18. Kebetulan

1.5K 169 37
                                    

Kebetulan yang tidak menyenangkan itu ... kebetulan ketika rasa masih sama untuk dia yang dimiliki orang lain.

–Kinanti Pratiwi–

-----------------------------------------------------------

Ketika manusia tidak bisa berpikir rasional, biasanya mereka cenderung akan bertindak gegabah dan ceroboh. Hal itu yang sedang berlaku bagi Kinan saat ini. Dengan cepat tangannya memutar kemudi, merubah arah laju mobilnya tanpa melihat situasi jalanan. Menghentikan mobilnya di pinggir jalan, tanpa peduli benda beroda tersebut berhenti tepat di samping rambu dilarang parkir. Baginya yang penting mobilnya sudah tidak menghalangi kendaraan lain untuk berputar arah.

Gerakan kecil seperti memutar kunci mobil agar mesin mati pun, dilewatkan oleh Kinan. Perempuan itu keluar dan meninggalkan mobilnya yang masih menyala. Tidak berpikir lebih jauh, kalau-kalau ada orang jahat yang akan membawa kabur mobilnya. Otaknya benar-benar tidak bisa digunakan dengan baik.

Disela langkahnya yang bergetar, Kinan menggigit bibir. Berusaha mengenyahkan perasaan cemas yang datang tanpa permisi. Memacu otaknya agar berpikir positif, karena besar kemungkinan yang kecelakaan di sana bukanlah Gibran. Chef terkenal di negara ini tidak hanya dia seorang. Jadi bisa saja itu orang lain.

Sayangnya, sisi positif selalu berdampingan dengan sisi negatif. Satu pikiran negatif yang melintas berhasil melibas habis logikanya. Jikalau salah satu korbannya memang orang yang saat ini sedang melintas dipikirannya. Didorong oleh pemikiran itu, laju langkahnya bertambah cepat.

Tiga ratus meter dari mobil Kinan yang diparkir sembarangan, terlihat kerumunan warga. Langkahnya melambat di antara manusia yang juga ingin tahu kecelakaan yang belum lama terjadi. Dia terus bergerak, berusaha menyusup di antara kerumunan yang tertahan oleh garis polisi.

Kepalanya terasa berputar begitu bisa melihat dengan jelas lokasi kecelakaan. Tampak satu buah truk telah menabrak sebuah ruko. Baik truk ataupun rukonya rusak parah. Posisi badan truk menyamping, menghalangi setengah badan jalan. Menjadi penyebab dari kecelakaan beruntun yang tidak terhindarkan.

Sebuah mobil hitam rusak parah di bagian depan setelah menabrak badan truk hingga penyok. Ada dua sepeda motor yang tergeletak mengenaskan di aspal dan satu masuk ke kolong truk. Sementara satu mobil lain yang tampaknya berusaha menghindari truk, naas justru harus menabrak pembatas jalan.

Kinan menunduk untuk memegangi lututnya begitu kakinya terasa lemas. Menopang dirinya sendiri agar tidak jatuh. Bau anyir darah yang tersamarkan dengan polusi udara masih terasa menyengat ketika terhirup hidung. Menimbulkan rasa mual yang berdesakan untuk dikeluarkan. Terlebih, ketika matanya menjadi saksi saat satu korban berlumuran darah, baru saja di keluarkan dari kolong truk.

Butuh usaha keras bagi Kinan untuk berdiri tegak. Sebelum akhirnya melangkah melewati garis polisi yang terpasang. Kemudian menghampiri seorang petugas yang sedang mengevakuasi kendaraan yang menghalangi lalu lintas.

“Semuanya luka parah Mbak. Tadi korban terakhir,” jawab polisi yang ditanyai Kinan perihal kondisi korban. Merujuk kepada korban yang baru saja dikeluarkan dari kolong truk.

“Korban yang lain dimana Pak?”

“Sudah dibawa ke rumah sakit.”

“Ke rumah sakit mana ya Pak?”

"Rumah sakit Pelita Mbak."

Ketika sudah mengetahui rumah sakit tempat para korban dirujuk, Kinan meninggalkan lokasi kecelakaan. Kembali menuju mobilnya yang ternyata masih ada. Begitu tubuhnya sudah duduk di balik kemudi, tangannya mengambil ponsel. Ternyata panggilannya dengan Neta masih tersambung.

Hello, Ex-Boyfriend! (End) ~ sudah terbitWhere stories live. Discover now