ATHLASALETHA 01

35.9K 2.5K 368
                                    

Gue janji bakalan vote + komen. NAH! UDAH JANJI! TEPATI YA! HARUS VOTE+ KOMEN!

****

Athlas memarkirkan motor besar merahnya di tempat parkir sekolah. Baru saja ia melepas helm fullface dari kepala tiba-tiba saja salah seorang remaja menepuk bahu dari belakang.

Laskar berjingkrak girang disusul oleh satu orang remaja lainnya. Edgar. Cowok itu biasa saja. Tidak heboh seperti Laskar yang seperti melihat orang yang sudah tidak dilihatnya sejak lama.

"WELCOME BACK TO SCHOOL OM ATHLAS!" teriak Laskar di hadapan Athlas yang membuat sang empunya menghela napas panjang.

"Gak ada akhlak emang," batin Athlas.

Cowok itu tidak mungkin  mengucapakannya secara langsung. Terlebih karena teman blasteran Bandung-Tangerang itu memang perasa. Diejek sedikit saja marah. Apa-apa Laskar masukan kedalam hari.

"Kalah berapa kosong kemarin?" tanya Edgar. Cowok itu bertanya perihal Athlas yang sering bermain PS bersama ayahnya. Seperti sudah kewajiban setiap malam untuk Athlas.

Athlas merapikan sekilas rambut coklat gelapnya di kaca spion. Setelahnya ia menoleh kepada Edgar.

"Gak main. Ayah gue sakit," jawabnya.

"Lah? Om Rudi sakit? Sakit apa?" tanya Laskar. "Wah parah si lo gak bilang sama kita-kita. Cut off, cut off!"

"Serah lo gue gak rugi gak punya temen kayak lo yang sukanya minta gratisan sama gue." Athlas menjawab.

"Sip lah. Gue di pihak lo Ath," sahut Edgar.

"WOY LAH!" Laskar berseru tak terima. Ia pikir Athlas akan merasa sedih jika ia meng-cut off pertemanannya bersama cowok tersebut.

"Berisik woy! Masih pagi ini!" Edgar menoyor kepala Laskar yang memang tepat berada di sampingnya.

Bukan hanya sekali atau dua kali saja Laskar berteriak seperti itu kepada Athlas, bahkan hampir setiap hari Laskar melakukannya yang membuat kedua telinga Athlas kebal dibuatnya. Tak terkecuali Edgar sekali pun.

"Semangat empat lima dong, Gar! Masih pagi nih semangat!" Laskar mengepalkan kedua tangannya lalu meninju udara. "Semangat dong guys semangat!"

Athlas dan Edgar lantas bertukar pandang. Kedua cowok itu sama-sama memikirkan kelakuannya Laskar yang memang tidak masuk di akal.

"Lo aja lah sana yang semangat empat lima karena hari ini ada pelajaran Bu Rani," kata Athlas yang masih tetap berada di atas motornya.

"Anjir lo Om mana ada." Laskar langsung menyangkal, tapi nampak ada sedikit senyuman di bibirnya yang ia tahan.

"Mana ada maling ngaku, Kar! Kalau pun emang ada berarti malingnya udah dapat hidayah."

Edgar ikut menimpali ucapan Athlas sebelumnya yang menyiratkan kalau Laskar memang semangat karena ada pelajaran bu Rani untuk hari ini.

Laskar memang sedikit tidak ada akhlak bagi Athlas dan juga Edgar. Ketika siswa lain fokus kepada pelajaran yang disampaikan oleh bu Rani, Laskar justru fokus kepada yang mengajarnya.

Bu Rani memang punya badan bagus untuk ukuran seorang istri rumah tangga yang sudah mempunyai satu anak. Bahkan Laskar pernah terang-terangan bilang kepada Athlas dan juga Edgar jika ia suka terhadap bu Rani.

"Hanjir-hanjir lo berdua tau aja kalau hari ini gue semangat karena ada pelajaran bu Rani. BUAHAHAHA." Laskar lantas tertawa keras yang membuat kedua temannya itu refleks meringis—menutup kedua kuping.

ATHLASALETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang