ARGARAYA

By adanysalsha

144K 21.1K 147K

"Mulai hari ini, lo jadi babu gue di Sekolah!" ucap Arga dengan sorot mata menajam kepada Raya. More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21

BAGIAN 9

6.2K 1K 9.3K
By adanysalsha



KANGEN BGT SAMA ARGA & RAYA❤️❤️❤️

VOTE DULU YUK SEBELUM BACA✨






~ H A P P Y R E A D I N G ~




Malam ini, Raya berada di rumah Wino. Tepatnya di balkon kamar Wino. Mereka berdua sedang mengerjakan PR bahasa Indonesia sambil bercerita tentang kejadian di mana Raya di paksa bolos dengan most wanted termenyebalkan seantero sekolah. Sebenarnya, Raya tak ingin menceritakan hal ini pada Wino. Tapi mau bagaimana lagi? Wino adalah orang yang tidak bisa di bohongi. Ia kenal betul dengan kegelisahan yang Raya rasakan.

Wino berhenti menulis, lalu menatap Raya dengan kesal. "Gue udah sering kasih tau ke elo Ray, kalo tuh cowok ganggu atau segala macam, gue ada kan? Kenapa lo selalu nyembunyiin hal ini, dan kasih tau ke gue di saat semua udah terjadi?"

Raya menghela napas. "Gue bukannya gak mau kasih tau ke elo, cuma ya gue gamau aja, elo berurusan sama Arga karena___"

"Karena dia paling kejam seantero sekolah? Paling jagoan? Gue sejak SMP ikut karate, ilmu itu masih melekat di diri gue, kalo lo izinin, besok gue bakalan mancing dia buat berantem sama gue." ucap Wino dengan percaya diri.

Raya langsung menggeleng antusias, "Nggak ya, nggak. Awas aja, gue gak akan izinin lo buat berantem apalagi sama cowo kayak Arga!"

Wino menatap Raya yang sedang asik menulis. Tatapan itu seketika menjadi sebuah dercakan dari mulut Wino. "Lo suka sama Arga?" tebaknya asal.

Raya berhenti menulis, lalu tatapannya beralih menatap Wino. "Hah?" tanya Raya bingung.

Wino menggeleng, "Abaikan." ucapnya yang kini kembali menulis.

Raya mengerutkan dahi... Suka? Sama Arga? Raya benar-benar tertawa dalam hati. Mana mungkin.

Di sela-sela sedang menulis, Raya melirik ke arah Wino yang tampak fokus pada bukunya. "Kenapa lo nanyain hal tadi? Misalnya gue suka sama Arga, lo bakal marah ya?"

Wino sontak menegakkan kepalanya, "Apa lo bilang?" tanya Wino tajam.

Raya tertawa. "Gue bercanda Win."

"Lo pulang deh, gue udah ngantuk nih." usir Wino yang kini mengemasi buku-bukunya, lalu berdiri.

Raya yang masih duduk kini menatap ke arah Wino dengan tercengang.

"Lo gak denger ya? Gue ngantuk."

Dengan wajah kesal, Raya mengemasi buku-bukunya lalu mencebikkan bibirnya, "Iya... Gue pulang nih." Raya berdiri, lalu berniat akan pergi. Namun, Wino menahan lengannya.

"Kondisi in muka lo, jangan jutek gitu. Gue beneran ngantuk. Gak ada maksud buat ngusir lo."

"Iya." jawab Raya masih kesal.

"Besok kita pergi bareng ke sekolah."

Mendengar itu Raya mengangguk. Lalu segera bergegas pergi.





***





Raya dan Wino sudah sampai di sekolah. Seperti biasa, mereka berdua pergi dengan sepeda milik Wino. Sejak tadi mereka terus berbicara hal-hal random hingga kini sudah sampai di koridor sekolah.

Di saat mereka sampai di simpang koridor dan akan berbelok ke kanan menuju kelas...

Brak!

Raya terpejam dan mematung di tempat saat tubuhnya dan tubuh seseorang saling bertabrakan.

Begitu pun orang yang di tabrak, ia ikut terdiam di tempat.

Perlahan, Raya membuka matanya dan melihat siapa yang ia tabrak dengan kerasnya. Ia akui ini adalah kesalahannya yang tadi asik bercanda dengan Wino hingga tak menyadari jika mereka ada di persimpangan koridor rawan tabrakan ini.


"A-arga?" gumam Raya dengan wajah panik. Ya, yang ia tabrak barusan adalah Arga. Laki-laki itu menatap tajam kepada Raya.

Raya melihat ke lantai, helm milik Arga terjatuh di sana. Dengan cepat, Raya mengambilnya, lalu memeriksa bahwa helm itu baik-baik saja.

"M-maaf ya, aku beneran gak sengaja, Ga. Lain kali aku bakalan hati-hati." ucap Raya sambil menyerahkan helm itu dan terus menunduk.

Terdengar desisan halus dari bibir Arga. Laki-laki itu bahkan masih menatap Raya tanpa berniat mengambil helm yang Raya sodorkan padanya.

"K-kenapa?" tanya Raya bingung.

Wino yang menyaksikan itu sejak tadi kini langsung memegang lengan Raya, "Ayo Ray, ke kelas. Bentar lagi bel masuk." ucap Wino sambil menatap Arga degan aura permusuhan.

Karena tak kunjung di ambil helm tersebut, Raya langsung meletakkan helm itu di lantai tepat di hadapan Arga dengan cara sopan. "M-maaf..."

Wino langsung menarik tangan Raya, berniat ingin pergi dari hadapan Arga, namun suara tajam seseorang menghentikan langkah mereka.

"Tunggu."

Raya dan Wino berbalik, menatap Arga yang kini juga menatap berang ke arah mereka berdua.

"Sini lo!" gertak Arga pada Raya.

Raya menatap ketakutan pada Wino, berniat meminta bantuan laki-laki di sampingnya itu. Wino yang peka akan tatapan Raya kini tersenyum miring menatap Arga.

"Gak bisa. Nih cewek mau ke kelas. Lagian dia gak sengaja kan nabrak elo tadi. Yaudah lah, maafin aja." ucap Wino dengan santai.

Arga tertawa hambar. "Jangan sok jadi pahlawan lo."

Karena Wino tak ingin mencari ribut pagi-pagi ini, apalagi sekelilingnya sudah banyak orang yang menonton, lebih baik ia membawa Raya ke kelas.

Wino pun menggenggam tangan Raya dan membawa gadis itu menuju ke kelas. Tentu saja Arga di abaikan.

Dan hal itu membuat kedua tangan Arga mengepal kuat. Tatapan mata elang itu menatap kepergian Wino dan Raya. Namun, Arga adalah Arga. Ia tidak ingin mudah kalah dengan hal meremehkan seperti ini.

"BERHENTI LO SETAN!" Arga mendekati Wino dan menarik kuat bahu laki-laki itu.

BUGH!

Satu tonjokan kuat mengenai rahang Wino hingga laki-laki itu tersungkur di lantai.

Raya langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia benar-benar syok melihat sahabatnya yang kini menahan rasa sakit pada rahangnya akibat serangan mendadak dari Arga.

Semua siswa bersorak penuh dukungan untuk Arga.

Dengan cepat, Raya berjongkok dengan wajah penuh khawatir terhadap Wino. "Win, lo gak apa-apa? Ayo kita ke UKS." ajak Raya.

"Gak usah, gue gak apa-apa kok. Ini cuma agak ngilu aja rahang gue," ucap Wino sambil menahan sakit.

Raya tak tega melihatnya, lalu ia menangis dan langsung berdiri, berhadapan dengan Arga.

"Lo orang terjahat yang pernah gue temui!" ucap Raya dengan tatapan kebenciannya.

Setelah itu ia segera membawa Wino menuju ke UKS.





***





"Baiklah, Ibu akan membagikan lima kelompok untuk pelajaran bahasa Indonesia yang akan segera ibu berikan. Masing-masing kelompok berisi enam orang."

Raya menghela napas, lalu menatap ke arah Wino yang tampak santai seperti tidak ada yang harus di khawatirkan. Bahkan, luka laki-laki itu masih terlihat jelas di pipinya, namun Wino seperti sudah melupakan kejadian tadi pagi.

"Tenang aja Ray, Ibu Sri juga tau lo deket sama gue, pasti kita satu kelompok." ucap Wino dengan yakin.

Raya menghela napas untuk yang kedua kalinya. "Kalo nggak?"

"Gue bakalan protes, tenang aja."

Raya kembali fokus pada Ibu Sri untuk menunggu bagian namanya di sebutkan di kelompok mana.

Setelah tiga kelompok yang sudah Ibu Sri sebutkan, Raya menatap Wino dengan gelisah. Berharap mereka di satukan dalam satu kelompok.

"Baiklah, Ibu akan mengumumkan kelompok ke empat yang terdiri dari, Mega, Liam, Santoso, Hero, Vina dan Wino..."

Wino dan Raya tercengang mendengar hal itu.

"Untuk kelompok terakhir yaitu Jep, Davi, Echa, Arga dan Raya..."

Mampus!

Raya menahan napasnya beberapa detik, lalu ia memejamkan matanya, membayangkan berkelompok dengan orang-orang yang ia hindari.

Benar-benar bernasib sial.

Sementara itu, Echa menahan kesal. Di saat ia bahagia bisa sekelompok dengan Arga, namun kenapa harus ada anak kampungan itu yang juga masuk ke dalam kelompoknya?

Sangat menyebalkan!

Dan Arga?

Laki-laki itu melipat kedua tangannya di depan dada sambil menyender ke kursi, ia tersenyum singkat.

Wino mengepalkan kedua tangannya, ia tidak rela jika Raya bergabung dengan kelompok para mamba itu. Dengan cepat, Wino mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. "Wino boleh izin kasih saran, Bu?"

"Iya silahkan, Wino." ucap Ibu Sri.

"Bagaimana jika saya dan Raya satu kelompok saja. Agar ke depannya tidak terjadi____"

"Cie... Cie... Cie... " ejek satu kelas yang langsung memotong ucapan Wino.

Kecuali Arga, laki-laki itu kini memilih untuk membaringkan kepalanya di atas meja. Tidur lebih nikmat.


"Sudah-sudah. Jangan berisik!" ujar Ibu Sri kepada semua muridnya, lalu kembali menatap Wino, "Wino, dari dulu kamu selalu sekelompok dengan Raya kan, apa itu masih belum cukup?" tanya Ibu Sri pada Wino.

"Bini nya takut di ambil Jep tuh Bu," teriak Hero di sambut tawa semua orang kembali.

"Wino, terima aja ya. Ini udah keputusan bulat dari Ibu dan tidak bisa di ganggu gugat lagi." ucap Ibu Sri mencoba membuat Wino paham.

Mendengar itu Wino menghela napas pasrahnya, lalu menatap ke arah Raya dengan pandangan kecewa.

"Gue bener-bener bingung Ray harus gimana..." ucap Wino dengan suara kecil.

Raya hanya menatap mejanya dengan tatapan kosong. Pikiran buruknya terus menyerang isi kepalanya. Bagaimana jika ia di bully di dalam kelompoknya? Sementara itu, Wino tidak ada di dekatnya, lalu siapa yang akan menolong dirinya?

Kenapa harus ada Arga dan Echa?

Kenapa!






***







Jam istirahat berlangsung, Raya dan Wino duduk di bangku kantin sambil memakan bakso langganan mereka. Mereka berbincang-bincang, seketika Wino merasakan tak tenang dalam dirinya. Ya, tentu saja masih tentang perkara tadi di kelas.

"Ray, kelompok lo udah ada buat grup WA? Udah di kasih tau di mana dan kapan ngerjainnya?" tanya Wino.

Raya meminum jus mangga nya sebentar, lalu fokus kepada Wino. "Belum Win, ya kalo semisal mereka gak ada pergerakan, kayaknya gue bakalan ngadu ke Ibu Sri, supaya kelompoknya di acak lagi." ucap Raya sambil tersenyum senang.

Wino menggeleng dengan wajah malasnya. "Gak Ray, itu gak akan terjadi. Lo denger sendiri kan, ini udah keputusan Ibu Sri, gak akan di ganggu gugat lagi sama dia."

Raya menghela napas, lalu seketika wajahnya berubah menjadi serius.

"Kenapa?" tanya Wino bingung.

Raya menggerakkan dagunya ke arah kiri. "Echa ke sini tuh."

Wino menatap ke arah kiri. Ya, Echa sedang berjalan menuju ke meja mereka dengan wajah songongnya.

"Heh Raya!" panggil Echa kesal.

"Ada apa?" tanya Raya berusaha bersikap biasa.

"Lo jangan kesenangan ya gabung di kelompok gue. Apalagi ada Arga! Oh iya, gue bakalan buat grup chat, kalo gue masukin lo ke grup itu, lo jangan berharap lebih, itu cuma grup untuk menyelesaikan tugas bahasa Indonesia, gak ada unsur pertemanan di dalam itu! Awas aja lo macem-macem sewaktu semuanya lagi ngumpul besok!" gertak Echa.

"Iya, gue tau kok." jawab Raya sopan dan singkat.

"Gue cuma mau bilang itu aja." ucap Echa yang hendak berbalik.

Namun, suara Wino membuat Echa berbalik menatap laki-laki itu. "Gue harap, lo gak akan jahatin Raya. Kalo lo dan yang lain sampai buat hal buruk terhadap Raya____"

"Jadi lo nuduh gue buat jahatin nih anak kampung?" potong Echa penuh kekesalan. "Gausah sotoi deh lo!" gertak Echa pada Wino.

Tanpa ingin mendengar ucapan Wino, Echa bergegas pergi dengan wajah penuh amarah.

"Udah Win. Gue gak apa-apa kok. Lagian, Echa bener, kita cuma kerja kelompok, bukan kumpul sebagai teman-teman, mereka juga gak pernah anggap gue teman kan?"

"Gue mohon sama lo ya Ray, kalo ada apapun, telepon gue."

"Siap, Win."

Tak lama kemudian, ponsel Raya bergetar. Ia pun mengeceknya, ternyata Raya sudah di tambahkan ke dalam grup berkelompok lima.

"Win, gue udah di masukin ke grup." ucap Raya sambil menatap ponselnya.

Drtt...drtt...

Ponsel Raya kembali bergetar.

Sebuah pesan berasal dari grup tersebut. Raya pun membacanya.

Arga : Kerjain tugasnya di rumah gue.

Raya menatap tak percaya pada layar ponselnya.




***






Sepulang sekolah, saat di parkiran. Baru saja Wino akan mengambil sepedanya. Namun, Raya langsung menepuk jidat dengan wajah kaget.
"Wino, botol minum dan buku biologi gue ketinggalan di laci meja." ucap Raya menghela napas kesal.

"Ya, salah lo. Tadi kan udah gue ingetin. Ada yang ketinggalan lagi gak? Lo bilang gak ada." jawab Wino sambil duduk di atas sepedanya, "Yaudah ambil sana, gue tunggu."

"Oke-oke... Tunggu ya." Raya kini segera berlari kecil menuju ke kelasnya.

Setelah sampai di depan koridor kelas, ia mendengar suara-suara di dalam kelasnya, setahunya, yang piket sudah pulang beberapa menit yang lalu.

Karena penasaran, Raya mengintip di celah pintu yang terbuka setengah.

Deg!

Arga dan Echa masih berada di dalam kelas. Arga tampak sedang merokok dengan asap yang terus bertebaran di sekitarnya, serta Echa yang terus memaksa memeluk lengan Arga, namun Arga tampak merasa risih.

Apa yang harus Raya lakukan sekarang?

Perlahan, ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Setelah itu, ia mulai berpikir positif bahwa setelah ini tidak ada apapun yang menganggu dirinya.

Dengan cepat Raya masuk ke dalam kelas dan berjalan menuju ke arah mejanya tanpa mempedulikan sekitar. Arga dan Echa seketika menatap ke arah Raya yang tiba-tiba masuk tanpa permisi.

"HEH CEWEK KAMPUNG! BISA GAK SIH LO KETUK PINTU DULU ATAU SALAM!" gertak Echa penuh emosi.

"Maaf. Gue cuma mau ambil buku yang ketinggalan di laci meja." ucap Raya datar tanpa ingin menatap ke arah dua orang itu.

"BENER-BENER YA LO, MELUNJAK BANGET. LO MAU GUE JAMBAK RAMBUT LO?" teriak lagi Echa.

Raya tak menjawab, ia duduk di kursinya, lalu mengeluarkan buku biologi dan botol minum yang ada di laci meja.

Terdengar ponsel seseorang berbunyi. Ternyata itu ponsel milik Echa.

"Halo?"

"..."

"Oke-oke, gue ke gerbang sekarang."

Echa memutuskan sambungan teleponnya, lalu menatap ke arah Arga yang tampak masih asik merokok.

"Ga, gue ke gerbang bentar ya, Mega ada perlu." ucap Echa pun langsung beranjak pergi menuju ke gerbang.

Raya menatap Echa yang kini keluar dari kelas. Raya juga menatap ke arah Arga. Laki-laki itu tampak berdiri dan berjalan menuju ke pintu.

Raya pun bernapas lega. Mereka pergi dari kelas ini. Buru-buru ia segera memasukan buku dan botol minum miliknya ke dalam tas.

Brak!

Raya tersentak kaget, lalu menatap ke pintu.

Deg!

Tidak!

Arga tidak pergi, melainkan laki-laki itu baru saja menutup pintu dan... Menguncinya?

Dapat Raya lihat pintu itu terkunci.

Suasana sontak menjadi mencengkam.

Mau apa laki-laki ini?

Lihatlah!

Sekarang dengan wajah sayu dan mata yang fokus menatap Raya, laki-laki itu berjalan mendekati Raya. Sontak, Raya mengeratkan pegangannya pada tas dengan perasaan penuh ketakutan.

Sekujur tubuh Raya benar-benar mendadak dingin.

"M-mau apa?" tanya Raya gemetar.





____________



KIRA-KIRA ARGA MAU NGAPAIN?
😮🏹🦋🌹💖✨🌻

NEXT PART BAKALAN TAMBAH SERU!!!

AYO VOTE & SPAM KOMEN UNTUK LANJUT.




FOLLOW IG :

@ADANY.SALSHAA
@WATTPAD.SALSHA

Continue Reading

You'll Also Like

370K 20.5K 70
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 124K 60
"Walaupun ูˆูŽุงูŽุฎู’ุจูŽุฑููˆุง ุจูุงุณู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุงูŽูˆู’ุจูุงูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ุนูŽู†ู’ ูˆูŽุงุญูุฏู Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
5.1M 379K 53
โ—Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow โ— Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
704K 50.9K 32
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...