8.Masih ada tawa

114 63 43
                                    

Typo bertebaran..
Happy reading!!

•|•|•

SETELAH 3 jam pelajaran berlangsung, bel istirahat pun berbunyi. Hanna sudah memperkenalkan dirinya sejak Bu Uniq masuk kekelas, ia pun sudah ditentukan sebangku dengan Dirga, meski awalnya Dirga sedikit protes karena ia tidak tebiasa mempunyai rekan sebangku namun karena tuntutan dari Bu Uniq akhirnya Dirga tidak dapat menolaknya.

Kini Cowok dengan tinggi 186cm itu bangun dari duduknya setelah semua orang dalam kelas sudah keluar kecuali Hanna dan juga Iyan.

"Han, lo ikut kita aja," ajak Iyan memahami kalau Hanna belum mendapatkan teman. Hanna menaikkan kedua alisnya,"Serius boleh?" tanyanya sambil menatap Iyan dan juga Dirga.

Iyan mengangguk "Iya, lagipula entar kalo Fica udah masuk lagi, lo bakal sama dia kan? Otomatis sama kita juga," jelas Iyan seraya merangkul Dirga yang terdiam dari tadi.

"Yaudah kalo gitu yuk," kata Hanna.

Dengan tangannya yang masih tergantung di bahu Dirga, Iyan berjalan gontai sambil menarik cowok disampingnya ini.

Sampai mereka didepan kelas. "Eyyo mamen," sapa Oregon dari kejauhan kemudian mendekat bersama Yusuf disampingnya.

"Idih rangkul-rangkulan segala, homo lo pada?" tuduh Oregon iseng karena merasa aneh dengan pemandangan didepannya ini.

"Bacot lo Tono, Dirga tuh lagi galau jadi sebagai teman yang baik gue harus bisa ngehibur, emang gue kayak lo! Ngumpul aja jarang," ketus Iyan tak terima.

"Wah songong ya lo, mau gue ketekin hah?!" ancam Oregon seraya memasukkan tangan kirinya ke sela-sela ketiak sebelah kanannya lalu memompanya sehingga mengeluarkan suara prut prut prut.

Iyan lari kebelakang Hanna, "Bangsul, kalo ketek lo wangi mah gamasalah. Lah ini melebihi bau kentut kudanil anjrit," ujarnya.

Hanna pun ikut bergidik ngeri ketika Iyan mengumpat dibelakangnya, otomatis Oregon akan mendekat ke arahnya. "Ish Iyan, jangan kesini," ucap Hanna takut dengan Oregon yang masih setia memompa ketiaknya.

"Tono, inget lo ketos," ucap Yusuf ditengah kejahilan Oregon. Oregon(Tono) seketika berhenti dan memikirkan kata-kata Yusuf barusan.

"Ck gara-gara lo Yan gue jadi lupa kalo gue ketos, harga diri gue jadi nurun kan," ketus Oregon seraya menepuk-nepuk tangannya ke seragam agar bau dari ketiaknya yang sudah pindah ke tangan dapat hilang.

Iyan menampakkan tubuhnya setelah beberapa waktu mengumpat dibelakang Hanna, "Dih nyalahin gue, lagi pula emang lo punya harga diri?" tanya Iyan masih saja ingin perdebatan ini berlanjut.

"Wahhh bener-bener nii anak satu." Oregon sok menarik tangannya dari siku seakan sedang melipat lengan pakaian, padahal sekarang ia sedang memakai seragam yang berlengan pendek.

Iyan berancang-ancang ingin kembali mengumpat namun, "Woy diem anjeng," ujar Dirga pelan namun tajam.

Semuanya terdiam dan menahan nafas gugup ketika mendengar Dirga melontarkan 3 kata barusan, "Gue laper, mau makan, jadi gausah buang-buang waktu gue," kata Dirga yang membuat semuanya membuang nafas lega.

"Gue kira kenapa, yaudah ayolah skuy ke kanteenn," ajak Iyan sambil menaikkan tangannya keatas.

Dikantin banyak pasang mata yang terus saja tak henti hentinya menatap kami berlima, lebih tepatnya mereka penasaran dengan Hanna, bisa-bisanya anak baru langsung akrab dengan geng Dirga yang statusnya seperti artis disekolah ini.

Gores[On Going]Where stories live. Discover now