10

20.2K 1.7K 251
                                    

Yusa menundukkan wajahnya, sangat menunduk sampai tubuhnya hampir membungkuk. Lirih, mulai terdengar isakan tangisnya. Tetesan air mata yang berjatuhan di paving terlihat sangat jelas.

"Menangislah sepuasmu, aku akan menemanimu. Pastikan ini terakhir kalinya kamu menangis karena keluargamu, Sa."

Mendengar ucapan Taka membuat Yusa semakin terisak. Ia jongkok, tak peduli lagi dengan mukenahnya yang akan kotor. Ditenggelamkan wajahnya diantara lutut dan tangisnya semakin pecah. Wanita itu sudah terbiasa menangis tanpa suara, karenanya Taka hanya bisa mendengar isakan saja.

Ia ikut jongkok di depan Yusa, hanya diam memperhatikan wanita bermukenah itu melepaskan semua rasa sesaknya. Jika dia bukan Yusa, ia sudah bisa meminjamkan dada dan pelukannya untuk dijadikan tempat menangis. Namun Taka tak bisa melakukan pada Yusa. Jadi seperti ini adalah cara terbaik yang bisa dilakukan untuk Yusa.

Tak lama Yusa mengangkat kepala dan menghapus sisa air matanya. "Kamu nggak jadi pergi?" tanya Yusa dengan sesenggukan.

Taka menggeleng, "setelah ini."

Yusa segera berdiri. "Maaf aku membuang-buang waktumu, Ka."

"Nggak apa, cuma nge-DJ doang, anak-anak lain juga bisa gantiin. Telat bentar doang." Taka ikut berdiri. "Besok secara resmi aku akan melamarmu."

"Besok?" Yusa terbelalak.

"Kamu mau lebih lama dihina dan diinjak-injak?"

Yusa menggeleng.

"Setelah kita menikah, kita tinggal di rumahku."

"Nggak di sini?" Yusa menunjuk rumah yang ada di sampingnya. "Terus, gimana dengan Ayahmu? 'Kan lagi sakit?"

"Ada Buk Sri. Ayah mengijinkan tinggal di rumahku sendiri kalau aku sudah menikah."

Yusa merasa kasihan dengan Cahyadi jika harus ditinggal sendirian.

"Kalau udah, aku pergi dulu, Sa."

"Bentar, Ka."

Taka diam dan menunggu.

"Kamu janji akan membiarkanku tetap bekerja, 'kan?"

"Iya, aku janji tidak akan pernah melarangmu melakukan apapun yang kamu mau."

Yusa tersenyum lebar dan terlihat lega.

"Katakan mahar apa yang kamu pinta. Aku akan memberikannya padamu."

"Kamu akan memberikan apa yang kuminta?"

"Selama aku mampu."

Yusa terlihat berpikir sejenak kemudian menatap Taka dengan ragu-ragu.

"Katakan, Yusa," desak Taka.

"Maafkan aku jika meminta terlalu banyak."

Taka mengangguk.

"Aku ingin maharku uang tunai, dua puluh juta, Ka."

"Oke!"

"Kamu nggak keberatan?"

"Enggak."

"Tapi itu banyak."

"Nggak masalah," jawab Taka ringan, "ada lagi?"

Yusa mengangguk. "Aku juga mau pernikahan kita dilakukan dalam minggu ini."

Taka sedikit terkejut namun ia menganggukkan kepala kemudian. "Oke, kita nikah secepatnya."

Setelah percakapannya dengan Taka semalam tak membuat pagi Yusa berbeda dari sebelumnya. Ia masih sibuk berjualan nasi pecel. Yang berbeda hanya sore harinya dia sudah tidak bekerja lagi di minimarket, karena penggantinya sudah ada dan dia sudah resmi keluar dari tempatnya mencari nafkah tersebut.

Elegi Tawa Niyusa [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now