Can U See Me?

By beastW

53.6K 5.6K 767

⚠️almost full of angst Seokjin yang merindukan mama nya Sosok ayah yang selalu menjadi penopang untuknya Hubu... More

hiji
dua euy
katilu
kaopat
kalima ceunah
genep
katujuh euy
dalapan
salapan
sepuluh aja
dualas
tilulas
fathless dibaca patlas
malas (15)
genep belas
tujulas
dalapanlas
salapan belas
duapuluh
duapuluh hiji hahay
duadua
duatilu
duaopat
dualima dualima
duagenep
duatujuh
*ONESHOOT*
duasalapan
tilupuluh
tiluhiji
tiludua
tilutilu
tiluopat
tilulima
tilugenep
tilutujuh
tiludalapan
tilusalapan
- end -
new book (Heaven)
Painful
CERITA BARU!!! LAGI???
Perjuangan Seorang Kakak

sabelas

1.4K 149 42
By beastW

"ASTGA SEOKJIN!!."

Dokter itu langsung mendekat dan menyuruh mereka menyingkir. Ia memeriksa suhu dan denyut nadi Seokjin. Dingin dan lemah. Lalu matanya beralih menatap dua perawat yang ada disana.

"Apa dia yang mendonorkan darah untuk pasien di ruang operasi?."

Mereka mengangguk ragu. Tatapan Dokter Dokyeom sangat panik. Bahkan ia sendiri yang menangani keadaan Jin. Memberinya nassal canula dan memasangkan infus.

"Segera berikan kantung darahnya pada Dokter Lee."

Mereka langsung menuruti perintahnya. Namun saat diambang pintu suara Dokyeom kembali terdengar.

"Apa dia anak dari seseorang yang menunggu disana."

"Iya Dok."

Dokyeom hanya mengangguk. Keluarga Seokjin tidak buruk tapi apa dia tidak tahu bahwa Jin sakit keras? Dan malah mengijinkan anak ini untuk mendonorkan darahnya.

Langsung ia berdiri dan membantu Jin yang tidak sadarkan diri untuk bangun, disandarkannya kepala Jin pada bahu Dokyeom dan memasukkan obat serta air ke mulutnya dengan perlahan. Setidaknya Jin mendapat obat penambah darah sebelum PMI datang memberi stock untuk rumah sakit. Lalu dibaringkannya tubuh Jin kembali dengan lembut karena ia tidak mungkin menyakiti tubuh rapuh itu.

Setelah itu ia pergi meninggalkan Jin, dan berjalan keluar menemui orang tuanya.

Ia melihat seorang pria yang diyakini adalah ayah dari Jin dan seseorang yang sedang diruang operasi. Dia sedang termenung sambil menutup wajahnya. Terlihat bahwa ia sedang putus asa.

"Permisi?."

Lelaki itu menengadah dan melihat setelan seorang dokter dihadapannya. Dengan cepat ia langsung berdiri.

"Gimana dok? Maafkan saya, saya tau Jin masih dibawah umur tapi saya tidak bisa mencegahnya."

Dokyeom, dokter itu langsung memegang bahu lelaki itu dan menyuruhnya untuk duduk kembali. Beberapa kali ia memberikan kata guna menenangkan hatinya.

"Jin pingsan, tapi dia sudah dapat penanganan. Saya yakin anak anda juga akan baik-baik saja, lukanya tidak fatal walaupun membutuhkan banyak darah."

Tak disangka air matanya menetes kala mendengar kabar anak-anaknya. Mereka sudah lama tidak berkumpul bersama, namun saat mereja bertemu malah dalam keadaan yang tidak baik.

"Sebelumnya boleh saya tahu siapa nama anda?," tanya Dokyeom.

"Seungcheol. Kim Seungcheol."

Dokyeom menghela nafas dan mengubah posisinya agar berhadapan dengan Seungcheol.

"Tuan Seungcheol apa sebelumnya anda tau bagaimana keadaan Seokjin?."

Yang ditanya hanya terpaku, ia tidak mengerti apa maksud pertanyaan itu. Karena dia sama sekali belum bertemu dengan Jin semenjak mereka bercerai dan hanya mengirimi mereka uang yang banyak setiap bulan.

"Baiklah tuan akan saya jelaskan sedikit. Sekitar 2 bulan lalu.. Jin datang kemari sendirian memeriksakan keadaannya. Kami sudah melakukan scan dan pemeriksaan darah lain, sayangnya hasil pemeriksaan yang keluar tidak bagus."

Seungcheol hanya diam meresapi setiap kalimat yang datang dari bibir Dokter ini. Walaupun dalam hatinya ia sangat khawatir, tapi Seungcheol masih berusaha untuk mendengarnya. Dia berharap tidak mendengar kabar buruk.

"Jin mengidap kanker hati."

Seolah dunianya kembali runtuh setelha sebelumnya hancur karena perpisahan, Seungcheol menutup mata dan telinganya. Ia tidak ingin mendengar apapun yang Dokter itu bicarakan.

"Tidak! Jin tidak mungkin terkena penyakit itu. Dia sehat!! Dia juga ceria dan sering tersenyum. Tolong jangan berbohong!!."

"Tolong tenanglah Pak. Walau gaya hidup yang sehat tapi penyakit bisa datang tanpa mengenal gaya hidup. Saya mohon anda tetap tenang."

Seungcheol hanya tetap membisu. Ia tidak ingin memprediksi betapa buruknya keadaan Jin. Tapi tidak bisa. Semua pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan buruk.

"Jin bisa sembuh, percayalah! Dia hanya perlu disiplin minum obat dan terapi rutin sampai umur 17 tahun. Lalu kita bisa melakukan operasi. Jin yang sekarang sangat lemah jika harus operasi, karena itu tolong bantu Jin sampai ia membaik agar bisa melakukan operasi."

Seungcheol hanya mengangguk, menghapus air matanya dan mencoba untuk tetap tegar.

"Saya ingin bertemu Seokjin."










....












Dokyeom mengantar Seungcheol untuk memasuki ruang rawat Jin karena ia sudah dipindahkan disana agar lebih nyaman. Kini dihadapannya terbaring sang anak dengan kulit kuning pucat. Nassal canula bertengger dihidungnya, beberapa kabel bahkan juga menempel di dada sang anak.


Padahal tadi Jin baik-baik saja.


Ia mengelus surai sang anak dengan lembut. Tanpa disadari membuat Jin terbangun dan membuka matanya perlahan. Tubuhnya lemas namun terasa sakit bahkan saat ia mencoba menggerakkan sedikit tangannya. Pandangannya berputar sampai membuat wajah sang Papa terlihat kabur.

Reflek tangan Jin langsung menutup matanya pusing, mulutnya terasa masam, ia ingin muntah namun menahannya.

"Seokjin kenapa Nak?."

Suara khawatir sang Papa membuatnya tersadar, ia tidak boleh terlihal lemah dan sakit. Ia harus menunjukkan bahwa ia baik agar sang Papa tidak cemas.

"Gapapa pa cuma pusing," ucap Seokjin dengan suara yang bergetar.

Tapi ia tidak tahan, Jin langsung memuntahkan darah bahkan saat ia belum sempat menutup mulutnya dengan tangan, membuat baju miliknya ternodai cairan merah.

Seketika Seungcheol langsung panik dan mendekat learah Jin, membantunya mengusap darah yang selalu merembes keluar dari mulutnya.

"Nak!! Papa panggillan Dokter, kamu tahan ya!."

Jin tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Rasa sakit itu mengalahkannya.










...










Sementara Yoongi terbangun diruangan yang serba putih dan beraroma obat-obatan. Ia melirik kearah sekitar ruangannya, tidak ada siapapun disana.

Sepi

Ia ingin beranjak untuk pergi menemui Papanya maupun sang adik, namun tubuh itu sangat lemah, ia kesulitan bergerak.

Sampai dimana seseorang masuk kedalam ruangannya.

"Kamu mau kemana!?," tanya seseorang yang ia yakini sebagai dokter disini karena pakaian jas putih yang ia kenakan.

Ia segera mendekat dan kembali membantu Yoongi untuk berbaring dan membetulkan posisi selang oksigennya.

"Saya mau ketemu papa Dok."

Dokter itu mengangguk "sebentar akan saya panggilkan. Kamu jangan kemana-mana, saya tidak akan lama."

Setelah itu ia meninggalkan Yoongi sendiri disana dan pergi menemui Seungcheol.










...










"Tuan anak anda sedang mencari anda. Ia sudah sadar."

Setibanya didepan ruang rawat Jin, Dokter itu langsung menghampiri Seungcheol yang sedang berdiri didepan pintu.

Ia memandangi bagaimana Dokyom yang sedang menangani Jin. Ia tidak mengerti apa yang Dokter itu lakukan, yang Seungcheol lihat hanya Jin. Jin yang kesakitan dan bergerak tidak nyaman sedari tadi, sampai saat dimana Dokyeom menyuntikkan sesuatu dilengannya dan membuat Jin tertidur tenang.

Ia menoleh saat sadar bahwa ia sedang diperhatikan.

"Yoongi sudah sadar dok?."

Dokter itu mengangguk. Melihat wajah Seungcheol membuatnya iba. Ia terlihat sedih dan lelah. Sejak siang sampai malam tiba ia terus berada disini menunggui kedua anaknya.

"Iya. Sebaiknya anda makan dan istirahat, supaya bisa menjaga kedua anak anda dengan baik."

Seungcheol hanya mengangguk.

"Saya akan membawa makan untuk anda dan Yoongi."

Seungcheol menggeleng "Tidak apa-apa. Saya bukan pasien disini, tidak perlu diperlakukan seperti itu."

Dokter lee hanya tersenyum dan menepuk bahu Seungcheol.

"Rumah sakit ini milik saya. Anda tidak perlu mengatur apapun, segera temui Yoongi. Dia menunggu anda."

Dia benar. Ia juga harus segera menemui Yoongi pasti membutuhkan sosok untuk berada disampingnya.

Seungcheol mengangguk dan melangkahkan kakinya agar ia bisa segera sampai dan menemui sang anak.







...







Tiba disana ia sudah melihat Yoongi yang sedang bersandar di kepala ranjang. Saat ia membuka pintu, tatapan Yoongi langsung terlihat. Mereka saling pandang beberapa saat sampai Seungcheol mendekat dan membuat Yoongi menunduk.

"Bagaimana perasaanmu, Nak?."

Yoongi yang mendengar sang Papa memanggilnya langsung berkaca-kaca. Karena sangat rindu, dan sudah lama tidak mendengar kalimat itu sejak pertengkaran beberapa tahun lalu. Ia ingin menangis tapi ia tahan karena gengsi.

"B-baik Pa."

Seungcheol langsung duduk dikursi yang berada disana. Ia mengusap kepala Yoong yang terdapat perban.

"Ini masih sakit?."

Yoongi mengangguk pelan.

"Kita makan dulu ya kamu pasti lemas."

Tidak lama pintu terbuka, perawat masuk membawa baik dengan dua porsi makanan yang tadi diberitahu oleh Dokter Lee.

Seungcheol langsung mengambilnya dan menyendokkan bubur dengan lauk, meletakkannya dihadapan wajah Yoongi agar ia bisa langsung melahap makanan itu.

Tapi Yoongi hanya terdiam. Ia menggeleng lemah.

"Adek mana Pa?."

Seungcheol diam. Ia menurunkan tangannya yang semula ada diudara. Lalu menghela napasnya pelan.

"Adek lagi istirahat dulu. Nanti kesini. Kamu makan dulu ya nak?."

Yoongi tetap menggeleng "Adek ajak makan juga Pa kasian pasti belum makan."

Itulah yang biasa dikatakan Yoongi saat ia menolak masakan Bibinya dirumah dan selalu menyuruh sang asisten rumah tangga untuk membawa makanan ke kamar Jin. Meskipun ia sering kasar pada Jin namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia menyayangi adik satu-satunya itu.

Seungcheol sedih. Ia juga sebenarnya ingin makan bersama dua anaknya, tapi bagaimanapun dia tidak bisa memaksa keadaan.

"Udah adek tadi dianterin sama suster buat makan."

"Yoongi mau ketemu adek dulu Pa. Ayo antar!," ucapnya sambil mencoba untuk turun dari ranjang, tapi segera Papanya berdiri untuk mencegah.

"Adek tidur sayang. Jangan ganggu dulu, kasihan. Kamu juga perlu istirahat karena baru beres operasi."

Yoongi kesal, padahal ia ingin bertemu sang adik untuk mengucapkan selamat.

"Biarin adek kamu istirahat ya? Dia habis transfusi darah buat Yoongi. Jadi tidur dulu sebentar biar seger lagi."

Baru saja Yoongi ingin memberikan kalimat yang bisa ia pakai agar keluar dan menemui Jin, tapi mendengar itu ia malah mengurungkan niat.

Karenanya Jin jadi harus mendonorkan darah untuknya.

Terpaksa ia kembali bersender dan makan disuapi Seungcheol.

"Nanti kalo adek bangun langsung kesana ya Pa?."

Seungcheol hanya tersenyum dan mengangguk. Padahal ia ingin menangis dan demo pada tuhan mengenai takdir sang anak yang begitu jahat.
























TBC



😔

Continue Reading

You'll Also Like

508K 37.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
66.5K 7.6K 44
Kim seokjin adalah anak yang membutuhkan kasih sayang dari sebuah keluarga, Tinggal bersama orang yang dia anggap hyung tapi tak pernah menganggap ny...
53.2K 4.3K 16
Sequel dari The Ruler Of The Element
10.8K 1.5K 12
[C O M P L E T E D] Jangan salahkan Namjoon jika jalur yang dia pilih itu salah. Karena menurut Namjoon dia tidak salah. Yang salah di sini adalah ke...