ARGARAYA

By adanysalsha

144K 21.1K 147K

"Mulai hari ini, lo jadi babu gue di Sekolah!" ucap Arga dengan sorot mata menajam kepada Raya. More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21

BAGIAN 18

2K 244 66
By adanysalsha

Happy Reading!!!

Jangan lupa vote sebelum baca ya💕

(Typo bertebaran maafin)



###




Selesai mengantar Raya pulang, Arga kini mengendarai motor menuju kembali ke apartement nya.

Saat ia tiba di apartement, Echa sudah menunggu di depan pintu dengan kedua tangan di lipat di depan dada. Menatap laki-laki itu dengan tatapan kesal.

"Gue udah nungguin lama di sini. Lo ke mana aja?" tanya Echa.

Arga tak menjawab, ia segera membuka pintu dan masuk ke dalam di susul dengan Echa.

Kini mereka membisu satu sama lain.

"Jawab gue Ga, lo dari mana!"

"Ngapain lo ngatur hidup gue? Lo kelewatan batas. Setiap inti apa yang gue lakuin, apa lo berhak tau?" gertak Arga menatap dalam pada Echa.

Echa terdiam mendengar hal itu.

"Cukup Cha. Jangan sampe privasi gue juga lo renggut."

"Tapi kita___"

"Apa?"

"Kita temenan dari kecil, gue dan lo fine fine aja saling tau privasi. Lo beneran berubah Ga, kalo emang semua menurut lo adalah privasi, kenapa lo baru bilang sekarang? Kenapa nggak dari dulu!" gertak Echa balik.

"Kita bukan anak kecil lagi." jawab Arga dengan serius.

Echa terdiam mendengar jawaban itu. Lalu matanya berkaca-kaca. "Lo beneran udah berubah Ga. Lo bukan Arga yang gue kenal."

Arga mengambil sebatang rokok, lalu ia berjalan ke balkon dan merokok di sana. Pikirannya sedang sangat kacau.

Echa berjalan mengikuti Arga. Lalu ia ikut berdiri di samping laki-laki itu. "Arga, maafin gue. Gue kayak gini karena gue khawatir sama lo..."

Arga diam tak menjawab.

"Gue serius Arga. Gue beneran gak tenang kalo ada apa-apa sama lo..."

Arga melemparkan rokok yang ia hisap ke lantai. Lalu menginjaknya hingga rokok itu benar-benar mati. "Lo peduli sama gue sebagai apa? Lo kan yang maksa bokap gue supaya kita tunangan!" gertak Arga penuh amarah.

Echa mematung.

"Lo bilang dari dulu kalo persahabatan kita gak akan pecah, gak akan hancur, tapi lo yang hancurin semua itu Cha. Lo udah gue anggap sebagai adik gue, dan kita gak akan bisa menikah!"

"CUKUP!" teriak Echa.

Echa meneteskan air matanya dan memundurkan langkah kakinya sedikit. "Berkali-kali lo bilang hal itu ke gue, lo anggap gue sebagai adik lo... Tapi hati gue gak bisa nerima hal itu Ga! Hati gue lebih nerima lo dari seorang kakak!"

Arga terdiam.

"Lo kenal gue kan? Lo kenal watak gue gimana? Gue gak akan nyerah sebelum gue dapetin sesuatu, apalagi lo. Orang yang paling berharga di dalam hidup gue...camkan itu Arga!" setelah mengatakan hal itu, Echa menyeka air matanya dan segera pergi dari apartement Arga.

Arga menumpukan kedua tangannya pada pagar besi balkon, ia mengeratkan pegangannya dengan mata menatap penuh kebencian pada sekitarnya.





***




Keenan : Malam nanti Nanda ngajak balapan. Lo ga dateng, lo pengecut!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Arga yang kini tengah merokok di balkon sambil duduk santai dan sesekali memetik gitar di tangannya.

Ia menatap pesan itu dengan lama. Lalu tersenyum devil. Baginya balapan motor sudah menjadi santapannya setiap minggu, bohong jika ia pengecut.
Bahkan, hampir setiap minggunya ia sudah membuat Nanda malu di tempat.

Menjadi pemenang terus menerus membuatnya bosan.

Dengan malas Arga mengetik, berniat membalas pesan tersebut.

Basi.

Tak lama kemudian, Arga kembali mengirim pesan lagi.

Gue terima tantangan lo.



***




"Lo jadi sering bolos akhir-akhir ini. Kenapa?"

Pertanyaan Wino sukses membuat Raya terdiam.

Kini mereka berdua ada di taman tak jauh dari rumah mereka. Raya yang mengajak Wino ke sini karena ia merasa bersalah terhadap sahabatnya ini.

"Win, gue beneran gatau kenapa gue sampe bolos. Tapi gue janji gak akan ngulangin hal ini lagi." ucap Raya memohon pada Wino.

"Lo harusnya janji ke diri lo sendiri, bukan ke gue. Ada banyak pelajaran yang lo tinggalin. Lo di ancam sama tuh cowok? Atau gimana? Gue benar-benar gak paham dengan kalian berdua!"

Nada Wino tampak emosi. Namun, Raya tahu di balik emosi Wino, laki-laki itu peduli dengannya.

"Gak ada yang ngancem kok. Win, g-gue
Beneran gak mau musuhan sama lo, kita tetep sahabatan ya. Lo jangan menjauh dari gue..." ucap Raya yang benar-benar tidak ingin kehilangan sahabatnya.

Wino menatap wajah Raya dengan sendu. Lalu mengangguk mengerti. "Iya. Lain kali kasih tau gue, selalu cerita setiap lo ada masalah, apapun itu..."

"Siap Wino." ucap Raya sambil tersenyum dan memberi hormat.

Wino tertawa dan langsung mengusap kepala Raya. "Udah, balik gih sana, mandi sore, jangan lupa PR kerjain, nanti gue fotoin materi tadi, males ngambil buku ke rumah."

"Ih, dasar! Yaudah, gue pulang dulu ya, nanti Mama gue marah-marah lagi. Besok lo berangkat sekolah jam berapa? Jemput dong, udah hampir berapa bulan lo gak jemput gue?"

Wino memeletkan lidahnya mengejek Raya. "Beberapa bulan kata lo, baru juga dua atau tiga harian. Mandi mandi sana... Kalo gak mandi gue aduin ke Mama lo." ancam Wino seperti sedang memberi perintah pada adiknya.

"Coba aja kalo berani!" ucap Raya tak takut.

"TANTE... RAYA NIH, KERJAANNYA BOLOS MULU____MMPPP..." Wino berhenti mengatakan hal tersebut karena mulutnya di tutup oleh Raya.

"Please jangan ember jadi cowok!"




***





Baru saja Raya selesai mandi sore. Ponselnya bergetar dua kali. Entah siapa yang mengiriminya pesan.

Raya mengeringkan rambutnya dahulu, setelah itu ia  segera duduk di tepi ranjang, membuka HP-nya.

Hening beberapa saat ketika Raya menatap layar ponselnya, Echa mengirim 2 pesan untuknya.

Dengan cepat ia segera membuka pesan tersebut.

Echa: Nanti malam lo sibuk ga?

Echa: Ikut gue mau?

Raya termenung beberapa saat, kenapa perempuan ini tiba-tiba mengajaknya untuk keluar? Padahal, ia tahu bahwa Echa sangat membenci dirinya.

Ting!

Echa: Ini soal hidup dan matinya Arga.

Echa: Dia butuh bantuan lo.

Echa: Gue mohon sama lo Raya...

Raya terdiam syok membaca pesan tersebut. Arga!

Dengan cepat ia mencari kontak Arga dan berniat menelepon laki-laki itu. Namun, belum sempat ia menelepon Arga, Echa langsung menelepon dirinya.

"H-halo..." ucap Raya gemetar, ia benar-benar takut Arga Kenapa-kenapa.

"Raya, lo ada di rumah gak? Gue udah di depan rumah lo nih, ada hal penting yang mau gue sampein ke elo..."

"O-oke... Gue turun sekarang."

Dengan cepat, Raya segera keluar dari rumahnya menemui Echa yang entah dapat dari mana alamat rumah Raya.

Benar saja, Echa ada di sana sendirian. Perempuan itu tampak membawa mobil putih miliknya.

"Echa. Gimana Arga? Udah lo telepon sebelumnya? Atau____"

"Raya tenang dulu..." Echa dapat melihat kekhawatiran mendalam yang ada pada Raya. Perempuan itu sungguh khawatir, matanya berkaca-kaca.

"Ayo ceritain Cha. Sebenarnya apa yang terjadi!" ucap Raya mendesak Echa.

"Lo kenal Nanda?" tanya Echa.

Raya menggeleng. Tidak kenal.

Echa menunduk dengan wajah sedihnya. "Nanda dan gengnya dari dulu udah jadi musuh berat Arga. Setiap hal apapun yang Arga lakukan mereka bakalan ngintai dan buat sesuatu yang buruk. Berulang kali Arga balapan motor dan berakhir dengan keroyokan itu semua karena Nanda. Laki-laki itu yang mancing emosi Arga."

Raya menyimak setiap perkataan Echa.

"Dan... Lagi dan lagi, malam ini mereka bakal balapan di sarangnya Nanda dan gengnya. Gue juga dapat kabar, kalo semisal Arga kalah dalam balapan ini, nyawanya dalam bahaya. Pokoknya lo harus ikut gue nanti malam, gue udah atur strategi buat menjebak Nanda. Gue juga bakal lapor polisi, intinya semua itu gue udah atur. Dan sekarang gue cuma perlu lo ikut gue, gue tau... Lo yang paling Arga sayang, kalian udah jadian kan?" tanya Echa.

Raya terdiam sejenak. Ia menatap ke arah lain. Mengapa Echa menanyakan hal ini. Dan dari mana Echa tahu dirinya kini dekat dengan Arga?

"Echa. Gue dan Arga gak pacaran. Kami berdua____"

"Iya. Oke, gue paham. Intinya jam tujuh ini gue bakalan jemput lo, dan ingat ya Ray, pokoknya jangan telepon Arga. Gue ngajak lo ke lokasi diam-diam tanpa sepengetahuan dia, Arga pasti gamau lo dalam bahaya, Tapi gue beneran butuh lo di sana...."

Raya mengangguk paham. "Gue ngerti Cha. Gue gak akan kasih tau Arga kok."

"Yaudah, gue pulang duluan ya. Jam 7 bakalan gue jemput... Bye..." Echa pamit pulang.

"Bye. Hati-hati ya Cha..."

"Iya Raya."

Melihat kepergian Echa barusan. Raya memegang pagar rumahnya dengan wajah syok. Ternyata Arga memiliki musuh yang begitu bahaya.

Selama ini, ia kira Arga lah yang paling aman di antara semua teman-temannya. Tetapi, di setiap langkah laki-laki itu di intai oleh orang-orang yang begitu tidak manusiawi terhadapnya.





***





Malam ini Raya bersiap akan segera pergi bersama Echa. Beberapa saat yang lalu, Echa bilang sudah di depan rumahnya. Buru-buru Raya bersiap.

Hal yang paling sulit jika harus keluar malam adalah meminta izin pada Mama dan kakak Raya. Namun, untung saja malam ini dua orang itu tampak tidak ada di rumah. Raya bergegas pergi sebelum dua orang itu kembali.

Baru membuka pintu pagar, Echa tersenyum manis dan membukakan pintu mobil untuk Raya.

"Lo ada chat Arga gak?" tanya Echa sewaktu di dalam mobil.

Raya menggeleng, "Nggak ada. Kenapa?"

"Oh, gak ada. Nanya aja. Kayaknya dia lagi siap-siap menuju lokasi balap. Sebelum dia sampai, kita harus sampai duluan. Gue takut aja Nanda langsung berbuat buruk ke Arga. Ya, walaupun Arga benar-benar gak ada takutnya sama Nanda dan gengnya, tetap aja gue takut, Nanda itu bisa lakuin apapun, termasuk menghabisi Arga." jelas Echa.

Raya terdiam mendengar setiap kata yang Echa lontarkan. Apa Nanda seburuk itu? Bagaimana jika Arga Kenapa-kenapa nantinya?

Raya menggeleng membuang pikiran buruknya. Dengan cepat ia menatap Echa penuh khawatir. "Echa. Lo beneran udah lapor polisi kan? Nanti polisi pada dateng nangkap Nanda dan gengnya kan? Dan di mana teman-teman Arga lainnya? Jep? Hero dan geng Arga yang banyak itu___"

"Raya lo tenang aja ya. Jangan panik gitu. Gue udah lapor polisi. Dan teman-teman Arga juga nanti pasti dateng kok, gue punya nomor mereka."
ucap Echa menenangkan.

Raya menatap keluar jendela mobil, ia benar-benar khawatir terhadap Arga.

"Ray, coba lo telepon Arga. Jangan lupa gedein volumenya ya..."

"Gue harus tanya apa?" tanya Raya bingung.

"Tanya aja dia ada di mana sekarang..."

"O-oke." dengan ragu Raya mulai mencari nomor Arga lalu meneleponnya.

Cukup lama tidak di angkat dan...

"Iya?"

"Arga di mana sekarang?"

Terjadi hening beberapa saat, kemudian terdengar Arga sedang bicara dengan seseorang.

"Gue lagi di luar. Lo ada perlu sesuatu?" tanya Arga dengan suara yang tak pernah Echa dengar sebelumnya.

"Oh, a-aku cuma nanya aja."

"Raya mau beli sesuatu? Atau mau keluar?"

Suara Arga begitu lembut terhadap Raya, membuat Echa menahan air matanya dan memaksakan senyumnya.

Ya, Arga sangat berbeda antara menyikapi dirinya dan juga Raya.

"Nggak kok. Aku di rumah aja."

"Nanti kalo gue pulang agak cepat, kita jalan bentar, mau?"

Raya menatap Echa yang tampak fokus menyetir, namun perempuan itu mendengar apa yang Arga ucapkan pada Raya.

Raya menunduk dan merasa tak enak pada Echa.

"Jawab Iya." ucap Echa dengan nada kecilnya.

Mendengar itu, Raya mengangguk. "I-iya Arga. U-udah dulu ya Arga, aku cuma nanya aja kok..."

"Iya Raya."

Setelah memutuskan sambungan teleponnya. Raya menatap keluar jendela dan menahan malu terhadap Echa. Ia juga tak enak, apalagi ia tahu bahwa Echa sangat menyukai Arga.

"Santai aja Raya. Gue gak apa-apa kok." ucap Echa yang tahu bahwa Raya tampak segan terhadapnya.

Raya tersenyum tipis menatap Echa.

"Udah santai aja. Gue juga baru tau Arga sebucin itu sama lo... Dia sebelumnya bener-bener gak pernah pacaran loh, kayaknya lo pacar pertamanya deh."

"Tapi gue dan Arga gak pacaran Cha. Beneran deh." ucap Raya bersikeras.

Echa menahan senyumannya. "Yaudah, iya. Gue percaya."







***





Akhirnya mereka sampai di lokasi.

Echa membawa Raya menuju kerumunan orang-orang di sana.

Membuat dahi Raya berkerut, bukannya di sana adalah gengnya Nanda?

Lalu, di mana Arga?

"Cha, Arga di mana?" tanya Raya sambil menatap sekitarnya, mencari Arga.

Echa tak menjawab.

pegangan tangan Echa terhadap Raya semakin kuat hingga Raya merasakan perempuan ini seperti sedang mencengkram pergelangan tangannya.

"HAI SEMUA..." teriakan Echa membuat semua orang yang sedang berkumpul kini menatap ke sumber suara.

Sangat ramai. Laki-laki maupun perempuan ada di sana. Ada yang duduk di motor sport dan ada yang berdiri sambil mengibarkan bendera.

Semua perempuannya berpakaian seksi. Dan wajah laki-lakinya seperti gengster.

Raya langsung menatap ke arah Echa.

Apa maksud semua ini?

"ECHA... YOOO APA KABAR..." kini seorang laki-laki mendekati Echa, lalu mereka berdua berpelukan saling bersalaman. Laki-laki itu melirik ke arah Raya yang hanya kaku berada di tengah-tengah semua orang.

"Gue baik kok. Dan yang lebih baiknya lagi, gue bawa dia." tunjuk Echa pada Raya yang kini mengerutkan dahinya.

Laki-laki itu menatap Raya tak berkedip. "Jadi ini cewek Arga?" tanyanya. "Boleh juga..." ungkapnya setelah itu.

Dengan cepat, Raya menarik Echa mendekat. "Echa. Jawab gue, di mana Arga? Dan apa maksud cowok ini?" tanyanya menahan emosi pada Echa.

"Raya. Tenang dong. Ini permulaan. Bentar lagi mereka bakal balapan. Arga pasti datang. Lihat aja, mereka semua udah nyiapin tempat ini, khusus untuk balapan istimewa antara Arga dan Nanda..." jelas Echa.

"Jadi cowok ini Nanda? Atau siapa?" tanya Raya bingung.

"Bukan. Raya udah mending lo diam aja ya. Kita tunggu Arga datang. Lo mau kan selamatkan Arga dari bahaya?" tanya Echa menekan setiap kata.

"T-tapi beneran kan? Lo gak bohongin gue Cha?" tanya Raya yang sudah mulai takut jika Echa membohongi dirinya.

Tiba-tiba, Raya menatap sebuah motor yang datang dari arah barat.

Motor itu kini mendekat ke arah kerumunan orang-orang.

Seorang Laki-laki tampak memainkan gasnya, lalu mengangkat motornya dengan jantan dan berani. Laki-laki itu memakai helm sehingga Raya tidak dapat mengenali wajahnya.

Namun, bisa Raya pastikan laki-laki itu bukanlah Arga.

Dengan cepat motor itu mengerem mendadak tepat di hadapan Raya. Membuat Raya menahan napasnya. Ia seperti hampir saja mati di tabrak oleh orang tersebut.

Laki-laki itu langsung membuka helm, menatap Raya sambil tersenyum smirk.

Kini semua orang merapat mendekati laki-laki itu, termasuk Echa yang kini menarik Raya mendekatinya.

Raya menatap dengan seksama wajah laki-laki itu, namun ia masih tak mengenalinya. Siapa laki-laki ini?

"Hai, Nanda." Echa uluran tangannya pada laki-laki itu, membuat Raya melototkan matanya.

Nanda?

Laki-laki itu membalas uluran tangan Echa dan mereka bersalaman layaknya teman dekat. "Udah lo susunkan semua skenario nya?" tanya Nanda sambil tersenyum devil pada Echa, lalu laki-laki itu menatap Raya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Belum sempat Echa menjawab, Raya menghempas kasar bahu Echa dan menatap perempuan itu dengan tatapan kecewa. "Maksud lo apa dengan semua ini? Di mana Arga?" tanya Raya yang kini mencoba menahan air matanya.

Echa menatap Raya sambil tersenyum miring. "DIAM LO PEREMPUAN J*LANG! LO JANGAN SOK NYARIIN ARGA DEH. LO SIAPANYA ARGA!" teriak Echa penuh emosi sambil mendorong bahu Raya dengan sangat kasar beberapa kali hingga Raya tersungkur ke tanah.

Raya benar-benar kaget dengan perlakuan Echa padanya.

Semua orang bersorak tepuk tangan melihat kejadian di depan mereka.

Raya menatap Echa penuh ketakutan.

Raya di kelilingi oleh orang-orang yang kini tampak sedang menyudutkan dirinya. Ia pun meneteskan air mata, ia menatap sekeliling sambil terus berdoa di dalam hatinya, berharap Arga datang dan menolong dirinya.

Echa mendekati Raya dan berjongkok, lalu perempuan itu menarik kasar dagu Raya dengan tatapan membunuh. "Eh, lo pikir lo bisa dapetin Arga hanya dengan membalikan telapak tangan? Jangan pernah mimpi untuk gantiin posisi gue di dalam hidup Arga!"

Raya mencoba menahan tangisnya sebisa mungkin. Ia benar-benar sedang ketakutan di kelilingi oleh semuanya.

"Nanda, ke sini." panggil Echa.

Nanda mendekati Echa dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Ada apa sayang?" tanyanya manja.

"Lo janji bakalan bantuin gue, kan?" tanya Echa sambil terus menatap Raya dengan tatapan dendamnya.

"Iya lah. Apasih yang enggak buat lo. Gue habisin Arga sekarang juga gue bisa..." ucap Nanda sambil menatap Raya dengan senyuman miringnya.

"DENGAR SEMUANYA..." teriak Echa kepada semua orang yang kini melingkarinya. "JANGAN ADA YANG KASIH TAU KE ARGA DAN GENGNYA KALO NIH CEWEK ADA DI SINI." tunjuk Echa pada Raya yang masih ketakutan duduk di tanah. "KALAU SAMPAI ADA YANG NGASIH TAU, GUE GAK AKAN SEGAN-SEGAN BUAT PERHITUNGAN SAMA LO SEMUA. DAN, KALIAN SEMUA HARUS TAU, KALO CEWEK INI YANG BAKAL JADI HADIAH TARUHAN ANTARA ARGA VS NANDA DALAM BALAPAN MALAM INI..."

Semua heboh sambil bersorak tepuk tangan. Namun tidak dengan Raya, yang kini melototkan matanya menatap Echa tak percaya. "E-echa... Lo tega..."

"TAPI SEBELUM ITU... GUE BAKALAN BUAT NIH CEWEK SEMAKIN CANTIK DAN GAK KELIATAN KAMPUNGAN!"

Echa mendekati Raya lalu menarik kasar rambut perempuan itu.

"AKHH... SAKIT CHA!" teriak Raya kesakitan.

Raya kini di paksa berdiri.

Kemudian Echa menegakkan tubuh Raya agar menghadap ke arah dirinya. "Biar lo makin cantik, gue kasih lo blush on murni..."

PLAK!

Raya terkejut sambil menahan sakit yang amat kuat pada pipi kanannya yang baru saja di tampar oleh Echa.

Semua orang menatap diam atas tindakan Echa yang amat kasar pada Raya.

"Masih kurang ya?" tanya Echa.

PLAK!

Sekali lagi, pipi kiri Raya di tampar kuat oleh Echa.

Dengan kasar, Echa langsung mencengkram rahang Raya.

"Asal lo tau, yang bakalan jadi tunangan Arga adalah gue. Lo gak bisa berada posisi itu!" bisik Echa pada Raya.

Raya meneteskan air matanya kepalanya benar-benar terasa sangat pusing akibat rambutnya yang di tarik kasar oleh Echa tadi, dan juga pipinya yang berdenyut nyeri karena tamparan.

Karena belum puas, Echa mendekati Raya dan memelintir tangan perempuan itu hingga merah.

"S-SAKIT CHA... LEPASIN... GUE MOHON CHAA..." Raya kini menangis kesakitan.

"S-saakit... Cha.."

Penonton tetaplah penonton.

Mereka tidak berani bertindak lebih saat melihat Raya benar-benar di tindas oleh Echa dengan sangat kasar.

"Apa lo gak terlalu berlebihan? Seenggaknya jangan nyakitin fisik." bisik Nanda pada Echa.

"Lo diam Nan! Lo gak usah ikut campur. Ini antara dendam gue ke dia yang mungkin masih banyak belum gue balaskan!" gertak Echa.

Setelah menyiksa Raya. Echa menarik perempuan itu menuju ke balik pohon besar yang ada di sana. Lalu Echa membuka paksa pakaian Raya.

Membuat Raya melotot kaget. "Echa! Apa yang lo lakuin Echa!"

"LO DIAM!" Echa tampak membawa sebuah gaun yang amat mini dan seksi.

Melihat itu, Raya menatap Echa tak percaya. Lalu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Nggak Echa, gue mohon sama lo, jangan lakuin hal ini. Gue bakalan nurut sama semua perintah lo tapi jangan yang ini... Please..." air mata Raya sudah menetes berulang kali.

Namun, Echa tetaplah Echa yang memiliki watak iblis.

Setelah cukup lama berdebat. Dan kini, Raya benar-benar di dandan seperti perempuan m*rahan.

Gaun hitam yang sangat pendek dan seksi, rambut di gerai, dan wajahnya yang natural dan sudah penuh air mata.

"Ikut gue." Echa menarik paksa Raya yang kini hanya diam dan tak bisa melakukan apapun lagi.

Raya menatap kosong di hadapannya. Seolah ia sudah kehabisan energi untuk berdebat dan menolak semua ini.

Raya kini berdiri di tengah-tengah para penonton.

Nanda dan para berandalan lainnya kini menatap Raya tanpa berkedip. Gadis itu tampak sempurna dengan pakaiannya.

Echa kini mengikat mata Raya dengan kain hitam agar sewaktu Arga datang nanti, laki-laki itu tidak mencurigainya bahwa perempuan ini adalah Raya.

Setelah mengikat mata Raya menggunakan kain hitam. Kini, Echa melilitkan tali ke tubuh Raya, mengikatnya, bermaksud agar perempuan itu tidak kabur.

Setelah selesai dengan semuanya, Echa memerintahkan Nanda agar segera menyuruh Arga datang ke lokasi.

"Tenang Cha. Dia barusan ngabari kalo dia lagi di jalan, bentar lagi juga sampe."
ucap Nanda yang kini menepuk pelan bahu Echa namun matanya tetap fokus pada Raya yang kini berada di tengah.

Tak lama kemudian, pasukan Arga datang dengan banyak bunyi motor yang bermacam-macam.

Paling depan adalah Arga. Laki-laki itu kini berhenti tepat di tengah-tengah semua orang dan juga... Ia berhenti tepat di hadapan Raya.

Semua bersorak heboh dengan kedatangan Arga.

Perlahan, Arga membuka helmnya membuat semua cewek di tepian jalan berteriak heboh.

Arga turun dari motor dan langsung bersalaman bebas dengan Nanda.

Namun tatapan mereka saling mengintimidasi dan penuh sorot permusuhan.

Arga salah fokus saat melihat Echa yang berdiri di samping Nanda. "Ngapain di sini?" tanya Arga pada Echa.

Perempuan itu tampak melipat tangan di depan dada dan malas menatap Arga. "Suka-suka gue lah. Lo gak ada hak buat ngatur hidup gue." ucap Echa menohok.

Arga diam dan kembali memakai helmnya, lalu menatap Nanda yang kini juga sedang memakai helm.

"DENGAR SEMUA..." salah satu cewek yang sedang memegang bendera kini berdiri di antara Arga dan Nanda.

"Untuk kali ini, taruhannya bukan uang. Melainkan cewek yang ada di tengah sana..." tunjuknya pada Raya yang kini benar-benar tak bisa melihat apapun.

Nanda langsung menepuk heboh bahu Arga. "Cewek bro. Seksi... Bodynya wahh... Sikat... " ucap Nanda sambil menatap Raya penuh kehebohan.

Arga tak menjawab, ia hanya menatap perempuan itu sekilas, lalu duduk di atas motor. Apapun hadiah taruhannya, ia tak peduli, yang terpenting ia akan menang dari Nanda. Laki-laki itu harus ia permalukan di depan banyak orang.

Nanda adalah musuh bebuyutannya sekaligus musuh yang harus ia permalukan di depan banyak orang.

Dengan cepat Nanda duduk di atas motornya. Lalu menatap Arga penuh tantang. Ya ia sangat percaya diri kali ini. Ia akan mendapatkan perempuan itu. Raya. Agar Arga semakin menjadi musuh abadinya.

Dan Nanda penasaran bagaimana reaksi Arga saat dirinya mendapatkan Raya.

"Gue bakal dapetin lo Raya." gumam Nanda sambil memiringkan senyumnya.




###




GES GIMANA PART INI?

MENURUT KALIAN, SIAPA YANG BAKALAN MENANG DALAM BALAPAN INI? ARGA ATAU NANDA?

AKHHHH GA SABAR NEXT PART PLEASE😭💕

FOLLOW IG AKU YUK BUAT LIAT ARGA DAN RAYA. @salsha.writer

Continue Reading

You'll Also Like

666K 48.3K 31
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 123K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3.2M 267K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

838K 44.2K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...