Selamat hari senin semuanya🔥
Happy Reading❤
--
"Gevan bagus banget!" Teriak Liora saat melihat hamparan bunga ditaman. Sepulang sekolah, Gevandra mengajak Liora pergi ke taman.
Agar gadisnya tidak larut dalam ketakutannya. Agar gadisnya bisa tersenyum dengan lepas. Ia sudah bosan melihat air mata Liora seharian ini.
Karena hal yang paling tidak ia suka di dunia ini adalah melihat perempuan yang ia sayang menangis. Air mata gadisnya adalah kelemahannya.
Tadi sebelum ke taman, mereka pulang ke apartemen utnuk berganti baju. Rasanya kurang puas jika main masih memakai seragam.
"Suka?" Tanya Gevandra.
"Suka banget," Liora mengangguk semangat, "Fotoin dong! Bagus banget ini."
Gevandra mengangguk sembari mengusap kepala Liora, "Siap sayang."
Lalu Liora mulai berfoto dengan berbagai gaya. Selain suka makan, Liora juga suka jika diajak ke taman.
"Liat dong," Ujar Liora setelah lelah berganti gaya, "Aa cantik banget aku!" Teriak gadis itu heboh saat melihat hasil foto Gevandra.
"Kan pacarnya aku. Ya cantik lah."
Liora tersenyum. Kemudian adis itu menggandeng lengan Gevandra, dan menyandarkan kepalanya disana.
Gevandra mencium puncak kepala Liora,"Lanjut jalan lagi yuk," Ajak Gevandra.
Lalu kedua remaja itu melanjutkan berjalan keliling taman dengan jemari tangan yang saling bertautan.
Gevandra tersenyum saat melihat wajah Liora yang kembali ceria.
Lelah berkeliling, akhirnya Gevandra dan Liora beristirahat dengan duduk di bangku taman. Dibawah pohon yang rindang.
"Panas-panas gini enaknya minum yang seger-seger ya," Ujar Liora pada Gevandra sembari mengipas wajahnya dengan tangannya. Sebenarnya itu kode, semoga saja Gevandra peka.
"Iya," Gevandra mengangguk mengiyakan. Bukannya peka, Gevandra malah menyandarkan tubuhnya pada pohon.
"Ih! Nggak peka banget sih!" Liora mencak-mencak sendiri melihat ketidak peka'an Gevandra.
"Kenapa?" Gevandra memasang wajah bingungnya.
"Kinipi," Ujar Liora menye-menye. Dengan bibir yang diperotkan.
Gevandra tertawa melihat wajah imut Liora. Orang cantik mah mau berekspresi seperti apa aja tetap cantik.
"Iya sayang Iya," Ujar Gevandra, "Mau beli es krim?"
Liora mengangguk semangat dengan mata yang berbinar. "Ayo beli ayo."
Kedua remaja itu berjalan menuju kedai es krim yang berada di ujung taman. Setelah membeli es krim, mereka memilih untuk pulang karena hari sudah sore. Keduanya memilih memakan es krim didalam mobil.
"Mau pulang ke mana?" Tanya Gevandra.
"Ke apartement aku aja," Jawab Liora.
"Ke apartemen aku aja ya. Biar aman. Aku takut kamu dapat teror lagi," Ujar Gevandra.
Liora menggeleng, "Kan ada mama yang nemenin aku. Mungkin besok aku ke apartemen kamu, soalnya besok mama berangkat kerja keluar kota."
Gevandra mengangguk, "Yaudah. Kalau ada apa-apa langsung hubungin aku ya."
"Iya sayang," Jawab Liora santai sembari memakan es krim nya. Tidak memperdulikan jika panggilannya memberikan efek yang besar bagi Gevandra.
Buktinya, wajah Cowok itu memerah seperti tomat. Hanya dengan panggilan sayang saja Gevandra sudah kelabakan. Detak jantungnya saja beritme begitu cepat.
"Hm," Gevandra berdeham untuk menetralkan detak jantungnya. Lalu cowok itu mulai menjalankan mobilnya. Tanpa memperdulikan es krimnya yang sudah mencair.
Gevandra menghentikan mobilnya saat sampai di apartemen Liora. "Ayok, aku antar masuknya."
"Nggak usah. Mama udah pulang kok. Tadi udah ngabarin," Ujar Liora.
"Aku antar kamu masuk. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu," Ujar Gevandra tak terbantahkan.
Liora mengangguk pasrah. Ia tahu, kekhawatiran Gevandra adalah bukti besarnya cinta cowok itu padanya.
🍁
Setelah mengantar Liora, Gevandra berkunjung ke kantor ayahnya. Ia sudah tidak sabar mendengar kabar baik hari ini. Gevandra juga belum tahu jika Panji penyebab Liora kecelakaan.
"Pa," Ujar Gevandra sembari masuk kedalam ruang kerja ayahnya. Didalam juga ada Panji dan Irfan.
"Siang om, bang," Sapa Gevandra pada Irfan dan Panji.
"Baru pulang sekolah?" Tanya Jack.
Gevandra menggeleng, "Habis jalan-jalan sama Liora."
"Liora sudah membaik?" Tanya Jack.
"Udah. Tadi dia udah sekolah. Tapi tadi dia dapat teror lagi pa," Jawab Gevandra.
"Di sekolah?"
"Iya. Peneror itu kaya ngikutin Liora," Ucap Gevandra, "Peneror sama penyabotase mobil itu orang yang sama nggak sih pa?"
Jack menggeleng, "Panji, kamu tahu perihal peneror Liora?"
"Kenapa papa tanya sama bang Panji?" Tanya Gevandra bingung.
"Gevan, Panji itu orang yang menyabotase mobil--"
"Anjing!" Gevandra langsung memukul wajah Panji tanpa mendengar kelanjutan Ucapan Irfan.
Panji yang tidak siap jelas saja langsung terjatuh kebelakang.
"Gevan!" Teriak Jack dan Irfan bersamaan.
Tidak cukup dengan sekali pukulan, Gevandra kemabli mendaratkan pukulan di wajah Panji. Membuat wajah lelaki itu lebam. Panji yang memang salah, tidak mengelak ataupun melawan. Ia tau, ia pantas mendapatkan ini.
"Gevan udah!" Jack langsung menarik Gevandra agar menghentikan aksinya. Sementara Irfan membantu Panji untuk berdiri.
Gevandra memberontak dalam cekalan Jack. Wajah cowok itu marah padam. Matanya melotot menatap Panji penuh benci, "Ada masalah apa lo!"
"Panji disuruh sama Jacob. Dan benar, dia masih hidup," Ujar Jack membuta Gevandra mengalihkan perhatiannya pada Jack.
"Jacob?" Lirih Gevandra, lalu cowok itu kembali melihat kearah Panji, "Gimana bisa lo yang lakuin itu! Gue pikir lo orang baik!"
"Jangan marah dulu. Kamu dengerin penjelasan Panji ya," Ujar Jack.
"Maaf Gevan, gue terpaksa. Waktu itu gue nabrak mobil Jacob. Saat gue mau tanggung jawab, dia malah minta gue buat nglakuin ini. Gue terpaksa, karena gue diancam mau di laporin ke polisi. Waktu itu gue nggak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan dia. Gue nggak punya uang sedangkan gue tau dia punya banyak uang. Waktu itu gue nggak mikirin konsekuensi nya."
Amarah Gevandra semakin memuncak. Cowok itu mengepalkan kedua tangannya. Bukan, bukan marah pada Panji tapi pada Jacob. "Kenapa lo nggak bilang sama papa atau sama gue?"
"Waktu itu otak gue buntu. Gue nggak kepikiran sampai sana. Gue Terima kalau gue harus dipenjara Van," Ujar Panji.
Gevandra mengusap wajahnya kasar, "Lo juga yang neror Liora?"
Panji menggeleng, "Perihal itu gue nggak tau. Gue cuma nglakuin sabotase mobil itu."
"Kamu jangan laporin Panji ke polisi. Papa udah ngasih hukuman buat dia agar mencari Jacob. Dan tadi dia sama Irfan pergi cari tempat tinggal Jacob," Ujar Jack.
"Ketemu?" Tanya Gevandra.
"Rumahnya ketemu. Tapi tadi nggak ketemu sama orangnya. Besok kita mau kesana lagi," Ujar Irfan.
"Kalau ketemu, jangan laporin dia kepolisi ya," Ujar Gevandra, "Langsung bawa dia kehadapan saya om."
"Iya Van."
"Bang Panji, pukulan gue tadi nggak sebanding sama sakitnya Liora. Gue belum maafin lo, gue bakal maafin kalau lo udah bawa Jacob kehadapan gue," Ujar Gevandra.
Panji mengangguk. Setidaknya ia masih punya kesempatan untuk dimaafkan oleh Gevandra.
🍁
Kalau misalnya cerita ini terbit, ada yang mau beli bukunya nggak? 😀