Ayana โˆš

By queenqurrotaayun

5.8K 409 6

{ End } Baca sampe ending. Jangan di loncat bacanya. Karena yang greget asa di tengah-tengah. Jangan lupa vot... More

Telephone dari seberang Provinsi
Cirebon, Ayana On the Way!
Bertemu
Salah Paham
Penjelasan
Pendekatan
Makam Sunan Gunung Jati
Outbound Siwalk
Keraton Kanoman
Wanawisata Ciwaringin
Bukit Gronggong
Calon Menantu
Meneduh
Kost Sementara
Couple Batik
Berkunjung ke Rumah Mama'
Kota Santri, Ayana Kembali!
Boy dan Putra
Keputusan
Khitbah
Harun
Wedding Ayana Putra
Ending
Epilog

Buah Tangan

61 8 0
By queenqurrotaayun

Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Harun menemui Ayana yang tengah berdiri bersender di samping motor miliknya. Harun menatap Ayana dari kejauhan. Kerudung yang di gunakan oleh Ayana berhembus ke samping kanannya. Entah kenapa, angin pagi ini terasa berhembus sangat kencang.

Membaca qur’an secara diam menjadi rutinitas Ayana selama ini saat dia berada di luar ruangan. Ayana memejamkan kedua netranya untuk membaca beberapa ayat-ayat suci tanpa memerhatikan orang di sekitarnya. Mulutnya berkomat-kamit melafadzkan hafalannya selama ini.

Hampir lima menit Ayana memurojaah hafalannya. Merasa ada yang memerhatikannya sedari tadi, akhirnya Ayana memutuskan untuk membuka kedua netranya. Sekali, dua kali Ayana mengerjapkan kedua netranya guna menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya.

Perlahan Ayana menolehkan kepalanya ke arah samping, letak di mana dia merasa di awasi oleh seseorang. Dan benar saja, kini ada Harun yang tengah memandangnya sembari tersenyum manis ke arahnya. Menyadari kehadiran Harun di sampingnya, Ayana membalas senyum Harun dengan tidak kalah manisnya.

“Udah dari tadi?” tanya Ayana canggung karena merasa di pandang dengan intensif secara dekat oleh Harun.

“Enggak kok, santai aja. Kamu mau aku semakin?” tawar Harun.

“Eh, enggak usah. Belum lancar aku,” tolak Ayana.

“Ya udah, ayo kita pulang dulu.”

“Iya ayo.”

Setelah beranjak dari makam, Harun tidak membawa Ayana pulang ke rumahnya. Ayana yang tidak mengerti alur jalan pulang ke rumah Harun hanya diam saja. Mulutnya berkomat-kamit melanjutkan hafalannya. Sesekali Ayana menoleh ke arah ponselnya kala dia melupakan harakat, huruf, ataupun kalimat serta urut-urutan selanjutnya hafalan yang tengah dia baca.

Tanpa Ayana sadari, Harun tersenyum sendiri saat dia sesekali memandang wajah Ayana yang fokus ke depan sembari mengucapkan sesuatu tanpa suara. Ingin rasanya Harun selalu bersama Ayana seperti ini tanpa ada sebuah halangan lagi.

Namun Harun memahami, belum sekarang saatnya dia bersama dengan Ayana. Suatu kepastian yang akan Harun harapkan adalah saat dia nanti bisa menikah dan memiliki beberapa anak, Harun dan Ayana selalu bersama. Hidup bahagia dengan sebelumnya mendapat restu dari keluarga. Baik dari pihak Ayana maupun Harun sendiri. Bahkan dengan membayangkannya saja senyum Harun semakin lebar, apalagi jika memang hal itu terjadi.

“Kakak kenapa senyum-senyum?” tanya Ayana heran saat tak sengaja irisnya mendapati Harun tengah senyum-senyum sendiri di atas motor yang di kendarai olehnya.

“Kamu tau nggak?” Ayana diam menunggu kelanjutan ucapan dari Harun. Namun beberapa detik berlalu, Harun masih juga belum melanjutkan ucapannya.

“Apa?”

“Kamu itu seperti oksigen di dalam hidupku. Senyummu, tawamu, membawa kebahagiaan tersendiri untukku. Tapi, tanpa adanya kamu, mendengar suara tangismu membuat hatiku menjadi teriris.” Wajah Ayana memanas kala mendengar penuturan dari Harun.

“Gombalmu receh banget!” celetuk Ayana mengelak menahan rasa gugupnya.

“Kita mau kemana kok nggak sampai-sampai?” tanya Ayana karena merasa bahwa sedari tadi mereka menaiki motor tidak juga sampai rumah milik Harun.

“Jalan-jalan,” jawab Harun santai.

“Kak, bukannya tadi kita udah ngelewatin jalan ini ya?”

“Emang.”

“Terus?”

“Mau berduaan sama kamu tanpa di ganggu orang aja,” jawab Harun sembari terkekeh.

“Ngaco kamu. Yang ada bensin kamu habis sia-sia! Dosa kita bertambah juga! Anterin aku beli oleh-oleh aja mau nggak?”

“Boleh deh, kamu mau beli apa?”

“Terserah kamu aja. Aku nggak tau oleh-oleh khas Cirebon apa aja.”

“Pegangan.”

“Belum makhrom!”

“Bayangin aja.”

“Nanti dosa!”

“Aku halalin sekarang.”

“Aamiin, Eh!” Harun terkekeh geli mendengar penuturan spontan yang di ucapkan oleh Ayana. Sedangkan Ayana sendiri menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah guna mengusir secara halus rasa malu yang menjalar di tubuhnya.

Hanya butuh waktu beberapa menit saja Harun dan juga Ayana sampai di toko pusat oleh-oleh. Beberapa macam makanan sudah terpampang jelas di beberapa rak makanan yang memang sengaja sudah mereka siapkan.

“Kak, bantuin milih makanan apaan dong buat orang rumah,” rengek Ayana karena bingung harus memilih apa untuk buah tangan keluarganya.

“Tomcir aja sih buat makanannya, kalau minumannya bisa Jeniper atau sirup Tjampolay.”

“Tomcir?”

“Iya, Atom Cirebon. Makanannya hampir sama sih seperti kue bakpia Jogja, tapi jelas ada bedanya.”

“Emang apa bedanya?”

“Tempatnya kamu beli. Kalau Bakpia Jogja belinya di Jogja. Kalau Atom Cirebon belinya di Cirebon. Kalau …” Harun menunda ucapannya.

“Kalau?” tanya Ayana penasaran.

“Kalau kamu belinya di depan penghulu,” goda Harun. Ayana tersipu malu mendengar rayuan gombal dari Harun. Dengan segera, Ayana melangkahkan kakinya menjauh dari tubuh Harun yang kini tengah bergetar karena tertawa akan sikap malu-malu yang di tunjukkan oleh Ayana.

Usai mengambil beberapa kue dan di taruh di keranjang yang sudah di siapkan oleh toko, Ayana bergerak menjauhi Harun yang tengah berdiri memandangnya. Sungguh Ayana masih merasa kesal saat ini, bukannya Harun meminta maaf karena telah menggodanya tadi, Harun justru malah menggodanya dengan berbagai gombalan-gombalan receh yang entah dia dapatkan dari mana asal-usulnya. Namun, tak dapat Ayana sangkal bahwa hati Ayana sekarang tengah berbahagia karena bisa sedekat ini dengan Harun setelah sekian lama.

Masih ada beberapa orang lagi yang mengantre untuk membayar barang belanjaan oleh-oleh mereka. Sinar mentari menunjukkan bahwa hari semakin siang. Tak terasa bahwa hari ini adalah hari di mana Ayana berada di Cirebon. Hari di mana Ayana terakhir kali bertemu dengan Harun di Cirebon.

Jika waktu dapat di putar kembali, rasanya Ayana ingin lebih lama lagi bisa berada di Cirebon. Rasa cinta nan rindunya semakin kuat saat bertemu dengan Harun beberapa hari ini. Astaghfirullah, Ayana menyebut istighfar beberapa kali untuk menghilangkan pikiran-pikiran kotor yang akan menjerumuskan mereka berdua menuju ke neraka.

Ayana tak mampu membayangkan bagaimana reaksi dari kedua orang tuanya jika mereka berdua mengetahui bahwa anak sulungnya tengah jalan berduaan di tempat orang. Walaupun tempat yang mereka kunjungi selalu ramai pengunjung, namun hal itu masih menjadi hal tabu dalam diri Ayana.

Ayana tidak ingin munafik. Ayana menyukai saat-saat bersama Harun. Ayana bahagia bisa selalu bersama dengan Harun. Namun hal itu merupakan hal pertama dalam kehidupannya. Pasalnya selama ini Ayana tidak pernah jalan berdua dengan seorang lawan jenisnya. Kalaupun Ayana pergi jalan-jalan bersama temannya, itupun bersama dengan Ratna sahabatnya semenjak menginjak Sekolah Menengah Pertama. Dan juga Ela, sahabatnya di masa putih abu-abu.

Semua yang di lakukan oleh Ayana sejak berada di Cirebon-pun juga di ketahui oleh Ratna dan Ela. Dari awal bagaimana Ayana dan Harun kembali bertemu setelah sekian lama. Saat Harun tengah salah paham dengan dirinya. Saat mereka berdua jalan-jalan menyusuri kawasan pariwisata berdua. Saat Harun meminta kesempatan kedua. Dan masih banyak lagi cerita Ayana pada Ratna dan Ela tentang Harun, bersyukurnya Ayana karena saat Ayana mengatakan bahwa dia dengan Harun sudah kembali bersama Ratna dan Ela juga ikut bahagia, walaupun sebelumnya ada omelan-omelan yang membuat Ayana menjadi terkikik.

Usai membayar tagihan belanjaan yang Ayana beli, Ayana dan Harun kembali pulang ke rumah Harun lantaran Dila masih belum berada di rumahnya. Lagi-lagi Ayana menolak saat Harun ingin membayarkan belanjaannya, dan alasannya pun masih sama yaitu karena Ayana merasa tidak enak jika mereka bukan seorang saudara ataupun orang terdekatnya.

-----o0o-----

Dosa itu ada. Semua orang pasti pernah melakukannya, walaupun dengan cara yang berbeda. Satu yang harus kita ingat. Sejauh serta sebanyak apapun kita melakukan dosa, Tuhan pasti memaafkannya. Dengan syarat kita bersungguh-sungguh ingin memperbaiki dosa kita.

-----o0o-----

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.8M 231K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 101K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
302K 17.9K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
2.6M 141K 62
"Walaupun ูˆูŽุงูŽุฎู’ุจูŽุฑููˆุง ุจูุงุณู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุงูŽูˆู’ุจูุงูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ุนูŽู†ู’ ูˆูŽุงุญูุฏู Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...