ARGARAYA

Af adanysalsha

144K 21.1K 147K

"Mulai hari ini, lo jadi babu gue di Sekolah!" ucap Arga dengan sorot mata menajam kepada Raya. Mere

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21

BAGIAN 3

10.3K 1.5K 14.2K
Af adanysalsha

KEMBALI LAGI DI PART 3, BERSAMA AUTHOR SALSHA☺❤️

Jangan lupa vote dulu ya👍

Absen dong, kalian dari provinsi mana?

Jangan lupa putar lagu bucin💘

•••

Sekitar pukul delapan malam, Arga keluar menggunakan motornya. Ke mana lagi jika bukan ke tempat tongkrongan biasanya. Tempat di mana dirinya bisa bebas melakukan apapun sesuka hatinya.

Tongkrongannya kadang suka berpindah tempat. Kali ini, posisinya tepat di sebrang kafe, di mana di sana sudah berkumpul sekitar lima orang, dua di antaranya adalah sahabat terdekat Arga sekaligus teman sekelasnya, Jep dan Hero.

"Dateng juga lo, ga di cegat bokap?" tanya Hero sambil memukul bahu Arga akrab.

"Gausah sentuh-sentuh!"

"njay, pms lo?" sahut Noval, cowok berhodie coklat, satu sekolah dengan Arga, namun Noval sudah kelas dua belas, satu tingkat di atas Arga.

"Paling berantem ama bokapnya lagi, ye kan, Ga?" tebak Zay.

Zay dan Noval adalah teman sekelas.

"Alah, diem lu pada. Cuma gue yang bisa nebak, nih orang kenapa jadi bad mood. Gara-gara cewe kan lo?" tebak Steven, cowok yang setara dengan Arga, cakep dapat, nakal dapat, berduit jangan di tanya. Hanya saja, Steven dan Arga beda sekolah.

Mendengar ucapan Steven, Arga menatapnya sinis. "Yakali, anjing."

"Gak akan ada yang bisa nebak, kecuali gue." sahut Jep sambil menaikan kedua alisnya, bangga.

"Diem ga lo! Gue bunuh lo ya! Dan lo juga gak akan bisa tebak, gausah sok-sok jadi peramal lah. Mending bahas, gimana soal Nanda si setan itu!" ucap Arga dengan nada emosi.

"Nanda ngajak lo duel." ucap Zay enteng.

Arga langsung tersenyum sinis, "Bocah tengil."

"Sebelum lo ke sini, dia dateng. Terus dia ngasih tau, kalo lo jangan suka ikut campur sama urusan SMA 01." Steven menambah.

"SETAN!" dengan cepat Arga memakai helmnya, lalu menaiki motor, berniat ingin menemui Nanda.

Dengan cepat, Teman-temannya langsung menahan tangan Arga.

"Woi, woi..."

"Nanti aja bjir."

"Sabar Ga. Lo jangan maen hakim sendiri. Maen hakim rame-rame, dong, gue mau juga." ceplos Jep sambil melipat ujung bajunya.

"Bener tuh, gue udah lama gedeg anjeng sama tuh banci." Steven tak kalah geram.

"Turun Ga, turun. Ntaran ajalah, kita buat rencana dulu. Gak nantang bro kalo langsung nemuin tuh banci." ucap Noval, hingga membuat Arga berdecak kesal.

Arga pun turun dari motor. "Ya, gue gak bisa diem aja lah. Dia nantang gue, ya kali gue diem."

Tiba-tiba Jep dan Hero melongo, menatap seseorang dari kejauhan. Lalu mereka berdua kompak menepuk bahu Arga.

"Ga, ga, ga..." ucap Jep dan Hero yang matanya masih terus menatap orang itu dari jarak jauh.

"Apasih, anjing!" Arga menyentak kasar tangan kedua temannya.

"Itu bukannya si cupu ya?" tunjuk Hero.

"Ho'oh. Hobi lo depan mata lo Ga. Gangguin sana, gue paling demen liat lo gangguin dia. Tadi kan kita gak sekolah, lo pasti lah rindu banget sama dia kan." tambah Jep.

Arga menatap lurus dengan apa yang di lihat Jep dan Hero sekarang. Begitu pun dengan Zay, Noval, dan Steven yang ikut menatap ke sebrang jalan, di mana seorang perempuan sedang berjalan sendirian sambil menenteng sebuah paperbag putih di tangannya.

"Malah di tatap, bukan di samperin." senggol Jep pada tubuh Arga.

Arga tersentak kaget. Kenapa dirinya malah menatap lama seperti itu. Benar juga yang Jep dan Hero katakan. Ini adalah kesempatannya menganggu Raya. Bukan menjadi hal baru lagi bagi dirinya. Karena ini sudah menjadi kebiasannya.

Dengan cepat, Arga menyisir rambutnya dengan satu tangan ke belakang, lalu memperbaiki kaos hitamnya, dan tersenyum miring.

Ya, kini ia berjalan dengan santai mendekati gadis yang masih setia berjalan dengan sangat lambat.

Kelima temannya kini menatap kepergian Arga dengan senyuman khas mereka masing-masing. Arga, cowok dengan tingkat kepedean di atas rata-rata kini menaklukan seorang cewek cupu? Keren juga.

"CEWE CUPU!"

Raya mematung seketika, lalu matanya melirik sedikit ke arah samping, di mana seorang cowok sedang berjalan ke arahnya dengan tatapan dingin.

Mampus! Dia lagi!

Raya memejamkan matanya sebentar, lalu membukanya dan berjalan dengan cepat, berusaha mengabaikan panggilan menyeramkan itu.

"BERHENTI!"

Entah kenapa kaki Raya langsung berhenti dalam hitungan detik.

Perlahan, Raya berbalik. Berusaha memasang wajah kesalnya. "Kenapa lagi? Aku mau cepet-cepet pulang."

Arga melirik paperbag putih di tangan Raya. "Apaan tuh?"

"Kepo banget sih."

"Apa kata lo?" Arga menatapnya penuh intimidasi.

Dengan cepat, Raya menggeleng. "Nggak, bukan apa-apa. Dan ini makanan punya kakak aku, dia minta tolong beliin..." jawab Raya dengan suara mengecil.

Hap!

Arga langsung mengambil paperbag itu dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

Sontak Raya melotot kaget.

"Mau ini balik? Ikut gue!" perintah Arga yang kini berjalan mendekati teman-temannya lagi sambil membawa paperbag tersebut.

"Eh," Raya melongo, menatap Arga yang dengan santainya mengambil paperbag miliknya. Bisa gawat, jika ia terlambat pulang, kakaknya pasti akan marah besar.

Aduh, gimana nih? Gue nggak bawa HP lagi...

Raya benar-benar bingung, rumahnya juga lumayan jauh dari sini. Bagaimana ia sampai lupa dengan ponselnya? Kalau ponsel itu ia bawa, pasti ia bisa minta bantuan Wino.

"Lo mau ke sini, atau paperbag ini hancur di tangan gue?" ancam Arga.

Dengan cepat, Raya mendekati Arga yang kini sudah duduk di atas motor, membuat semua teman Arga hanya bisa menjadi penonton setia mereka sambil menahan tawa.

"Ke-kenapa aku di ajak ke sini?" tanya Raya sambil menatap satu persatu teman Arga, berdiri sendiri sebagai seorang perempuan ditengah enam orang laki-laki. Ini sangat canggung.

"Yaelah Ray, kayak nggak tau Arga aja, woles aja kali." kekeh Jep yang kini langsung di toyor oleh Arga.

Tak!

Jep mengaduh sakit.

"Cantik juga." ucap Steven sambil menatap Raya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Mata lo gua tusuk ya anjing!" tunjuk Arga dengan penuh emosi ke arah Steven yang kini tertawa.

"Gila-gila... Arga, mantap Ga... Lanjutkan usahamu." sambung Zay yang kini bertepuk tangan.

Raya mulai merasa tak nyaman, "Balikin paperbag nya. Kakak aku udah nunggu di rumah." pinta Raya dengan suara kecil.

Selesai menyalakan rokok dan menghisapnya, Arga segera mengecek isi paperbag milik perempuan itu.

"Nasi goreng?" ucap Arga sambil menatap remeh makanan tersebut.

"Kenapa emangnya? Semua orang punya selera yang berbeda-beda!" gertak Raya dengan nada tak suka.

Mendengar ucapan Raya, raut wajah Arga jadi berubah. Lalu ia menatap penuh ke arah Raya tanpa berkedip. "Kalo selera gue elo, gimana?"

Deg!

Raya terdiam.

Tak hanya Raya yang diam, semuanya kini menatap Arga dengan tak percaya.

Arga tersadar dari ucapannya barusan. Dengan cepat ia bergidik ngeri lalu tertawa meremehkan. "Yakali, selera gue cupu kayak lo, gak gak gak!" Arga menggeleng ogah, "tolong abis ini jangan halu!"

Raya menatapnya Arga dengan penuh kekesalan. Setelah itu, ia menarik kasar paperbag itu dari tangan Arga, lalu segera pergi berlari, menjauh tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Arga terdiam melihat kepergian Raya.

"Gila Ga, dia juga punya perasaan kali." ucap Zay sambil di angguki oleh yang lainnya.

Dan Arga hanya bisa diam dan terus menatap kepergian Raya.

"Kalo kata gue sih, lo udah keterlaluan bro." tambah Steven.

"BACOT LO PADA! SETIAP HARI JUGA GUE TINDAS DIA, SAMPE SEKARANG BIASA AJA. JANGAN PADA SOK JADI JAGOAN DAH, GUE JUGA GAK SAMPE MUKUL DIA, KAN!" gertak Arga emosi.

Kelima temannya hanya bisa diam dan menghela napas dengan apa yang Arga ucapkan.

Setelah itu, Arga segera memakai helm dan menaiki motornya. Tanpa mengatakan apapun, ia mengegas motornya, berlalu pergi meninggalkan lima temannya.

Jangan berharap apapun pada Arga, karena laki-laki itu tentu saja pulang ke rumahnya. Tak ada niat sedikit pun untuk menemui Raya.


***





Pagi ini, Arga mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia melaju kencang hingga di setiap persimpangan, saat di lihat tidak ada polisi yang berjaga, ia dengan mudahnya menerobos lampu merah.

Matanya memicing saat melihat genangan air yang berada di tengah jalan, kesempatannya untuk bergaya di atas genangan itu dengan ban motor canggih miliknya.

Dengan penuh tantangan, ia terus memicing dan mulai memainkan gas. Dan pada hitungan ketiga, dirinya melesat penuh aura.

Tiba-tiba...

Sittt!

Brak!

Mampus!

Dirinya langsung mengerem motornya mendadak tepat di depan seorang perempuan berseragam sekolah yang sama dengannya.

"Arga?"

Arga menatap ke belakang dan menahan kaget.

Raya!

Seluruh tubuh Raya kini di basah kuyup. Mata perempuan itu juga tak bisa berbohong, bahwa ia seperti akan menangis.

Arga gelagapan.

Ia benar-benar bodoh, melakukan tindakan seperti anak kecil yang baru saja melihat air.

Agak kasihan melihat Raya yang kini sudah basah kuyup. Namun, harga diri Arga lebih penting untuk saat ini.

"Makanya, lo jalan pake mata lah! Mata lo di mana, ha? Jangan suka cari gara-gara lah sama gua!" ucap Arga emosi.

Raya melongo.

"Kamu yang salah Arga. Kenapa jadi aku? Aku bahkan jalan di tepi, kamu yang ngendarai motor____"

"Udah-udah! Bawel banget sih lo jadi cewek! Basah dikit doang kok, ntar juga kering. Jangan memperkeruh keadaan!" tegas Arga dengan tatapan kesalnya pada Raya.

Raya tak bisa berkata-kata lagi.

Karena Raya diam, Arga memilih memasang kaca helmnya kembali, setelah itu ia kembali menyalakan mesin motornya dan melaju, meninggalkan Raya yang kini menahan air matanya.

Kini Raya berusaha membersihkan seragam sekolahnya dengan tisu yang ia bawa, namun hasilnya tetap sia-sia.





***






Tetap saja, saat sampai di sekolah, seluruh pasang mata menatap dirinya dari ujung kaki hingga kepala. Air ini benar-benar tidak kering secepat itu.

Raya tidak membawa jaket maupun penutup lainnya untuk menutupi seragamnya yang basah.

Jika ada Wino sewaktu berangkat ke sekolah tadi, mungkin Wino punya ide untuk hal ini, namun Wino menyuruhnya berangkat lebih dulu karena Wino akan ke bengkel sepeda, mungkin saja sepedanya kembali bocor karena kemarin ia naiki.

Raya hanya bisa berjalan dengan tertunduk hingga sampai di kelas.

Pada saat ia masuk ke dalam kelas, ia langsung di tatap tajam oleh seorang perempuan. Perempuan itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu tersenyum miring.

Dan ya, kini ia berdiri, mendekat ke meja Raya. Baru saja Raya ingin duduk di kursinya, Echa berteriak.

"EW! LO DARI KUBANGAN MANA? PAKAIAN LO!" teriak Echa melebih-lebihkan, padahal pakaian itu tidak kotor, hanya basah.

"Gak sengaja kena cipratan motor di jalan." jawab Raya sambil melirik ke arah kursi Arga, ya Arga juga menatapnya sekilas.

"OH, TAPI KAYAKNYA KURANG DEH. BENTAR..." Echa berjalan menuju kursinya mengambil sesuatu, dan...

Byur!

"ECHA!" Raya berdiri, lalu menatap pakaiannya yang kembali basah. Kali ini, air tersebut bercampur dengan warna merah.

Ya, ini adalah jus stroberi.

Satu kelas di buat kaget dengan tindakan Echa.

"ITU BALESAN BUAT LO! LO HARI INI PIKET RAY! DAN LO DATENG LAMA BENER, GUE SAMPE DI SURUH PENJAGA SEKOLAH TADI BUAT BUANG SAMPAH KE HALAMAN BELAKANG, LO PIKIR GUE GAK JIJIK APA BUANG SAMPAH SEGITU BANYAKNYA! LO EMANG GAK ADA TANGGUNG JAWAB SAMA SEKALI!" gertak Echa memaki penuh emosi.

Raya menahan kaget dengan ucapan Echa. "Cha, kemarin sore aku udah piket, bahkan aku sendirian naikin semua kursi ke atas meja!"

"Jadi lo bangga udah ngelakuin semuanya? Hah?" gertak Echa lagi.

Raya meremas rok yang ia kenakan, matanya mencoba menahan cairan yang akan keluar sebentar lagi.

"LAIN KALI MAKANYA LO KERJAIN SEMUANYA. KAN LO YANG PALING RAJIN DI KELAS INI___"

BRAK!

Echa berhenti berbicara, ia dan yang lainnya menahan kaget dengan lemparan kursi yang baru saja di lakukan oleh seorang laki-laki.

Dan ya, Echa kaget saat tahu itu Arga.

Arga kini berdiri sambil memasukan kedua tangannya di saku celana. Matanya melirik tajam ke arah Echa.

"KALIAN SEMUA BISA DIAM GAK! SETAN!" teriak Arga penuh emosi.

Akhirnya Raya meneteskan air matanya setelah ia tahan sejak tadi. Kini ia segera berlari keluar kelas sambil terisak dengan tangisannya.

Melihat itu, Arga menatap kepergian Raya. Lalu dengan langkah berat, ia pun mengikuti Raya.





***



Arga terus mengikuti Raya di Koridor. Lama-lama Arga kesal, karena Raya tampak belum tahu, kemana tujuan dirinya berjalan, dengan cepat, Arga menarik tangan Raya, membawa perempuan itu ke suatu tempat.

Raya tersentak kaget.

Ia tahu kini banyak orang yang sedang menatapnya karena Arga menarik tangannya entah ke mana.

"Arga, mau ke mana? Ga, lepasin!" Raya berhenti menangis, lalu ia menahan sakit pada tangannya.

Arga membawanya ke rooftop!

Hingga akhirnya Arga menyentak tangan Raya dengan kasar. Alhasil, Raya kembali menangis saat melihat pergelangan tangannya.

Arga menatap tangan Raya lalu menahan kaget. Sekuat itu kah ia memegang tangan Raya?

"Tangan lo kenapa?" tanya Arga yang agak tertahan, ia tak percaya tangan itu kini tampak membiru. Tapi, ia yakin itu bukan ulahnya. Karena ia tidak sekuat itu menarik Raya.

"Puas kamu kan sekarang?" tanya Raya sambil meneteskan air matanya.

Arga tak menjawab.

"Ulah kamu tadi malam, aku yang kena getahnya. Aku di pukul habis-habisan sama kakak aku karena telat bawain makanan dia, dan kamu bisa lihat pergelangan tangan aku. Setelah itu, apa yang udah Echa perbuat ke aku! Sekejam itu kah dia hanya karena perihal piket?"

Arga benar-benar tak bisa mempercayainya. Raya di pukul oleh kakaknya? Sampai separah itu?

"Kalau hari ini gue bakalan baik ke elo, gimana?"

Raya menatap Arga dengan bingung.

"Khusus hari ini! Dan lo jangan ke geeran, gue cuma kasihan sama lo sebagai bentuk perikemanusiaan!" ucap Arga yang kini melepas kancing baju seragam sekolahnya, membuat Raya menatap kaget.

"Heh! Mau apa, Ga?"

"Diem! Gue bilang."

Arga melepaskan bajunya, dan kini yang tersisa hanya kaos hitam dan celana seragam abu-abunya. Sontak ia langsung melemparkannya pada Raya.

"Ganti baju lo dengan baju gue. Sekarang!"

"Gantinya di hadapan kamu?" tanya Raya dengan polosnya.


Si brengsek VS si polos.

_____________

"Gantinya di hadapan kamu?"
Yang ada lu di apa2in Arga Ray😭🙏

NEXT? SPAM KOMEN BISA YOOO.

VOTE JANGAN LUPA BESTIE❤️

'''

Follow IG :

@Adany.salshaa
@wattpad.salsha

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

668K 49.1K 31
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
6.5M 215K 74
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.9M 168K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
2.4M 142K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...