Chapter 16. Half-Open Pandora Box

406 96 39
                                    

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────

Istirahat sebelum jam terakhir mata pelajaran Sastra Bakugou gunakan untuk mencuci muka di toilet. Ia berdiri di depan wastafel sembari melihat bayangannya pada cermin. Cermin yang memanjang dihadapan Bakugou itu juga memantulkan dengan jelas pintu-pintu toilet di belakangnya.

Kamar mandi Yuuei--meskipun milik laki-laki--tidak menggunakan sistem kloset kencing yang berjejer. Mereka menggunakan kloset duduk yang sama seperti yang digunakan pada toilet perempuan. Bedanya, barangkali mereka tetap menggunakannya sambil berdiri untuk kencing. Tembok toilet Yuuei sepenuhnya dilapisi keramik, berwarna biru safir dengan beberapa gurat-gurat seperti kilat di langit pada permukaannya. Bakugou menyukainya karena warnanya tidak begitu berat, tetapi juga tidak begitu ringan. Enak dipandangi saat perlu ketenangan.

Sambil mencuci tangan, ia sesekali berpikir tentang jaket hitam tebal sebetis yang dikenakan oleh orang misterius dalam rekaman CCTV tempo hari. Pikirannya terus menjalar pada detail lain--yang sekarang sudah ia hafal--seperti topi hitam dengan polet garis putih di kepala orang itu, sarung tangan dengan tiga garis biru di ujung pergelangannya, celana hitam yang kelihatan sedikit ketat di bagian betis, atau sepatu bersemu merah yang orang itu dikenakan. Akan tetapi, semakin ia pikirkan, semakin hitam apa yang sedang ia cari.

Ia kembali menimbang ucapan Yaoyorozu, jika ia menyetujui Monoma untuk mencari di kelas A, ia akan cepat menemukan kebenarannya. Apakah orang itu siswa Yuuei atau bukan. Akan tetapi Bakugou juga khawatir, jika salah satu siswa kelas A yang melakukannya, lantas apa? Apa yang harus Bakugou lakukan kepada ornag itu? Apa yang akan Todoroki dan Midoriya--bahkan Shinsou, Sero, dan Kaminari--lakukan kepada orang itu? Bakugou berputar-putar pada pertanyaan yang sama. Bagaimana caranya untuk menghukum orang itu jika ia sudah menemuka--

"Shit!" Bakugou menggerutu saat ia sadar air membasahi ujung-ujung sweaternya.

Saat ia mengibas-ngibaskan tangannya, ia tidak sengaja menoleh ke arah kiri, mendapati seseorang tengah mencuci tangan pada wastafel paling ujung. Bakugou tidak tahu sejak kapan ada orang lain di sana atau apakah sebelumnya orang itu memang sudah di sana.

Melihat rambut merah pada kepala orang yang familier baginya itu mendadak membuat Bakugou mual, adrenalinnya tiba-tiba meninggi. Ia buru-buru membuka salah satu pintu toilet, menarik sedikit tisu dan mengelap tangannya. Tanpa bicara apapun, Bakugou segera berjalan ke arah pintu keluar, membukanya lebar.

"Gue enggak peduli."

Bakugou urung melangkah, ia menoleh kepada orang yang sedang mencuci tangannya. Jelas sekali pernyataan itu hinggap di telinganya, jelas sekali ia mendengar Kirishiman berkata 'Gue enggak peduli.' Di tempatnya, Kirishima mematikan keran air. Menoleh pada Bakugou yang tengah terpaku.

"I don't care anymore, Bakugou."

Bakugou merasa harus segera pergi dari sana, tetapi mulutnya malah terbuka dengan sendirinya.

"What the fuck do you mean?"

Kirishima memberinya tatapan yang terlihat meremehkan, "Lo enggak suka sama gue karena selama ini lo suka sama Todoroki, 'kan?" pemuda itu menelengkan kepalanya ke kanan.

"What the fuck?" Bakugou mengerjap saat mendengar pertanyaan Kirishima, "Berapa kali gue harus bilang sama lo kalau gue strai--"

Tawa kecil Kirishima membuat Bakugou mendadak bungkam, "Buat ukuran orang yang bilang kalau dirinya straight, lo keliatan gay banget buat Todoroki. Lo sadar itu enggak sih?" Bakugou di ambang pintu hendak protes, tetapi Kirishima kembali melempar senyuman yang tidak biasa.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: SuffocatedWhere stories live. Discover now