ATHLASALETHA 04

16K 1.5K 156
                                    

"Lho? Kamu mau pulang? Baru saja Bunda mau masak buat makan malam," ucap Airin yang tiba-tiba saja datang dari arah dapur.

Aletha menghentikan langkah. Wanita paruh baya itu mengikis jarak. Kedua tangannya terulur; menggenggam erat jemari tangan Aletha ketika gadis tersebut sudah di depan pintu keluar.

"Iya Bunda, Aletha mau pulang," jawab Athlas. "Kasian juga Aletha kalo pulangnya ke maleman. Papa sama Mamanya pasti udah nungguin."

Airin menghela napas panjang. Aletha yang ditanya, putranya sendiri yang menjawab. Athlas sudah melipat kedua tangan di dada. Remaja itu tampak menyandarkan punggungnya di pinggiran pintu.

"Athlas ganteng ya, Bunda? Kok Bunda ngeliat Athlas kayak gitu?"

Airin menghiraukan pertanyaan yang terlontar dari mulut putranya tersebut. Wanita paruh baya itu lebih memilih untuk menatap Aletha yang sudah tersenyum lebih dulu.

"Padahal kalo kamu belum mau pulang, Bunda mau masak makanan kesukaannya Athlas. Siapa tahu kalo ada kamu, Athlas mau makan banyak. Dia susah banget disuruh makan."

"Bunda ...." Athlas mendelik.

Aletha menoleh ke arah Athlas. Pacarnya itu memang seolah-olah punya dua kepribadian. Di sekolah atau ketika berdua saja bersama Aletha, Athlas tampak biasa saja. Namun, ketika sudah bersama kedua orang tuanya Athlas berubah seolah ia memang 'anak mommy'.

"Kamu beneran mau pulang sekarang, Sayang?" tanya Airin yang membuat Aletha menoleh refleks.

"Iya Bunda. Nanti Aletha main lagi ke sini. Papa sama Mama pasti udah nungguin Aletha di rumah," jawabnya.

Airin menghela napas panjang. "Ya sudah, hati—"

"Bunda! Buatin ayah kopi dong! Gul-eh, ada Aletha? Kapan ke sininya?" Rudi—ayahnya Athlas berjalan menghampiri Aletha yang niat awalnya pria dewasa tersebut hendak menuju dapur.

"Tadi waktu Om Rudi tidur." Aletha menyalami tangannya Rudi. Belum sempat terjadi, tangannya Aletha ditarik oleh Athlas secara cepat.

"Ayah belum mandi," kata Athlas.

"Aletha juga belum mandi. Iya, kan?" Rudi menatap Aletha intens dan jawaban dari Aletha hanya mengangguk.

"Sama-sama belum mandi jadi boleh lah bersentuhan, bukan begitu Aletha?" tanya Rudi kembali dengan bergurau. Pria dewasa tersebut mengusap rambut Aletha pelan.

"Ya udah Om Rudi, Bunda. Aletha pamit pulang dulu ya. Kapan-kapan Aletha main lagi ke sini," ujar Aletha yang di angguki oleh Rudi. Airin tersenyum, ia memeluk tubuh Aletha beberapa saat dan mencium kening gadis tersebut.

"Hati-hati ya." Airin berpesan yang diangguki oleh Aletha. Gadis tersebut menyalami kembali Airin dan Rudi. Setelah itu, ia menarik ujung kaos Athlas untuk segera pergi keluar.

"Ayah emang ganteng, tapi tetep gantengan gue." Athlas berucap seraya naik ke atas motornya. Aletha mengerutkan dahi bingung, maksud dari Athlas mengucapkan kata-kata itu untuk apa? Aletha tidak mengerti.

"Gimana, Ath?" tanya Aletha memastikan.

"Pokoknya lo jangan suka sama ayah gue, dia udah punya bunda."

"Ha? Mak-"

"Yaudah buruan naik! Keburu malem entar!" Athlas menyela ucapan Aletha. Ia tidak mungkin memperdebatkan masalah kecil lagi bersama Aletha apalagi di depan rumahnya.

Aletha naik ke atas motornya Athlas, berkat hoodie cowok tersebut yang besar mampu membuat tubuh Aletha hangat dan menutupi pahanya. Tadi gadis tersebut meminjamnya dan tidak ada penolakan dari Athlas.

ATHLASALETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang