Diabolus

Da Dillaft

577K 86.6K 19.6K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... Altro

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Six: Why?
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Sixteen: The Dark Side Of Psycho
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Five: An Aroggant Man
Twenty Six: Not Now
Twenty Seven: Crazy Suggestion
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty One: Crazy Speculation
Thirty Two: An Enemy
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Two: Mystery Of The South
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Five: Cruel Past
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Thirty Five: Wasted Women

17.2K 2.1K 1.4K
Da Dillaft

Setelah pertengkaran mereka kemarin, Lady Bona memilih berdiam diri di ruangan pribadinya hingga menjelang malam. Gadis itu bahkan lebih memilih tidur di sofa, walau Lord Milson diam-diam membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

Entah bagaimana kacaunya kamar Lady Bona karena ulah Lord Milson. Terakhir kali Bona melihat tadi pagi, kondisi kamarnya seperti sarang monster. Begitu berantakan dan penuh abu.

Kata Damares, kamar Lady Bona telah kembali bersih bahkan kelihatan lebih mewah daripada sebelumnya. Lord Milson telah memerintahkan pelayan untuk menangani kekacauan itu. Namun, hingga malam ini, Bona belum mau ke sana.

Tak dapat dipungkiri bahwa diam-diam Lady Bona merasa gundah pula. Entah ke mana lagi Lord Milson malam ini. Pasti pria itu sedang berada di The Black Soil bersama Lord Isaak. Sebab setelah Bona perhatikan, akhir-akhir ini Raja Clan Akennaton itu memang sering pergi ke sana.

Entah apa lagi tujuan busuknya. Yang jelas, Bona benar-benar muak bila memikirkan itu.

"Sudahlah, Nona. Percuma kau merobeknya!" kata Damares jengah.

Lady Bona merobek sebuah surat berwarna merah muda. Tak lama kemudian, surat itu kembali menyatu. Hal itu sudah ia lakukan berulang kali sejak tadi.

Merah muda, warna yang identik bagi kaum wanita bangsawan sosialita di dunia alam bawah. Surat undangan untuknya itu tiba tadi pagi di Clan Akennaton dan tertulis bahwa pestanya dimulai tadi siang.

Lady Bona awalnya tentu merasa senang menerima undangan untuk mengisi waktu luang. Sayang, rasa senangnya harus lenyap setelah tahu bahwa pesta itu diselenggerakan di Clan Dexter.

Lady Bona meremas surat itu kuat-kuat. Lalu kertas itu kembali utuh tanpa kusut sedikit pun.

Lady Bona memicingkan mata. "Pasti pria itu mati tersedak kertas di masa lalunya."

Ada-ada saja cara Lord Gavriel setiap kali mengirimkan surat. Raja Clan Dexter itu selalu berhasil membuat darah Lady Bona mendidih bahkan jika hanya melihat tulisan cakar bebeknya.

Damares geleng-geleng kepala lalu menghela napas. Pria itu berdiri saat pintu ruangan diketuk. Seorang pengawal berbisik menyampaikan kabar padanya.

Damares mengangguk singkat. Sehingga pengawal itu pun pergi.

"Lady Caitlyn datang, Nona." Damares berbalik.

Tak lama kemudian, datanglah Sang selir dari clan elemen alam. Lady Caitlyn masuk dengan senyuman lebar. Gadis itu mengenakan gaun seksi dengan belahan dada yang sangat menonjol.

Lady Bona berdiri dan membungkuk sopan. "Silakan masuk, Lady."

"Kenapa kau tidak datang, Lady? Aku menunggumu. Astaga!" kata Caitlyn kesal.

Lady Bona menghela napas dan kembali duduk di sofa.

"Aku baru saja dari Clan Dexter dan pestanya masih berlangsung sampai sekarang. Kau tidak akan percaya jika mendengar ini. Pestanya sangat meriah dan mewah! Kau tidak boleh melewatkannya! Pria-pria Dexter tampan semua!"

Lady Caitlyn kelihatan begitu senang. Senyumnya langsung memudar begitu menyadari wajah Lady Bona murung.

Lady Caitlyn duduk di sampingnya. "Ada apa?"

"Katanya sering tersenyum itu seperti seorang pelacur, ya?" tanya Bona hati-hati.

"Apa kau bercanda?" Caitlyn tampak kesal. "Ada yang mengataimu begitu?"

Lady Bona gelagapan. "T-tidak!"

Lady Caitlyn memutar bola matanya. "Kalau sering tersenyum saja dianggap pelacur, lalu apa sebutan bagi gadis sepertiku yang sering berganti-ganti pria ini? Nenek moyangnya pelacur, begitu? Siapa pun yang mengataimu seperti itu, dia pasti makhluk paling bodoh di dunia," katanya dengan sedikit tertawa.

Lady Bona tersenyum mendengarnya. Sehingga membuat Damares merasa lega. Tak sia-sia ia mengizinkan Lady Caitlyn menemui tuannya. Sebab selir dari Raja Clan Aneor itu berhasil mengusir kesedihan Bona.

"Sekarang, kau harus siap-siap. Kau tak boleh melewatkan pertemuan wanita sosialita kali ini."

Wajah Lady Bona berubah muram. "Aku tidak mau ke sana. Aku malas menginjak Clan Dexter."

"Malas menginjak clan-nya atau malas melihat rajanya?" Lady Caitlyn menaik-turunkan alis.

"Dua-duanya!"

"Oh, ayolah, Lady. Aku wanita terbuang di sana tanpa kehadiranmu!" rengek Caitlyn.

"Hentikan." Tangan Lady Bona sedikit naik ke atas. "Jangan rayu aku dengan tangisanmu. Air matamu akan mengotori sofaku. Aku tidur di sini malam ini."

Lady Caitlyn sedikit menyeringai. "Tadi kulihat Lord Gavriel selalu saja berdiri di depan aula. Dia...."

"Aku tidak bisa pergi, Lady." Lady Bona menolak dengan halus.

Lady Caitlyn terdiam cukup lama. Namun, ia tidak kehabisan ide. "Kau harus menyaksikan betapa mendebarkannya saat Lady Casmira dan Lady Helena berpapasan. Mereka nyaris berkelahi tiga kali!"

Lady Bona tampak terkejut. "Lady Casmira datang?"

"Ya!"

Lady Caitlyn memang mengatakan yang sebenarnya. Lady Casmira ada di Clan Dexter saat ini. Awalnya, gadis itu pun tak sudi pergi. Namun, Lord Eduardo sendiri yang memberi izin pada Casmira untuk menginjak clan es itu.

Pula saat di pesta, Lady Casmira dan Lady Helena memang nyaris berkelahi. Mereka bahkan tak malu bertengkar dan saling menyinggung di depan semua diabolus.

Lady Bona tentu langsung mengkhawatirkan kakaknya. Bila sudah begini, tak ada pilihan lain selain pergi ke Clan Dexter.

●●●


Lady Bona keluar dari portal bersama Lady Caitlyn. Mereka berjalan di sepanjang halaman istana es Clan Dexter yang tampak begitu mewah. Ada banyak patung makhluk bersayap yang menyambut mata. Bunga-bunga es kelihatan elok bak membentuk taman yang indah.

Kemudian Lady Bona menengok ke bawah, ia berjalan di atas dataran es dan baru sadar bahwa istana Clan Dexter berdiri di tengah lautan yang membeku. Bona begitu terkejut kala melihat ada makhluk raksasa bertentakel yang lewat tepat di bawah kakinya. Itu kraken, peliharaan kesayangan Lord Gavriel.

Mereka masuk ke dalam istana. Lady Caitlyn kembali berulah. Gadis itu mengedipkan mata pada seorang pengawal yang Lady Bona mengakui bahwa wajahnya memang cukup tampan.

"Busungkan dadamu, Lady. Sudah kukatakan untuk memakai gaun yang yang sedikit terbuka," bisik Lady Caitlyn.

Tadi Caitlyn memaksa Bona agar memakai gaun yang memamerkan belahan dadanya. Katanya supaya lebih percaya diri. Namun, Lady Bona tentu tak mau. Ia lebih memilih memakai gaun putih panjang yang tampak elegan di tubuh mungilnya.

"Jangan berulah, Caitlyn. Aku benar-benar akan meninggalkanmu kalau kau menggoda pria lain." Lady Bona balas berbisik dengan kesal.

Lalu saat Lady Bona berbalik, Lady Caitlyn sudah tidak ada di sampingnya. Bona kemudian menengok ke belakang, menatap selir Aneor itu yang berjalan masuk ke dalam ruangan bersama seorang diabolus Dexter.

"Lady Caitlyn!" panggil Bona pelan dengan suara tertahan. Wajah Ratu Akennaton itu tampak memerah kesal.

Lady Bona kembali berbalik lalu dikejutkan dengan keberadaan Yesica.

Yesica melambaikan tangan dengan senyuman lebar yang memperlihatkan gigi taringnya. "Aku senang kau datang, Lady. Kami sudah lama menunggumu," katanya.

Lady Bona tersenyum. "Aku juga senang bertemu denganmu."

Yesica menyeringai lebar. Senyumannya kelihatan menyeramkan. Saat gadis siren itu hendak meraih tangan Sang Lady, Toni melesat begitu cepat dan menyenggol tangan Yesica.

"Seperti biasa, kau selalu menjadi yang tercantik." Toni tersenyum. Pria itu tampak menawan dengan gaya rambutnya yang tersisir rapi. Dia mengecup lembut tangan Lady Bona. "Senang bertemu denganmu, Lady."

Melihat Lord Toni, membuat Lady Bona langsung teringat pada Latia Valeriant. Ingin Bona menanyakan kabar gadis manusia itu. Namun, tertahan kala melihat Sang raja es akhirnya keluar.

Dari ujung koridor, Lord Gavriel berjalan dengan sorot matanya yang begitu dingin. Tatapan mata mengerikannya seolah ingin menikam Lady Bona dari kejauhan.

Dada Lady Bona langsung membuncah penuh emosi kala teringat dengan perbuatan Lord Gavriel tempo hari.

"Maaf jika aku lancang, Lord Toni. Bisakah kau mengantarku ke tempat pertemuan wanita sosialita sekarang? Aku tidak sabar ingin berjumpa dengan teman-temanku," ujar Lady Bona.

"Tentu, Lady." Toni mempersilakan Lady Bona untuk mengikutinya. Meninggalkan Yesica yang tampak cemberut karena keinginannya gagal terpenuhi untuk kesekian kali.

Lady Bona berjalan bersama Toni di sepanjang koridor. Lalu ketika Lady Bona dan Lord Gavriel berpapasan, ia hanya sedikit membungkuk, tetapi tetap berjalan tanpa sedikit pun menatap wajah pria itu.

Sebut saja Lady Bona tak sopan pada Sang tuan rumah. Namun, ia benar-benar sedang tidak ingin dilanda amarah bila berlama-lama menatap apalagi berbincang dengan Lord Gavriel.

Tiba lah mereka di depan aula. "Silakan masuk, Lady. Kuharap kau menikmati pestamu," kata Toni.

"Terima kasih," kata Bona tersenyum lalu masuk ke dalam aula.

Lady Bona mengedarkan pandangan. Ia sungguh terkagum-kagum dengan dekorasi aula istana Clan Dexter. Entah bagaimana bisa ruangan itu tampak begitu berkilau. Dinding aulanya yang terbuat dari kristal es terlihat seperti berlian. Dengan gorden biru yang menggantung cantik di setiap jendela. Serta langit-langit aula yang diperelok dengan lampu-lampu perak dari berbagai ukuran.

Ada banyak wanita bangsawan di sana. Mereka tampak sibuk bercengkrama dengan sorot bahagia. Mereka menyukai pelayanan Clan Dexter yang diliputi akan kemewahan.

Sayang, Lady Bona menjadi satu-satunya gadis Akennaton yang berada di sana. Sebab Lord Victor melarang keras warganya untuk menginjak Clan Dexter.

Sudah lama Lady Bona menyusuri aula raksasa itu. Namun, hingga detik ini ia belum juga menemukan Lady Casmira. Banyak yang menyapa Lady Bona dan dengan senang hati bila Ratu Akennaton itu bergabung bersama kelompok mereka, tetapi Lady Bona hanya bisa tersenyum dan memilih mencari keberadaan kakaknya.

Bona kemudian masuk ke dalam ruangan di ujung aula. Itu ruangan khusus bagi wanita yang ingin memperbaiki riasan atau hal privat lainnya.

Ada banyak cermin di dalam ruangan yang cukup luas itu. Namun, sayang. Lady Casmira tak ada di dalam. Yang Bona dapati hanya perbincangan tak mengenakkan dari dua gadis. Mereka gadis sosialita bernama Lady Olivia dari Clan Akins dan Lady Valerie dari Clan Asten. Mereka sedang mengejek seorang gadis dengan riasan tebal yang menyendiri di sudut ruangan. Itu Lady Alexa.

Lady Valerie mencengkeram kuat tangan Lady Alexa. Sedangkan Lady Olivia terlihat ingin menghapus riasan Lady Alexa dengan sapu tangan.

"Hapus riasanmu, gadis jelek! Astaga. Apa kau bahkan sadar bahwa riasanmu ini sangat menor? Kau mempermalukan wanita sosialita! Aku tidak menyangka mengapa Lady Helena mengizinkanmu bergabung bersama kami," kata Lady Olivia dengan sedikit tertawa.

Lady Bona yang tak tahan melihatnya lantas langsung menepis tangan Olivia. "Aku heran mengapa gadis Akins selalu saja membuat masalah."

Bona kemudian menatap Valerie. Tentu ia mengenal gadis itu. Dia teman baik Lady Casmira. "Beginikah cara gadis Asten memperlakukan seseorang? Coba bayangkan bagaimana nasib keluargamu jika aku melaporkan ini pada Lord Eduardo."

Lady Valerie langsung menunduk takut. "Maaf, Lady. A-aku...."

Lady Olivia tersenyum canggung. "Ayolah, Lady. Jangan ikut campur. Kami hanya bersenang-senang. Kau boleh bergabung kalau mau," katanya. Olivia kemudian menyeringai. "Atau kau juga mau kalau riasanmu kuhapus?"

Lady Bona tampak sedikit gentar. Gadis itu menggenggam tangan Lady Alexa yang tampak gugup untuk segera pergi darisana. Namun, Olivia menahannya.

"Menyingkirlah, Lady!" Lady Bona menghardik dengan marah.

"Kalau tidak apa? Pasti kau akan melaporkanku pada Lord Milson, huh?" ejek Lady Olivia. Tak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar warga Akins memang memendam amarah pada Lord Milson sejak penyerangannya terhadap Clan Akins. Sebab perang itu banyak memakan korban jiwa. Termasuk keluarga Olivia.

"Kalau kau tahu jawabannya, maka menyingkirlah," desis Lady Bona dengan tatapan tegas.

Lady Olivia tampak geram. Tangannya terangkat ingin menampar wajah Lady Bona. Namun, gadis itu tiba-tiba berteriak saat tangannya dililit oleh sesuatu yang tampak seperti akar.

Lady Caitlyn datang dengan seringaian mengerikannya. "Lady Olivia, jalang menyedihkan dari tanah Akins," katanya mengejek.

Wajah Lady Caitlyn kemudian berubah menjadi datar. "Enyahlah dari hadapanku kalau kau tidak ingin akar itu melilit jantungmu."

Lady Olivia dan Lady Valerie lantas cepat-cepat keluar dari ruangan.

"Ayolah. Tak bisakah sekali saja kau berhenti jadi sok pahlawan, Lady? Syukur mereka bukan dari Clan Aneor. Jika tidak, pendampingmu pasti akan menyerang rumahku," kata Caitlyn kesal.

Lady Bona tertawa pelan. "Terima kasih sudah menolongku, Lady."

"Yah. Kau pasti akan melakukan hal serupa kalau aku sedang kesulitan." Lady Caitlyn tersenyum miring. Gadis itu kemudian terkejut sendiri saat melihat keberadaan Lady Alexa di belakang Lady Bona. Riasannya yang begitu menor terlihat menyeramkan dan itu cukup mengagetkan Caitlyn.

Lady Bona menoleh. Sejujurnya ia pun merasa prihatin dengan kondisi Lady Alexa. Gadis itu kelihatan tak percaya diri. Meski, baru saja mengalami perudungan di rumahnya sendiri, tetapi gadis itu sama sekali tak marah dan tampak seperti menyalahkan dirinya sendiri.

Lady Alexa masih terdiam. Ia menatap tangannya yang digenggam erat oleh Lady Bona. Meski begitu, gadis ini masih belum berani menatap wajah Sang penolongnya.

Lady Bona lantas mengangkat dagu Lady Alexa sehingga mata mereka bertemu. "Kau baik-baik saja?"

"Ya," jawab Alexa gugup.

"Jangan pedulikan kata mereka. Semua wanita itu cantik dengan cara mereka sendiri." Lady Bona tersenyum lembut.

"Jangan percaya, Lady," sahut Lady Caitlyn. "Temanku ini tipekal gadis yang akan tetap memujimu cantik, walau wajahmu penuh dengan kutil berbulu. Kau jelek, aku serius," katanya jujur. Caitlyn kemudian berteriak saat Lady Bona mencubit lengannya.

"Ayo, kita keluar." Lady Bona berjalan keluar dari ruangan bersama Lady Caitlyn. Lalu disusul oleh Lady Alexa.

"Kau darimana saja?"

Lady Caitlyn tersenyum nakal. "Kau tahu jawabannya."

Lady Bona menghela napas. "Sungguh Lord Caesar yang malang."

Setelah penantian panjang, Lady Bona akhirnya menemukan Lady Casmira. Princess dari Clan Asten itu sedang berbincang bersama gadis-gadis Aneor. Lady Bona lantas segera menghampiri kakaknya.

Lady Caitlyn menengok ke belakang. Keningnya berkerut saat Lady Alexa menghilang padahal seingatnya tadi gadis itu masih mengekorinya. Lalu ketika pandangannya mengedar, ia melihat Lady Alexa sedang bersama Lady Helena dari kejauhan. Kerutan di dahi Caitlyn lantas semakin melebar.

"Lady Caitlyn!" Bona memanggil dari depan.

Lady Caitlyn mengedikkan bahu lalu segera menyusul Lady Bona.

Lady Bona menghampiri Lady Casmira. "Kenapa kau datang ke sini? Kau sudah gila?"

Lady Casmira tersenyum canggung. Gadis itu merangkul adiknya lalu menjauhi gadis-gadis Aneor. "Setidaknya aku sedikit lebih waras daripada kau."

"Aku tidak akan ke sini jika bukan karenamu." Wajah Lady Bona berubah muram. "Kau tidak akan tahu apa yang sudah Lord Gavriel lakukan di Clan Akennaton," katanya sedikit berbisik.

"Tanyakan saja pada kakak laki-lakimu! Dia terus bergumam agar aku santai saja. Mulai sekarang kita aman jika bertemu dengan Lord Gavriel." Lady Casmira memutar bola matanya kesal.

"Aman apanya? Dia nyaris memberitahu Lord Milson beberapa hari yang lalu. Dia mengancamku!" bisik Lady Bona sedikit marah.

"Ayolah. Sudah berapa kali dia mengancammu, tapi tidak pernah benar-benar membongkarnya? Sepertinya, pria bajingan itu pengecut." Lady Casmira berbisik saat Lady Caitlyn menghampiri mereka.

"Jadi, bisakah kita pulang sekarang?"

"Jangan dulu! Aku masih belum puas memanas-manasi Si ratu jalang." Lady Casmira tersenyum miring.

"Kenapa harus memanas-manasi kalau bisa berkelahi?" Lady Caitlyn menyeringai.

Tatapan Casmira berubah dingin. "Apa yang membuatmu berpikir bisa bicara denganku, huh?" tanyanya sinis pada Lady Caitlyn. Banyak wanita sosialita yang tak menyukai Lady Caitlyn karena perangainya yang sangat buruk dan Casmira termasuk salah satu wanita itu.

"Dia datang bersamaku, Lady," sahut Lady Bona saat merasa canggung.

Lady Caitlyn tersenyum mengejek dan menggandeng tangan Lady Bona. "Aku berteman baik dengan adikmu."

Lady Casmira tampak tak terima. "Apa-apaan ini, Bona?" Casmira kemudian mencengkeram kuat tangan Caitlyn. "Aku akan membunuhmu kalau kau menyakitinya. Aku serius," desisnya tajam.

Tentu Casmira tahu siasat Lady Caitlyn yang mendekati adiknya karena dia seorang ratu. Benar bahwa awalnya memang begitu. Namun, sekarang Lady Caitlyn benar-benar serius ingin menjadi sahabat baik Lady Bona.

"Tenang, Lady. Kau terlalu posesif." Lady Caitlyn tertawa mengejek pula meringis ngilu dalam hati. Sebab ini yang ketiga kalinya Caitlyn mendapat ancaman dari orang terdekat Bona.

Lady Bona melepas cengkeraman Lady Casmira. "Tenang, Lady. Aku sudah cukup lama berteman dengan Lady Caitlyn."

Pandangan Lady Casmira teralihkan ketika bertemu pandang dengan Lady Helena. Ratu Clan Akins itu terlihat begitu angkuh di sana. Ia terlihat seperti tokoh antagonis dengan wajah dinginnya. Lady Helena bersikap seolah dia tuan rumah. Dia kelihatan ramah dan sok bijak dengan memberi motivasi pada gadis-gadis yang baru bergabung dengan perkumpulan elit ini.

Lady Casmira lantas menarik tangan Lady Bona untuk memasuki kelompok Lady Helena. Ketika Lady Bona datang, gadis-gadis pendatang baru langsung membungkuk.

Lady Bona ikut membungkuk dan balas tersenyum dengan ramah. Lady Caitlyn yang paham betul akal busuk Casmira lantas dengan senang hati bergabung. Selir Aneor itu ikut berbincang bersama mereka. Beberapa kali ia menyahut saat Lady Bona mulai berbincang. Ratu Akennaton itu tak ragu untuk saling bertukar pikiran dengan gadis lainnya.

Lady Helena yang tak lagi diperdulikan keberadaannya lantas merasa seperti menjadi wanita terbuang. Karena memang itulah tujuan Lady Casmira.

"Lihat? Kau bukan siapa-siapa lagi sekarang. Gelar ratumu hanya formalitas. Akins sekarang tunduk di bawah Akennaton. Dan kau? Statusmu jauh di bawah level adikku," kata Lady Casmira mengejek.

"Setidaknya tidak lebih rendah dari seorang princess." Lady Helena berujar dengan sinis. Namun, gadis itu terlihat sekuat tenaga menahan marah.

Tangan Lady Casmira terkepal. "Seharusnya kau tahu diri, jalang. Kau pikir jika kau menggandeng gadis Dexter ini kau bisa berlagak seolah menjadi tuan rumah? Sadar dirilah! Seharusnya aku membunuhmu hari itu! Kau benar-benar memalukan."

Lady Helena tampak marah. Gadis itu ingin menampar Lady Casmira. Namun, Lady Alexa menahan tangannya. Sehingga princess dari Clan Dexter itulah yang terkena imbasnya. Lady Alexa terjatuh setelah Lady Helena mendorongnya.

"Jangan sentuh aku, gadis jelek!" hardik Helena.

Lady Alexa menunduk takut. Matanya kelihatan berkaca-kaca sementara beberapa diabolus lain mulai menertawakannya. Sudah sedari tadi siang ia setia berdiri di belakang Lady Helena dan berharap mereka akan menjadi teman baik. Namun, Helena tak pernah memperdulikannya. Dia hanya menunjukkan senyum manis bila Lord Gavriel ada di sana. Namun, ketika Raja Clan Dexter itu telah pergi, Lady Helena memperlakukan Alexa layaknya wanita terbuang.

Lady Bona datang untuk menolong. Ia membantu Alexa berdiri. "Setidaknya dia jauh lebih baik daripada gadis berhati buruk sepertimu, Lady Helena."

Lady Helena memutar bola matanya. Ah, inilah dia. Si gadis polos berumur jagung yang kebetulan menduduki takhta ratu. Lady Helena sungguh membenci gadis itu. Namun, ia cukup dibuat kapok untuk cari masalah dengan Lady Bona. Sebab Lord Gavriel belum mau jadi sandaran Helena untuk berlindung dari keberingasan Lord Milson.

"Kau tidak apa-apa, Lady?"

Lady Alexa menerima uluran tangan Lady Bona. Senyuman hangat gadis itu membuat Alexa ikut tersenyum. "A-aku b-baik saja."

"Kau darimana saja? Kenapa tidak mengikutiku tadi?" tanya Lady Bona.

Lady Alexa kelihatan kebingungan. Sementara Lady Casmira yang melihat interaksi mereka langsung menarik Lady Bona agar berdiri di sampingnya.

Namun, Lady Alexa dengan polosnya mengekori Lady Bona. Bahkan saat Bona telah pergi bersama Casmira dan Caitlyn, Alexa lebih memilih mengikuti Lady Bona ketimbang bertahan bersama Lady Helena dan arogansinya.

"Terima kasih karena telah menolongku, Lady." Lady Alexa kelihatan gugup mengatakan itu. Namun, karena Lady Bona menanggapi dengan senyuman hangat, kegugupannya perlahan terusir.

"Ayo, kita pulang saja, Bona," kata Lady Casmira. Ia menatap Lady Alexa dengan pandangan dingin.

Lady Bona menyikut pelan punggung Lady Casmira, merasa tak enak lantaran kakak perempuannya itu kelihatan tak menyukai Lady Alexa.

"Siapa namamu, Lady? Kita belum kenalan." Lady Bona segera menurunkan tangan. Gadis itu nyaris mengajak Lady Alexa berjabat tangan. "Aku Bona Akennaton," katanya kemudian.

Senyuman Lady Alexa langsung memudar. Gadis itu kelihatan canggung setengah mati. Padahal besar harapannya bisa menjalin pertemanan dengan Lady Bona. Namun, setelah mengetahui identitasnya, Lady Alexa tampak langsung prihatin. Mata Lady Alexa tampak bersorot akan kesedihan dan kebimbangan mendalam.

"A-aku Alexandra Dexter."

Giliran senyuman Lady Bona yang memudar. Kini ia paham mengapa Lady Casmira tak menyukai gadis dengan riasan tebal itu.

Setelah melalui beberapa menit dalam kecanggungan, Lady Casmira dan Lady Bona akhirnya memutuskan untuk keluar dari aula untuk pulang.

Mereka berjalan di sepanjang koridor Clan Dexter. Lalu kebingungan saat mendapati Lord Eduardo berada di ujung koridor. Raja Clan Asten itu tampak berbincang serius dengan Lord Gavriel. Di sana juga ada Lady Alexa.

Lord Gavriel memasukkan tangan di saku celananya. Pria itu tampak angkuh dan dengan sengaja menunjukkan arogansi yang begitu besar.

"Apa ini? Apa kau sudah menjadi anggota wanita sosialita sekarang?" Lord Gavriel bertanya dengan nada mengejek.

"Aku datang untuk menjemput adikku," jawab Lord Eduardo.

Raja dari Clan Asten itu kelihatan tak nyaman saat mendapati Lady Alexa terus meliriknya. Eduardo tentu mengenalnya. Ia sempat bertemu dengan gadis buruk rupa itu ketika masih berumur lima tahun. Lady Alexa memang terkenal jarang berinteraksi dengan diabolus lain. Kerjanya hanya mengurung diri di kamar. Hidup Alexa memang sepenuhnya dikendalikan oleh kakak tirinya.

Lord Gavriel berdecih. "Jadi, Si pria Akennaton pecundang itu rupanya tidak seposesif kakaknya, huh?"

"Maksudmu dia tidak boleh datang, tapi wanita Akennaton boleh datang, begitu?" Lord Eduardo tersenyum miring.

Lord Gavriel mengerutkan dahi. Pria itu kelihatan marah lantaran tersinggung. Kemarahannya harus tertunda kala Lady Bona dan Lady Casmira datang.

"Kau pikir aku tak tahu apa yang kau lakukan pada ras lycan di Clan Akennaton? Tidakkah kau menyadari bahwa kau sudah keterlaluan, Lord Gavriel?" Lord Eduardo berujar dengan nada dingin.

Lord Gavriel mulai terpancing emosi. Amarah terlihat semakin jelas dalam sorot mata dinginnya. "Aku tidak akan melakukan itu kalau dia tidak menyerang clan-ku!" desisnya tajam.

"Itu karena kau yang lebih dulu mengusik Bona!" Lady Casmira balas berdesis.

"Lalu apa yang membuat kalian berani menginjak clan-ku?" Lord Gavriel bertanya dengan tatapan yang semakin tajam. Pria itu seakan ingin menerkam dua bersaudara dari Clan Asten itu.

Lady Bona memilih diam lantaran sudah muak bila harus adu mulut dengan Lord Gavriel. Lady Bona menghela napas dan lebih memilih untuk pergi. Tak ada yang menyadari kepergian gadis itu. Sementara yang lainnya tampak larut dengan perdebatan Lord Gavriel dan Lord Eduardo.

Lady Bona kemudian terpaku pada sebuah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka. Ruangan itu kelihatan berkilau dan tampak begitu menggugah hasrat Lady Bona untuk bersikap lancang.

Awalnya, Lady Bona kuat menahan bisikan nakalnya. Namun, ketika ia melihat jejeran buku berwarna merah yang tersusun rapi di dalam rak, buku yang nyaris mirip dengan koleksi buku laknat Lord Milson membuat Lady Bona terpaksa mengikuti nalurinya.

Ratu Akennaton itu masuk ke dalam ruangan tersebut. Ruangan yang setidaknya diisi dengan dua rak raksasa. Tiga sofa berwarna putih serta meja dan kursi di depan rak buku.

Lady Bona mendekati koleksi buku usang tersebut. Ia cukup terkejut saat melihat buku dengan judul Catatan Dominic di sana.

Lady Bona mengambil lalu membukanya. Ia tersentak saat buku tersebut dirampas kasar oleh seseorang.

"Apa yang kau lakukan di ruanganku?" Lord Gavriel tampak murka. Tangannya terkepal seakan ingin mencekik leher Lady Bona.

Sementara Lady Bona bungkam dengan wajah yang kaku. Dadanya membuncah diserang keresahan mendalam. Tangannya kelihatan gemetar dengan mata berkaca-kaca.

Bukan takut dengan keberadaan Lord Gavriel, tetapi takut dengan satu kalimat yang sempat ia baca di buku catatan Dominic Akennaton.

Kalimat tersebut, ialah; pemilik kekuatan dahsyat itu, tidak boleh memiliki seorang ratu.



_________________________________________

Gercep banget ya 1k ya🤣

Tp aku usahain cepet update

Ada teori kocak ga untuk chapter ini?

Sampai jumpa di chapter 36

Dilla

Continua a leggere

Ti piacerà anche

1M 2.5K 61
Cerita ini mengandung konten dewasa. Kisah antar Dewi dan Dendi, sepasang suami istri yang memiliki kehidupan berbeda dibandingkan pasangan normal p...
349K 19.9K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
655K 54.2K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...
888K 76.9K 33
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...