Chapter 20. Sentimental Trip (1)

385 86 0
                                    

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────

Ia tidak mengikuti kelas hari itu. Tidak juga dengan aktivitas klub Taekwondo. Bakugou menghabiskan hari di kamarnya. Berkutat dengan sebuah kamus ukuran sedang yang ia cungkili bagian tengahnya. Bakugou memasukan beberapa barang kecil yang sengaja ia bawa dari rumahnya ke dalam rongga yang telah terhasil di sana. Ia menyusun dan menutup sampulnya lagi dengan sangat pelan, khawatir kalau-kalau semua benda di dalamnya rusak atau hancur sebelum ia pakai. Sebuah kain lembut kemudian Bakugou selimutkan di permukaan kamusnya, meminimalisir guncangan--ia benar-benar tidak mau barangnya itu tergores.

Pukul sepuluh malam ini Bakugou sudah membuat janji dengan Todoroki dan Midoriya untuk 'berkeliling' Musutafu--itu sebabnya ia meminjam mobil Masaru. Sehari yang lalu, Bakugou mendapatkan panggilan telepon dari Todoroki dan Midoriya melalui ponsel ayahnya. Todoroki bilang Masaru tidak mengizinkannya survey untuk tugas esai Aizawa. Maka, mereka mengobrol untuk melakukan hal lainnya. Seperti bagaimana membuat tur keliling Musutafu mereka jadi menyenangkan dan rencana ini terhasil. Ketika mendengar pintu kamarnya diketuk, Bakugou hati-hati menaruh kamusnya kembali ke dalam salah satu laci kabinet.

"Lo udah siap?" Todoroki melongokkan kepala ketika Bakugou membuka pintu.
Bakugou berbalik kembali masuk, menggunakan jaket dan ranselnya. Ia menggapai kunci mobil yang tergantung di tembok.

"Fucking yes!" Bakugou tersenyum lebar, mengunci pintunya sambil buru-buru menggunakan sepatu.

Tidak jauh dari gerbang asrama, Midoriya terlihat sedang bicara dengan security. Setelah Bakugou dan Todoroki bergabung, mereka (termasuk sang security) berjalan ke arah parkiran Yuuei dengan bergegas. Mereka mendengarkan arahan security itu supaya mereka bisa mengambil mobil di parkiran Yuuei tanpa membuat kegaduhan. Mereka memperhatikan seorang security lain yang bertugas membukakan gerbang utama Yuuei.

"Kalian harus udah ada di sini lagi sebelum jam tiga pagi, paham?" security yang masih memegang gerbang berbicara, ketiga siswa Yuuei dalam mobil hitam itu mengangguk.

Midoriya di bangku belakang mencondongkan badannya ke depan, menyangga kedua sikunya pada ujung bagian dalam senderan bangku depan mobil Masaru. Ia memperhatikan Bakugou yang sibuk mengarahkan jalan, di sebelahnya Todoroki fokus memutar kemudi. Sesekali Bakugou mengganti tab ponselnya ke aplikasi notes, menulis sesuatu yang kelihatan seperti daftar check list di sana.

"Lo yakin kita mau keliling malem-malem kayak gini?"

"Yeah. Gue bosen tiga hari di atas kasur, belum lagi rencana survey tempat legenda gue gagal gara-gara bokap gue enggak ngizinin." Bakugou menengok ke arah jendela dari tempat duduknya, "Siap-siap, Deku, kita belanja."

Todoroki memutar kemudi, membelokkan dengan sempurna mobil yang ia kendarai di ruang parkir supermarket dua puluh empat jam Musutafu yang lengang. Mereka mengeratkan ritsleting jaket saat keluar dari mobil. Di depan pintu masuk, Bakugou kembali mengecek daftar check list-nya. Ia membagi tiga bagian daftar itu, satu per tiga untuk Todoroki, satu per tiga lainnya untuk Midoriya.

"Jangan lupa beli bahan buat miniatur," Midoriya mengingatkan, Bakugou mengangguk.

"Lima belas menit." Bakugou balik mengingatkannya.

Midoriya mengangguk, "Lima belas menit."

Mereka mengambil masing-masing satu troli, berpencar ke tiga arah berbeda untuk mengambil barang-barang yang sudah mereka tulis. Bakugou mendorong trolinya ke bagian Timur supermarket. Mendikte berbagai barang yang akan ia beli: karton, dupleks, toples mika berbentuk silinder, kertas pembungkus buket bunga, cat, piloks, buket bunga artifisial, kartu ucapan, pulpen--tidak, Bakugou mencoret kata pulpen, ia sudah membawa pulpen sendiri--tiga kotak kaleng ukuran sedang, satu kotak karton, lem kertas, satu pak kertas isi binder, dan amplop. Tidak sampai sepuluh menit Bakugou sudah mengarahkan trolinya ke tempat pembayaran.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: SuffocatedWhere stories live. Discover now