Chapter 17. Nightmare

437 94 1
                                    

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────

Malamnya Todoroki langsung menyusul Midoriya ke kamar Bakugou. Tas kedua pemuda itu yang sekaligus ia bawa, Todoroki simpan di lantai begitu melihat Midoriya terbaring di kasur Bakugou. Ia mengguncang tubuhnya tetapi Midoriya tidak kunjung bangun. Ia hendak mengguncangnya kembali tetapi Bakugou muncul dari arah kamar mandi dan menghentikannya.

"Jangan dibangunin," Bakugou menaruh handuknya asal-asalan di atas kabinet, "gue udah ngerepotin Deku dari tadi so--" ia terkejut ketika Todoroki tidak merespons apa-apa selain tubuhnya yang segera dipeluk, kemudian melepaskannya beberapa detik setelahnya.

Todoroki segera memeriksa Bakugou dari ujung rambut hingga ujung kakinya, "Lo baik-baik aja? Lo abis jatoh apa gimana? Midoriya nge-chat lo nangis parah, lo kejedug? Lo dijahatin anak kelas mana? Ada yang lecet? Muter Bakugou, biar gue lia--"

"Gue enggak apa-apa. Oke?" Bakugou mengambil foto di sebelah handuknya yang tergeletak, "Seseorang naro ini di kamar mandi." jelasnya berbohong.

Todoroki refleks meremas foto itu, "Fuck, apa anak buah Monoma ngambil foto kita waktu itu?"

"Enggak, gue pikir bukan mereka." Bakugou mengedikkan bahu, "Ada tugas?"

"Bakugou," alih-alih menjawab pertanyaan Bakugou, Todoroki malah menarik tangannya. Mengajaknya duduk berhadapan.

"Lo udah janji mau ceritain semua masalah lo sama gue," Todoroki bersila, "lo punya masalah sama siapa? Siapa musuh lo? Gue enggak bisa terima alasan iseng, kelakuan orang yang neror lo ini udah jauh dari kata iseng."

Bakugou diam sebentar, ia memandangi telapak tangannya yang mulai mengering. Haruskah ia menceritakan semuanya? Tentang foto-foto itu, tentang dalang di balik masalah Uraraka dan Monoma, tentang outfit pemuda misterius di rekaman CCTV itu, tentang Kirishima, tentang kejadian itu--Bakugou menggeleng pelan.

"Gue juga bingung." ia menatap Todoroki dengan matanya yang sembab, "Todoroki, seminggu ke depan, gue pengen berhenti cari tahu tentang orang di CCTV itu."

"Huh? Kenapa? Semakin cepet ketemu, semakin cepet kita bisa kasih perhitungan sama orang it--"

Bakugou menyimpan telunjuknya di depan bibir, "Deku nanti bangun," ia menoleh pada Midoriya sejenak, "gue pengen tahu setelah hari ini apa dia berhenti neror gue atau enggak."

"Tapi Bak--"

"Gue janji setelah seminggu, kalau orang itu berulah lagi, kita langsung minta bantuan Monoma buat nyari tahu siapa dia." Bakugou menyatukan telapak tangannya, "Please?"

Todoroki di depannya menghela napas, mengalah, "Oke. Gue pengen mandi, gue mau tidur di sini sama lo berdua." ia berdiri, menarik handuk Bakugou dari atas kabinet.

"No!" Bakugou segera beranjak membuka lemari pakaiannya, "Handuk baru!" ia menarik handuk di tangan Todoroki, menggantinya dengan yang baru.

"Ih padahal gue enggak jamuran, lo enggak bakal gatel-gatel." Todoroki bersender di ambang pintu kamar mandi ketika Bakugou masuk ke dalamnya.

Bakugou mendecih sambil menggantungkan handuknya di kamar mandi, "Handuk gue yang itu cuma gue yang boleh pake!" lalu ia segera keluar.

"Bak, Bak, bajunya?"

"Halah, lo udah biasa acak-acak lemari baju gue. Cari sendiri abis lo mandi!" Bakugou merespons sambil berjalan kembali ke arah kabinet, membuka lemari di bawahnya dan menarik sebuah futon.

Ia lalu mencoba membangunkan Midoriya, memintanya bergeser sehingga ia bisa tidur berdua dengannya. Tapi Midoriya hanya menggeliat tanpa menunjukkan tanda-tanda terbangun. Bakugou akhirnya mendorong badan Midoriya, menggulingkannya memepet tembok--ia heran mengapa Midoriya yang sering gelisah ketika siang hari kalau tidur sulit sekali terganggu.

Ia lalu duduk pada pinggiran kasur, melirik jam dinding yang jarum pendeknya masih betah pada angka sebelas. Bakugou kemudian melihat lampu kamarnya yang masih terang. Berpikir tentang apa yang akan Kirishima lakukan padanya setelah ini. Jika Bakugou harus menceritakan semuanya kepada Todoroki dan Midoriya, dengan cara apa atau dari mana ia harus menceritakannya? Bakugou menghirup oksigen di sekitarnya dengan rakus, kepalanya terasa sangat penuh dengan kabut. Ia kembali berpikir tentang mengapa semua hal jadi serumit ini.

Bakugou merasa tidak bisa menyimpannnya lebih lama. Besok ia akan menceritakan semuanya pada Todoroki dan Midoriya. Ia tidak akan peduli lagi dengan apapun konsekuensinya. Bakugou ingin berhenti merasa takut, ia ingin keluar dari spiral trauma yang Kirishima buat. Tangan Bakugou mendadak gemetar, buru-buru ia menangkupkan kedua telapak tangannya di atas paha, memejamkan mata menggali ketenangan.

Saat suara gemericik air dari kamar mandi berhenti sepuluh menit kemudian, Bakugou juga ikut menghentikan apa yang sedang ia lakukan. Ia segera membaringkan badannya di sebelah Midoriya, menarik selimut yang Midoriya gunakan untuk dirinya sendiri. Mencoba tidur sebelum Todoroki memergokinya masih belum terlelap.

❅❅❅

Bakugou merasa matanya begitu perih, ia sadar terbangun jauh di dasar kolam.

Panik, Bakugou mencoba menarik lengan dan kakinya, tetapi tubuhnya terjebak. Ada banyak tambang bertalian pada lengan dan tungkainya. Ia berniat menggigit salah satu tambang yang menali pada tangannya, tetapi lehernya terjerat tambang lain. Bakugou merasa mulai kehabisan oksigen, tidak ada udara yang bisa ia hirup.

Bakugou terus menggeliat, berharap semua tali itu terlepas tetapi semakin banyak geliatan yang ia lakukan, semakin jauh ia merasa tenggelam. Bakugou mengulurkan tangan, mencoba menggapai permukaan. Ia terus menggapai, udara dalam paru-parunya berganti air. Bakugou mengalah, tangannya mulai kebas, matanya terlalu berat untuk dibuk--

Bakugou terperanjat dari tidurnya, "Fuck--" ia meraup udara dengan tidak sabar, sesekali memegang lehernya, tidak ada, tidak ada tambang di sana.

"Nightmare?" ia mendengar suara Todoroki menyambar, "Kata nyokap gue, kadang mimpi buruk bisa ngebawa kita ke hal buruk lainnya di dunia nyata."

Ketika Bakugou menoleh, ia mendapati Todoroki tengah menyender pada ranjangnya, memangku laptop di paha. Tangannya lincah menekan setiap bar pada keyboard laptop.

"Huh? Nonsense lo." Bakugou lalu duduk bersila, "Lo ngerjain apaan?"

"Esai," Todoroki memperlihatkan layar laptopnya, "gue pengen esai kita selesai sebelum acara survey kita ke Gunung Osore."

Bakugou mengerutkan kening, "Gila lo, excited banget. Udah berapa tahun sih lo enggak libura--"

Todoroki segera merespons, "Sepuluh."

Bakugou terdiam. Ia baru ingat Todoroki tidak pernah ikut acara karyawisata sekolah selama ini, Enji tidak pernah memberinya izin. Todoroki bahkan tidak pernah diizinkan ikut mengunjungi festival apapun meski di area prefektur mereka.

"Goblok." Bakugou bergumam sendiri, "Lagian lo enggak jadi gila apa ngerjain esai di jam--jam berapa sih ini anjir," ia mengambil ponselnya, 00:17 tertera di sana.

Bakugou melempar ponselnya ke atas kasur, "What the hell, gue baru tidur sejam dan mimpi buruk udah ganggu tidur gue?" ia berdiri, meraih dompet diatas kabinet .

"Mau ke mana?" todoroki berhenti mengetik saat melihat Bakugou menggunakan jaket tebalnya.

Bakugou menyelipkan dompet pada saku celana trainingnya, "Nyari camilan," ia menoleh saat menggunakan sandal, "lo mau gue bawain kopi kalengan?"

"Ehm," Todoroki berdehem sekali, "susu strawber--"

"Lo kalau minum susu yang ada nanti lo ngantuk, bego!"

Todoroki mengangkat alis, "Vanilla latte?"

"Bahkan enggak ada bedanya," Bakugou tertawa, "I'll be right back." ia melihat Todoroki mengangguk sebelum kembali mengetik.[]

─────────────────────
Aku ketiduran semalam ʕಠ_ಠʔ

--Bebek.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: SuffocatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang