sebelah dengan posisi menghadapnya. Gadis cantik itu sampai menjatuhkan beberapa biskuit karena terlalu terlena memperhatikan seseorang diseberangnya. Begitu terdengar suara bising, cowok itu mengangkat wajahnya dan menemukan peri kecil yang masih begong menatapnya.

Cowok itu hanya menatap sebentar, ia malah berjalan mendekati Teya menuju rak sebelah. Teya kelabakan membenarkan kembali susunan biskuit yang dirusaknya.

"Pake keranjang besok besok, udah tau tangan kecil," ujar cowok itu, ia mengambilkan satu keranjang untuk Teya dan memasukkan semua belanjaan anak ini.

"Terimakasih, kak-" ujar Teya lalu tersenyum, ia menggantungkan ucapanya.

"Bisa bantuin gak?" tanya cowok itu.

"Bantu apa kak?"

"Milih jepit rambut," ujar nya sopan.

"Boleh kak," Teya mengikuti langkah kaki cowok itu menuju rak tempat awal ia melihat laki laki disampingnya.

Cowok itu memberikan dua pilihan bando berwarna kuning dan hitam dengan corak volkadot. "Bagusan yang mana?" tanya nya pada Teya. Gadis itu menaruh keranjang belanjaannya pada lantai, ia menimang dua buah benda serupa namun berbeda warna itu ditangannya.

Teya memberikan bando manis yang berwarna kuning. Ia lalu tersenyum dengan senyuman polosnya. "Bagusan yang ini," ujar Teya.

Laki laki itu tersenyum kecil, ia menatap Teya dengan kagum seperti menemukan suatu ketertarika dengan wajah gadis ini. Tapi ia segera sadar ketika melihat Teya yang terlihat masih kecil, ia mengenali akibat rok biru yang dikenakan gadis itu.

"Makasi ya, mau dibantuin bawa keranjangnya?" tanya cowok itu.

Teya tersenyum lalu menggeleng. "Gak usah kak, bisa bawa sendiri," ujar Teya. Laki laki itu malah meraup keranjang belanja nya yang tadinya masih ia taruh di lantai.

"Gue bawain sampe kasir," ujarnya lalu berjalan lebih dulu, diikuti Teya dibelakangnya.

"Nama kakak siapa?" tanya Teya, ia mengintil dibelakang cowok itu.

"Hmm..nama panjang atau pendek?" tanya cowok itu dengan sedikit bergurau.

"Keduanya juga boleh," sahut Teya dengan nada yang masih sopan.

"Edgar Drasa, panggil aja Edgar atau Drasa, or  anything you want, apapun yang kamu panggil, gue bakal nengok," ujarnya sembari tertawa kecil.

"Yaudah kak Dragar atau Sagar, boleh kak?" tanya Teya dengan semangat.

"Boleh, apapun kamu panggil, gua nengok," ujarnya sembari tertawa, ia meletakkan keranjang belanjaan Teya diatas meja kasir.

"Kelas berapa?"

"Kelas delapan."

"Ohh pantes, pendek. Lucu kecil imut imut, pas buat dibanting kalo nakal," ujarnya.

"Eya gak nakal," elak nya dengan membuat wajah bebek.

"Namanya siapa?"

"Altheia, biasa dipanggil Teya," ujarnya.

"Sukanya dipanggil nama atau dek?" tanya Edgar, ia membuka dompetnya ketika nominal yang harus dibayar olehnya disebut oleh kasir.

"Keduanya sih, boleh mana aja. Panggil dek aja ya? Umur kita jauh banget soalnya," Edgar mengambil kantong belanja yang diberikan mbak kasir.

"Loh, kak, belanjaan Eyaa! Kok dibawa pulang?" Teya mengejar Edgar yang malah meninggalkan nya.

"Sini dek, gue bawain," panggilnya sambil menengok kebelakang dan membukakan pintu.

"Awas, nanti jatuh."

"Kok semua orang nganggap Eya bayi sih? Eya udah gede tau! Udah bisa jalan," ujarnya sedikit kesal.

"Kamu lucu soalnya kaya bebek," Edgar tertawa kecil. Ia duduk disalah satu meja disana.

"Kesini naik apa? Sama siapa?" tanya Edgar.

"Jalan kaki, deket kok sama sekolah," Teya membuka salah satu minuman yang dibelinya.

"Oh iya tadi kakak bayarin? Nih Eya kembaliin."

Edgar menatap kearah Teya, ia menghembuskan napasnya. "Gak usah, bawa aja. Gak keberatan kalo cuma beliin minum," ujarnya.

Teya mengangguk. "Pulang sama siapa?" tanya Edgar.

Teya membuka ponselnya. Ia berdecak ketika mendapatkan pesan bahwa Zean akan mengantarkan seorang cewek pulang. Ia disuruh menunggu didepan halte yang katanya hanya 15menit. Teya sudah pernah mempercayai Zean, bukannya 15menit, Teya bahkan menunggu 45menit.

"Kayanya Eya pulang sendiri aja. Pake taxi online," ujarnya.

"Kakak anter aja, pake motor tapi gak apa apa ya?" Edgar merogoh saku celananya mengambil kunci motornya.

Teya memandang curiga pada Edgar. Pesan mamanya terngiang-ngiang di pikirannya. "Kalo ada yang ngajakin Eya, jangan mau. Kalo Eya gak kenal, jangan mau ya? Nanti Eya diculik," itulah perkataan mamanya pada nya.

"Eya mau diculik?" tanyanya polos.

Edgar langsung terbatuk batuk mendengar pertanyaan Teya. "Hah? Mending daritadi kakak angkut kamu, gak perlu dibaik baikin," ujar Edgar.

"Enggak, aman, santai aja. Kamu aman sampe rumah," sambung nya.

"Bener? Nanti kalo kakak culik Eya, Eya aduin."

"Aduin kemana?"

"Kak Ajaa," ujarnya dengan semangat.

"Hah? kak aja? aja apa?" sepertinya Edgar tak mengerti maksud gadis ini. Teya bersiap siap merapikan barangnya dan ikut bangun.

Ia akhirnya diantarkan pulang oleh Edgar. Seperti biasanya, Teya terlihat bahagia ketika diajak naik motor. Ia sama sekali tak khawatir walaupun Edgar adalah orang asing baginya.

••🦄••

Damarez sibuk mencatat pertanyaan soal fisika yang ditayangkan di layar proyektor. Sesekali ia memerosotkan duduknya dan menyender pada sandaran kursi karena punggungnya terasa pegal karena harus duduk disini dengan pelajaran fisika dengan durasi tiga jam pelajaran.

Ia melirik kearah teman duduknya. Seorang gadis yang duduk dengannya itu terlihat sibuk dengan rumus rumus fisika. Di kelasnya memang sudah dipilihkan duduk secara berpasangan. Damarez mendekat sembari melirik buku gadis disebelahnya.

"Pake rumus yang mana Ka?" tanyanya.

Gadis itu langsung terkejut hingga menimbulkan bunyi bising akibat kakinya  yang terhantub dengan meja. Ia tersenyum canggung pada semua orang yang memperhatikan mereka.

"Lo kenapa si?" tanya Damarez heran.

"Kaget, Rez. Main nongol aja, permisi dulu kek!" omelnya.

"Lah gue udah halus ya tadi, kalo gue tiba tiba teriak disamping lo, nah baru gue keterlaluan," bela Damarez.

"Ck! Iya! Pake rumus dasar," ujar Rika.

"Yang mana?" Damarez mendekatkan bukunya pada Rika, ia ikut serius dalam pelajaran kali ini. Mungkin moodnya sedang baik.

Damarez melirik jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya. Ia bersorak kecil ketika 3 menit lagi adalah waktu bel pulang berbunyi. Ia tak jadi menjawab soal, melainkan ia menutup bukunya terlebih dahulu.

"Rez! Ntar jadi kagak?" bisik El dari arah belakang nya. Damarez menengok sedikit, lalu menjawab pertanyaan yang dimaksud oleh temannya. "Jadi, langsung ke markas," ujar Damarez.

Beberapa menit berlalu, bel pulang berbunyi. Damarez terlihat santai memasukkan seluruh bukunya ke dalam tas. Setelah guru keluar dari kelasnya, ia langsung kembali menuju bangku belakang, laki laki dengan postur tubuh tegap itu duduk disalah satu meja.

"Udah siap semua? Ben udah oke belum tuh? Katanya dia yg mau bawa panggangan," tanya Damarez.

"Telpon, Sa!" ujar El pada Yesa yang asik menyisir rambutnya yang sudah rapi.

"Kok lo merintah gue? Lo aja sana yang telpon!" ujar Yesa ketus.

"Halahh disuruh gitu doang gak mau!" El tersenyum senyum kearah Damarez. Ia mendekat kearah bosnya itu lalu duduk disamping Damarez. "Anu bos...pinjem hp, hp gue gaada kuota," ujar El.

"Lo bisa pake pulsa."

"Anu bos...gak ada pulsa."

"Jual hp lo, beliin pulsa," ujar Teja. Laki laki itu membuka kancing baju seragamnya hingga kini menyisakan baju kaos berwarna putih dengan ukiran tulisan berwarna gold.

"Bego lo Jak!" ujar El ketus.

Damarez membuka ponselnya menggunakan sidik jari. Begitu ponsel itu terbuka nampaklah foto Teya sebagai wallpaper utama. Ketika membuka room chat wa, terdapat juga latar belakang foto Teya disana.

"Bucin anjir! Pedo banget lo Rez, anak smp gila!" ujar El, ia menerima ponsel Damarez lalu mencari kontak Ben disana.

"Bacot lo!"

"Masih unyu unyu Rez, jangan lo nodain," ujar Yesa tak tahu diri.

Damarez menendang kursi didekatnya hingga terserat dan menghantam kaki Yesa. Ia bahkan tak perlu usaha untuk turun, ia masih dalam posisi setengah duduk di meja.

"Banyak bacot lo! Ditantang duel nangis!" sentak Damarez.

"Bangsat kasar banget lo!" bentak Yesa sembari mengusap tulang keringnya yang terbentur.

"Halo sayang?" terdengar suara El menelpon melalui telepon Damarez.

Damarez menjadi panik sendiri, ia mengira El menelpon Teya dan mengatakan sayang. Ia merebut ponselnya kembali dengan cepat, ketika melihat nama kontaknya, ia berdecih, karena kontak itu berisikan tulisan 'Ben' yang artinya itu laki laki.

"Gay, anjing!" Damarez mengembalikan ponselnya pada El, tak lupa ia menghidupkan speaker.

"Napa Rez?"

"Bukan gue!" sahut Damarez.

"Hah?"

"Halo sayang, gimana panggangan nya sayang?"

"El biadab! Geli anying!"

"Ihh kamu kok gitu sih, in privat aja kamu manggil manggil aku hani beby sweety. Jahat kamu mas!" ujar El.

"Rez, Rez!"

"Hm."

"Antem nih orang tolong Rez! Gak sanggup gue," ujar Ben, tertekan.

"El lo gak kebagian nanti," ujar Damarez lalu pergi kedepan kelas. Laki laki itu berjalan diantara meja meja sambil membuka kancing seragam yang dikenakannya.

Damarez telah menggunakan kaos dalaman berwarna hitam dengan gambar tengkorak dibagian belakang nya. Akibat dari tak ada kerjaan, ia menghapus seluruh papan tulis yang penuh coretan hingga bersih kembali.

Beberapa menit, El mengembalikan ponselnya. Damarez duduk santai di kursi guru. Ia mengetikkan pesan pada roomchat yang tersemat.

Punya gue💖

Udh pulang? •

Nanti mau manggang
di markas, ikut gak? •

Eh tapi mlm sktran jam 9,
selesai event sklh
kamu bobo aja ya, ga usah ikut •

Beberapa menit berlalu, Damarez dan teman temannya berjalan keluar kelasnya. Hanya Damarez dan Teja yang tergabung dengan panitia pembentuk event. Mereka segera menuju lapangan sementara yang lainnya langsung menuju markas.

Dalam lapangan, hampir semua sudah selesai. Mulai dari dekorasi dan persiapan. Damarez dan Teja sebenarnya mendapat bagian publikasi artinya mereka tak terlalu berpengaruh dalam kegiatan membentuk acara, hanya perihal dokumentasi.

Damarez duduk disalah satu kursi kosong. Ia membuka ponselnya yang ternyata sudah terdapat pesan masuk dari seseorang.

Punya gue💖

• Udah pulang

• Panas

• Tapi tadi seru naik motor hihii

• Kak Ajaa masih disekolah?

Kan biasany jg naik motor •

Iya masih disekolah, tapi ga ada krjaan •

mau ketemu kamu blh gak? •

• Hmm jangan dulu deh,
Eya mau bobo

Iyaa, mandi dulu dek •

arghhh •

Ga bisa ga bisa, aku mau kesana •

• Jangan kak, Eya mau bobo

• Cape tau pulang sekolah,
mana Eya ditinggal abang lagi tadi

Trs kamu plng sama siapa? •

Pesan terakhir itu hanya mendapat centang biru. Keterangan online sudah tak terlihat lagi. Damarez menggaruk pelipisnya heran, apakah pertanyaan nya salah? Ia rasa kali ini ia tak salah sama sekali.

"Serah lah, anjing!" Damarez yang memang sedang lelah, ia malas memikirkan hal ini ataupun kesalahannya. Ia lebih memilih menutup ponselnya dan memasukkan kedalam saku celananya.

"Rez! Nih camera," seorang panitia memberikan sebuah camera pada Damarez.

Damarez mengambil camera itu dan mencobanya berhubungan ia sudah bisa menggunakan benda itu, jadi pekerjaan memfoto sangat mudah untuknya.

"Rez!" seseorang berlari kearahnya dan memegang bahunya dari belakang. Damarez hampir terhuyung kedepan karena gerakan refleks.

Ia menengok kebelakang dan mendapati Damela sedang tersenyum kearahnya. Damarez tertawa kecil, "Kenapa Mel?" tanya nya lembut.

"Lo gak jadi marah sama gue?" tanya Damarez pelan pelan.

Damela menggeleng kecil. "Enggak marah kalo lo ajak gue jalan jalan nanti," ujarnya dengan semengat.

"Gampang, ntar anak anak manggang malemnya, lo gabung aja," tawar Damarez.

"Boleh?"

"Siapa yang berani ngelarang lo kalo ada gue disana?" Damarez menaikkan alisnya pada Damela.

"Lo pulang sana, ntar malem langsung aja ke markas. Sekarang gue ada urusan. Titip nih camera, kasi ke Teja," Damarez memberikan camera ditangannya dan pergi mendahului Damela.

••🦄••

T

eya berdiri didepan sebuah warung penjual siomay yang ia lewati saat hendak mangantarkan Teya pulang. Ia duduk di salah satu kursi sambil mengetikkan pesan balasan untuk Damarez. Ia masih dengan Edgar, laki laki itu berhenti sekejap untuk membeli siomay, ia mengatakan ia lapar.

"Kamu gak mau dek?" tanya Edgar.

"Hmm, boleh deh, laper juga," jawab Teya.

Edgar memesan kan pesanan mereka. Ia duduk disalah satu kursi, dihadapan Teya. Gadis itu masih sibuk memainkan ponselnya. Ia tak berani menjawab pertanyaan terakhir dari Damarez dan lebih memilih mematikan ponselnya.

Beberapa menit berlalu, hanya terjadi kegiatan makan seperti biasanya. Hanya ada sedikit perbincangan diantara mereka.

Disisi lain, Damarez telah sampai didepan rumah Teya. Jaraknya cukup jauh dari gerbang, ia mencoba menghubungi Teya namun tak ada jawaban, berakhir ia menunggu disini. Damarez memarkirkan motornya dan berlari kecil untuk berteduh dari panasnya cuaca di salah satu warung dekat sini.

Ia berbalik badan membelakangi jalanan untuk memesan satu bungkus rokok. Ketika mendapatkan yang ia mau dan juga membayar nya, Damarez membalikkan badannya, ketika menengok kembali kearah rumah Teya, ia terkejut ketika ada salah satu cowok duduk diatas motornya dengan Teya yang berdiri disebelahnya.

Damarez masih mengamati disana sambil membuang asap rokoknya. Ia tak mau bertingkah gegabah, lebih baik ia perhatikan dari sini terlebih dahulu. Ia tahu pasti itu bukan Zean.

Cowok itu langsung menancap gas pergi, lurus hingga Damarez tak mengetahui wajahnya, plat nomornya pun tak terbaca olehnya.

Teya merasa sedikit panik ketika melihat motor Damarez ada didepan rumahnya. Ia langsunh mengusir Edgar dengan cepat sambil celingak celinguk berharap Damarez tak melihat mereka.

Teya menyentuh dada bagian atasnya yang berdebar akibat gugup. Ia membuka ponselnya dan terdapat banyak pesan juga telepon masuk yang tak terjawab. Ia semakin panik ditempatnya.

Teya memejamkan matanya mencoba untuk rileks, ia akhirnya memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Membutuhkan waktu sekitar 10 menit di kamar mandi, Teya telah berganti pakaian menjadi pakaian rumahan. Saat hendak merapikan buku bukunya, jendela kamarnya diketok sebanyak 3 kali. Darahnya berdesir saat melihat bayangan Damarez diluar sana.

Dengan perlahan, ia membuka jendelanya. Teya masih tetap menunduk takut takut. Hingga. Damarez masuk ke kamarnya dan menduduki jendela kayu itu.

"Kenapa nunduk?"

Teya tak berani mengangkat wajahnya ketika menyadari nada bicara Damarez tak selembut biasanya. Damarez juga tak terlalu marah, ia menahan sisi posesif nya agar tak terlalu memberatkan Teya, mungkin saja itu adalah orang yang berbaik hati mengantarkan Teya pulang.

"Kalo ditanya jawab, jangan diem."

"Kenapa?" Teya mengangkat wajahnya.

"Pinter bohong sekarang ya? Siapa ngajarin?" cibir Damarez sambil tertawa kecil namun wajahnya masih terlihat serius.

Teya menggeleng. Ia menarik narik ujung baju Damarez. "Kan Eya bilang gak usah kesini," cicitnya.

"Oh gitu? Biar bisa ngapain emangnya?"

Damarez sebenarnya ingin melanjutkan kata katanya, namun ia berpikir dua kali takut menyakiti perasaan Teya maka dari itu ia memilih diam.

"Yaudah, aku pulang ya?" ia bangkit dari duduknya lalu berancang ingin pergi.

"Kak Ajaa marah?"

"Kenapa mau dianter anter pulang gitu sama orang gak dikenal? Ketemu dimana? Bisa gak, gak bikin khawatir?"

"Ketemu diindomaret, iya maaf. Dia baik kok,"

"Bodo amat sumpah! Mau baik mau royal mau manis atau ganteng! Bodo amat sumpah!"

"Gua buang itu kelinci!" ujarnya ketus.

"Jangannn, dumdum Eya lucu, jangan dibuang," ujar Teya dengan suara parau.

"Mampir kemana aja tadi? Jam segini baru nyampe rumah," tanya nya.

"Tadi makan sebentar aja," cicitnya, jujur.

Damarez menatap kearah Teya. Kemudian ia mengangguk, hanya mengangguk dan mengucap satu kaya yaitu "oke" setelah itu, ia berbalik badan dan melompat keluar jendela.

"Kak!" panggil Teya.

"Gak marah. Aku gak marah, lagi males aja sama keadaan."

"Aku pulang ya?"

"Minta maaf," Teya menarik tangan Damarez dan memegang pergelangan tangan cowok itu agar tak jadi pergi.

"Minta maaf buat apa?"

"Eya salah," Teya mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya.

"Ngapain minta maaf? Cuma makan kan?" sindirnya.

Damarez melepaskan ikatan pita berwarna biru di rambut Teya yang terjalin dua. Setelah pita itu terlepas, ia melepaskan karet yang mengikat rambut panjang gadisnnya.

"Besok ulangi lagi, aku ajakin duel tuh cowok!" ujar Damarez serius.

"Istirahat sana," Damarez melepas genggaman tangan Teya pada pergelangan tangannya.

"Kak Ajaa!" panggil Teya.

Damarez berbalik badan kembali namun dengan wajah yang terlihat tak santai. "Mau peluk boleh gak?"

"Istirahat sana," ia menolak secara halus. Bukannya tidak mau, ia hanya sedang kesal.

"Belum dapet peluk," Teya menarik narik tangan Damarez.

"Ck! Kakak mau balik!" ujarnya sedikit menaikkan nada suaranya.

Damarez menghembuskan napasnya berat, ia mendekati Teya lalu memeluk leher gadis itu. Damarez mengusap usap kepala belakang Teya hingga mencium pelipis gadis itu.

"Tidur sekarang."









.
.
.

Telat 4 jam, maaf ya😇🙏🏻


updated on 21 Oct 2021 ; 01.00 WITA

Continue Reading

You'll Also Like

60K 5.6K 17
Sequel Kutukan Cinta #2 Making Love
3.3M 272K 46
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

1.5M 61.9K 56
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
776K 72.3K 49
Karena sumpah serapah yang diberikan Medina, Mecca yang notabenenya seorang playgirl di Amerta. Kini menjadi sulit untuk mendapatkan 'pacar' terlebih...