Haii aku come back again👋
Btw apa sih yang buat kalian masih bertahan sama cerita ini?
Mana nih yang nagih buat update? Jebolin notifikasi yuk! Aku mau liat seberapa antusias kalian.
Komentar disetiap paragraf lagi ya. Aku suka!
Happy Reading ❤
--
Gevandra membuka matanya saat cahaya matahari menembus masuk ke retina matanya melalui celah gorden.
Cowok itu mengernyit bingung saat berada di tempat yang begitu asing. Kemudian ia teringat akan kejadian kemarin.
Gevandra menatap Liora yang tidur begitu pulas dihadapannya. Mata gadis itu terlihat begitu sembab.
Mengingat kejadian kemarin, hati Gevandra sakit. Harusnya ia tidak melakukan itu. Tapi kemarin ia kehilangan akal sehatnya. Ia tidak bisa berfikir jernih. Tapi ia juga senang, dengan itu Liora nya tidak pergi. Tidak akan pergi.
"Maaf sayang," Gevandra mengusap rambut Liora. Ia menghembuskan nafas pelan, lalu mencium dahi Liora lama. Setelah itu ia bangun dari tidurnya. Ia menaikkan selimut Liora sampai sebatas leher gadis itu. Lalu bergegas menuju kamar mandi.
Setelah mandi, Gevandra berjalan menuju dapur. Membuat sarapan untuk ia dan gadisnya. Ia membuat nasi goreng karena terbatasnya bahan masakan.
Setelah nasi gorengnya matang, Gevandra membawa dua piring nasi goreng ke atas meja makan. Sembari tersenyum, ia berjalan menuju kamar untuk melihat gadisnya.
Sampai dikamar, senyumnya langsung pudar saat melihat gadisnya menangis lagi. Gadis itu masih dalam keadaan berbaring. Tubuhnya bergetar hebat, menahan sekuat tenaga agar tak bersuara.
"Sayang," Gevandra duduk disamping Liora. Ia mengusap rambut gadis itu, "Kenapa?"
Kenapa gundulmu!
Liora meringis saat hendak bergerak. Perih dan ngilu menjadi satu.
Gevandra membantu Liora untuk duduk. Lalu cowok itu membawa Liora kedalam dekapannya. "Sakit banget ya?"
Liora mengangguk pelan.
Gevandra menarik nafas panjang, "Jangan nangis lagi. Please."
Liora masih saja terisak. Ia begitu menyesal. Kenapa kemarin ia tidak bisa melawan?
Gevandra melepas pelukannya. Cowok itu mengusap air mata Liora, "Kamu mandi terus sarapan nanti kamu pakai baju aku. Aku udah buat nasi goreng. Hari ini kita nggak usah sekolah dulu."
Liora mengangguk. Saat gadis itu hendak turun dari ranjang, Gevandra langsung menggendongnya ala bridal style. Membawa Liora menuju kamar mandi.
"Kamu mandi dulu," Ujar Gevandra setelah menurunkan Liora di kamar mandi, "Aku siapin baju kamu."
Liora hanya mengangguk. Setelah itu Gevandra keluar dari kamar mandi dan Liora mulai mandi.
Setelah selesai mandi, Liora berjalan dengan pelan menuju kamar. Gadis itu memakai pakaian Gevandra yang sudah cowok itu sediakan diatas tempat tidur.
Celana pendek dan juga kaos yang begitu kedodoran ditubuhnya. Yang penting ia berganti baju. Nyatanya dari kemarin ia masih memakai seragam sekolahnya.
Ia menyepol rambutnya asal. Bahkan gadis itu tidak sisiran.
Setelah selesai, Liora keluar dari kamar dan berjalan menuju meja makan. Disana Gevandra sudah menunggunya.
"Silahkan duduk tuan putri," Gevandra menarik kursi untuk Liora duduk. Kemudian ia duduk disamping gadis itu.
Liora makan dengan tidak selera. Gadis itu hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Nggak enak ya?" Tanya Gevandra karena melihat Liora tidak memakan makanannya.
Liora hanya tersenyum tipis. Lalu gadis itu kembali mengaduk-aduk makanannya.
Gevandra tidak bertanya lagi. Cowok itu memaklumi gadisnya. Bagaimanapun juga ini karena salahnya.
"Aku ke kamar dulu," Ujar Liora. Lalu gadis itu berjalan menuju kamar.
Gevandra mengangguk. Cowok itu menatap kepergian Liora dengan pandangan sendu. Kemarin ia tidak memikirkan bagaimana perasaan gadisnya.
Liora duduk di sebuah kursi menghadap ke luar jendela. Gadis itu hanya melamun. Seharian ini, Liora jadi pendiam.
Banyak hal yang kepalanya pikirkan. Harusnya kemarin ia bisa melawan. Harusnya kemarin ia tidak datang ke apartemen Gevandra. Lebih baik dibunuh daripada di ambil kehormatannya secara paksa. Apalagi oleh orang yang bukan seharusnya.
Ia ingin pergi dari sini. Ia ingin pergi dari Gevandra. Tapi jika nanti ia hamil, nasibnya bagimana? Bagaimana nasib anaknya jika terlahir tanpa ayah?
Pergi dari Gevandra pun percuma. Siapa yang mau menerimanya. Ia kotor ia sudah rusak. Ia sudah begitu hina.
Karena menurutnya, Seburuk-buruknya wanita adalah dia yang tidak bisa menjaga kehormatannya sebelum menikah.
Sempat terlintas di benaknya untuk mengakhiri hidupnya. Tapi bagaimana dengan kedua orangtuanya? Mereka pasti akan sangat sedih.
Tapi jika nanti ia hamil, bagimana reaksi kedua orang tuanya? Mereka pasti tidak akan mengakuinya sebagai anak. Mereka pasti akan sangat kecewa dengannya. Bagaimana kalau mereka membencinya?
Menikah? Apa akan di restui? Ia masih kelas dua SMA. Terlalu dini untuk menjalin hubungan itu.
Ia ingin mengubungi teman-temanya. Tapi mereka pasti akan jijik dengan nya. Mereka pasti tidak akan berteman lagi dengannya jika sudah tau keadaannya.
Gevandra membuka pintu kamar pelan. Hati cowok itu tercubit begitu keras. Ia yang menyebabkan gadisnya menjadi pendiam. Ia berjalan menghampiri Liora. Ia mengusap rambut gadis itu.
"Kamu mau makan apa? Dari kemarin perut kamu belum diisi sayang," Ujar Gevandra. Tapi sepertinya tidak didengar oleh gadis itu. Bahkan Liora tidak menoleh.
"Sayang," Panggil Gevandra lembut. Liora hanya menoleh sekilas.
"Mau jalan-jalan?" Tawar Gevandra. Liora menggeleng.
"Mau makan es krim?"
Lagi-lagi Liora menggeleng.
"Mau coklat?"
Liora menggeleng lagi.
Gevandra memutar otaknya. Mencari ide yang tepat.
"Ke toko buku yuk? Kita beli novel," Ujar Gevandra lagi.
Liora menoleh, "Bener?"
Gevandra mengagguk. "Ayok berangkat. Nanti kita beli baju buat kamu dulu."
Akhirnya Liora mengangguk. Gevandra bernafas lega. Lalu keduanya berjalan keluar dari vila menuju mobil Gevandra.
Setelah masuk mobil, Gevandra lansung menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan, Liora masih tetap diam.
Gevandra memarkirkan mobilnya di sebuah mall. Tujuannya untuk membeli pakaian untuk Liora.
"Ayok!" Ajak Gevandra.
"Kamu aja," Ujar Liora. Gadis itu tidak menoleh ke arah Gevandra. Ia hanya memusatkan pandangannya ke luar jendela.
Gevandra menggeleng, "Sama kamu lah. Aku nggak tau kamu mau beli baju kaya apa."
"Terserah."
Jika sudah mengeluarkan jurus seperi itu, saatnya kaum jantan mengalah.
"Yaudah. Kamu tunggu sini, aku cari baju dulu ya," Ujar Gevandra. Liora masih setia pada posisi awal, sama sekali tidak menoleh ke arah nya.
Gevandra turun dari mobil. Cowok itu bergegas mencari pakaian untuk Liora.
Beberapa saat kemudian, Gevandra datang membawa beberapa paper bag yang berisi pakaian untuk Liora.
"Sayang ini kamu pilih mau pakai mana," Gevandra menyerah kan paperbag tersebut pada Liora.
Liora menerima paperbag itu. Lalu gadis itu menatap Gevandra datar, "Keluar."
Gevandra menggeleng. "Aku udah liat semuanya, sayang."
"Anjing!" Umpat Liora sembari menatap Gevandra sengit.
Mendengar umpatan itu Gevandra segera keluar dari mobil. Ia suka jika gadis nya sudah ngegas. Berarti Liora nya sudah kembali.
"Udah!" Teriak Liora saat sudah selesai berganti baju.
Gevandra langsung masuk kedalam mobil. Ia terperangah melihat penampilan Liora. Tidak salah ia membelikan baju itu untuk Liora. Walaupun tanpa make up dan dengan rambut yang berantakan, gadis itu sangat menawan.
"Berangkat!" Sentak Liora. Ia risih ditatap seperti itu oleh Gevandra.
Gevandra tersenyum, "Meluncur nona," Lalu ia mulai menjalankan mobilnya.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di toko buku. Liora segera turun dari mobil. Ia berjalan masuk kedalam toko buku. Ia langsung menuju rak novel.
Ada banyak novel yang ia inginkan. Gadis itu mengambil banyak novel. Walaupun membeli semua buku di toko ini tidak akan membuat Gevandra jatuh miskin kan?
Gevandra tersenyum melihat Liora begitu antusias. Cowok itu diam-diam mengambil foto Liora.
"Bantuin ih!" Ujar Liora pada Gevandra karena keberatan membawa bukunya.
Gevandra terkekeh. Lalu cowok itu mengambil alih tumpukan buku yang dibawa Liora. "Mau apa lagi?"
"Udah," Ujar Liora.
"Segini doang?"
Liora menatap sinis Gevandra. Gadis itu berjalan mendahului Gevandra. Hei, ia mengambil novel berjumlah sekitar 40 buku. Dam itu satu tumpukan tinggi.
Gevandra membawa novel itu menuju kasir untuk membayar. "Saya tunggu di mobil. Nanti tolong bawakan kesana ya," Ujar Gevandra pada penjaga kasir.
Setelah melakukan pembayaran, ia dan Liora berjalan menuju mobil. Beberapa saat kemudian, buku yang mereka beli di antar ke mobil.
Setelah itu, mereka bergegas untuk pulang.
"Ke apartemen aku," Ujar Liora.
"Ke apartemen aku aja ya?" Ujar Gevandra.
Liora melirik Gevandra sekilas, "Aku!"
Gevandra mengangguk. Ia mengalah. Ia tidak mau membuat mood Liora kembali buruk.
🍁