3. Profesional

2.1K 170 23
                                    

Kalau kerja pakai perasaan berlebihan, jatuhnya malah baper.

-Kinanti Pratiwi-

---------------------------------------------------------

Usai memarkirkan mobil di tempat yang sekiranya kosong, Kinan segera turun untuk menapakkan kaki dikamar kontrakan yang sudah lebih dari satu windu ia tempati. Di saat bangunan di sekitar kontrakan tempatnya tinggal sudah banyak berubah. Pun dengan kontrakan tempat Kinan tinggal sudah beberapa kali mengalami renovasi dan kenaikan harga sewa perbulannya. Juga tetangganya yang datang pergi silih berganti-karena kebanyakan dihuni oleh para pendatang-Kinan tetap betah tinggal di sini.

Melihat kamar kontrakan Kinan yang kecil itu, tidak akan ada yang percaya pekerjaannya sebagai fotografer berpenghasilan tinggi. Apalagi dari penampilan yang memang sederhana walaupun tetap cantik. Sudah sering Neta meminta Kinan untuk pindah ke apartemen. Tapi namanya Kinan, otak kalkulatornya langsung hidup tanpa harus ditekan tombol on.

Jadi sekalipun Kinan sudah memiliki tiga unit apartemen tipe studio, Kinan lebih memilih menyewakannya kepada orang lain. Alasannya utamanya untuk menambah pemasukan. Untuk alasan lainnya, Kinan tidak mau apartemennya jadi berantakan kalau dirinya yang menempati. Dengan kesadaran penuh, Kinan tahu dirinya pemalas. Sayangkan, kalau apartemen yang dibeli dengan harga mahal harus tidak terawat karena ditempati pemiliknya. Ironis, tapi itulah Kinan yang pemalas dan perhitungan.

Setiap pulang Kinan selalu menyempatkan diri untuk mengetuk pintu tetangga sebelah kirinya. Meskipun mengetuk versi Kinan itu tidak ada bedanya dengan menggedor. Untungnya si tetangga ini sudah hafal sifat dan sikap Kinan. Maka begitu pintu terbuka, Kinan disambut wajah malas dari seorang lelaki yang berusia dua tahun lebih tua darinya.

“Dian yang angkat jemuranmu,” ucap seorang lelaki langsung.

Laki-laki bernama Noelan yang memiliki selisih dua tahun di atas Kinan, sudah tahu jika perempuan itu akan menanyakan perihal jemuran. Berhubung lokasinya dan Dian yang paling strategis untuk dimintai pertolongan perihal angkat-mengangkat jemuran. Menyelamatkan baju-baju Kinan dari tetes air hujan ataupun akibat dari kelupaan perempuan itu sendiri terhadap jemurannya.

Untung Kinan itu anak yang ramah dan asik, kalau tidak lelaki asal Sumatera itu tidak akan mau repot-repot bergantian dengan Dian mengangkat jemuran milik Kinan yang se-abrek. Meskipun tidak setiap hari, karena Kinan biasanya mencuci seminggu sekali, paling banyak dua kali.

Usai mengulas senyum, Kinan segera beralih dengan pintu tetangga sebelah kanan, bersiap mengetuk sebelum pintu terbuka tiba-tiba dan tumpukan baju langsung mendarat di depan wajahnya. Dengan cepat tangan Kinan meraih semua baju-baju miliknya. Mengatakan terima kasih kapada Dian dan membawa bajunya masuk ke dalam. Menaruhnya di tempat kosong yang tersisa, sebelum kemudian keluar dan bergabung dengan Noe dan Dian yang sudah duduk lesehan di depan kamar Noe. Namun belum sempat kakinya menapak di lantai kamar Noe, lelaki itu dengan cepat bersuara.

“Lepas sepatumu atau aku buang nanti!”

Kinan meringis sambil menggerakkan tangan untuk melepas sepatunya. Melupakan fakta jika Noe adalah orang yang sangat menjunjung tinggi kebersihan. Hal utama yang membuat hubungan mereka sebagai sepasang kekasih hanya bertahan selama satu minggu. Noe tidak tahan untuk berteriak sepanjang hari, mengingatkan Kinan untuk bersih-bersih yang tentu saja tidak digubris sama sekali. Meskipun kamar mereka bersebelahan, bisa dihitung berapa kali Noe menginjakkan kakinya di tempat Kinan. Karena kamar Kinan lebih berantakan dari kamar anak-anak.

“Untung aku sudah putus denganmu Nan, bisa jantungan Mamaku kalau tahu calon menantunya jorok kali,” ucap Noe begitu Kinan sudah duduk bergabung bersama mereka. Tentu saja setelah melepas sepatu dan mencuci tangan.

Hello, Ex-Boyfriend! (End) ~ sudah terbitحيث تعيش القصص. اكتشف الآن