Chapter 24. Crumbles

416 92 12
                                    

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────

Ia buru-buru menarik tangan kanan Todoroki yang mencengkeram kerah Shinsou, melihat Shinsou terjatuh setelah Todoroki melepaskannya. Pemuda berlensa ungu kelam itu terbatuk-batuk saat Sero mencoba membantunya bangun. Di depan ia dan Shinsou, Todoroki hanya berdiri, terlihat mengepalkan tangan menahan diri.

"Lo kenapa, anj--"

"Dia yang nyebarin foto lo di You-Ei!" Todoroki memintas perkataan Bakugou sebelum usai.

"Hah?" Bakugou lantas menoleh pada Shinsou sebelum kembali menatap Todoroki, "Enggak mungkin Shin--"

Todoroki tertawa tidak percaya, "Gitu?" Bakugou di depannya mengerutkan dahi.

"Bakugou," Todoroki menunjukkan layar smartphone-nya, "bilang sama gue. Apa kemaren lo dipanggil Aizawa sensei karena foto ini?"

Bakugou tersentak, itu foto yang ada pada ponsel Aizawa. Ia kembali menoleh pada Shinsou, menatapinya dengan bingung. Bagaimana Shinsou bisa mempunyai foto yang sama? Apa jangan-jangan Shinsou ....

Ada bunyi klik di dalam kepalanya, semuanya terhubung dengan jelas.

Ia kembali menoleh pada Todoroki, mengambil ponsel di tangan pemuda itu--yang ternyata bukan milik Todoroki. Ia menekan tombol kembali, membuat foto itu kembali berukuran kecil, tersemat dalam sebuah ruang percakapan. Bakugou merasa perutnya digelitik, mendadak tawanya pecah beberapa saat.

"K--fuck," Bakugou susah payah mengatur diri untuk kembali diam, "Kenapa gue khawatir banget, harusnya gue tahu yang kirim foto ini ke Aizawa itu udah pasti lo, Shinsou."

Bakugou mengulurkan ponsel itu kepada Shinsou, melihat ekspresi bingung Shinsou saat menerimannya. Ia mengelus tengkuknya, menatap Todoroki kembali sambil sedikit tersenyum.

"Itu gue," Bakugou menurunkan tangan, "itu bukan foto palsu." mengulang pengakuan yang sama seperti yang ia katakan pada Aizawa.

Bakugou mendapati Todoroki menatapnya tidak percaya. Mata pemuda itu lurus memandang milik Bakugou, tetapi Bakugou sama sekali tidak menemukan apapun kecuali pancaran kejengkelan dan bingung di sana. Bakugou mengerti, cepat atau lambat semuanya akan orang-orang ketahui. Ia juga mengerti, akan ada badai yang mampir dan meluruhkan kepercayaan Todoroki menjadi remahan ketika pemuda itu mengetahuinya. Badai itu datang hari ini, dengan tiba-tiba. Dibawa oleh orang lain, dibawa melalui ponsel Shinsou.

"Tapi--" Todoroki meruncingkan alisnya ke bawah, "Wh-why, Bakugou? Bilang sama gue lo bercan--"

Bakugou mengalihkan pandangannya pada jari-jari kaki, "'m sorry, Todoroki." senyuman yang ia tahan akhirnya lenyap, "It was complicated, too much complicated."

Todoroki mencengkeram kedua lengan atas Bakugou, membuatnya kembali menatap mata Todoroki yang tengah berkaca-kaca.

"Lo udah janji sama gue, lo bakal cerita semuanya. Tentang masalah lo," bibir Todoroki bergetar, "but how could--gimana bisa hal segede gini enggak lo ceritain sama gue, sama Midoriya? G-gue--" cengkeramannya melemah, ada yang mulai menetes dari mata pemuda bersurai merah itu.

Bakugou membeku sempurna, lidahnya kelu. Ia hanya bisa menatap Todoroki yang pelan-pelan menunduk, menempelkan ujung kepalanya di dada Bakugou, terisak. Bakugou benar-benar ingin berkata sesuatu. Sesuatu seperti, "Nah, Todoroki, its fucking okay, that's already over." atau semacamnya.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: SuffocatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang