01

35.8K 2.5K 249
                                    

"Pikirkan apa yang kamu punya, jangan pikirkan apa yang enggak kamu punya."

Sebuah kalimat yang keluar dari mulut anak kecil bernama Gantaka Rahagi yang selalu tersemat di benak Niyusa Bina hingga kini. Perempuan berhijab dengan tubuh mungil itu memang harus sering-sering mengingat kalimat itu. Jika tidak, ia akan tenggelam dalam rasa insecure-nya.

"Yusaaaa!"

Teriakan dari dalam rumah sederhana membuat Yusa terkejut. Ia segera meninggalkan gerobak nasi pecel milik Ibunya ketika mendengar suara barang-barang berjatuhan dari dalam kamarnya.

"Astaghfirullahaladzim! Risa!" pekiknya ketika melihat novel dan buku-buku diary-nya berserakan di lantai kamar.

"Kamu ngapain aja sampai lupa bangunin aku?" teriak wanita cantik berpiama mewah, matanya menyala marah pada Yusa.

"Kamu pikir aku itu kamu? Tiap bangun pagi cuma santai-santai nunggu jemputan!" balas Yusa.

"Ada apa sih ini? Matahari aja belum muncul, kalian sudah berisik! Malu sama tetangga!" lerai Sumi, ibu dari kedua perempuan yang tengah bertengkar itu.

"Yusa gak bangunin aku, Buk! Padahal pagi ini aku harus ke Surabaya, setengah jam lagi mobil travelku datang. Mana sempat aku siapin semuanya!" adu Risa pada ibunya.

"Ya sudah, kamu cepetan mandi. Biar Yusa yang bantu siapin keperluan kamu," ujar Sumi memberi solusi.

"Buk! Yusa pagi ini piket toko, setengah enam harus udah di sana," tolak Yusa

"Kalo kamu yang telat itu gak penting! Kalo aku yang telat dan sampai bermasalah, itu jadi petaka! Kamu mau menanggung perekonomian keluarga ini?!" sentak Risa, "jadi kasir minimarket sepi aja belagu!"

"Jangan sombong kamu! Semua yang ada di dunia ini gak ada yang abadi, termasuk kesuksesanmu!" balas Yusa.

"Bilang aja iri!" ujar Risa seraya meninggalkan kamar Yusa.

"Aku buktiin kalau aku bisa lebih sukses dari kamu, Ri!" teriak Yusa.

"Udah, Nduk ... Bantu adikmu saja. Ibuk mau berangkat dulu,"

Yusa mulai memupuk air mata, ia mengiba pada Ibunya. Namun wanita kurus dengan rambut pendek beruban itu memilih menghindar dan pergi.

Beginilah kehidupan muslimah berusia 24 tahun itu, selalu direndahkan dan diabaikan. Bahkan oleh keluarganya sendiri. Bagi mereka, Risa adalah ratu di rumah ini. Setiap perintah dan kemauannya harus dituruti. Sedangkan Yusa, hanya akan dianggap ada jika dibutuhkan.

Sejak kecil Risa sudah mendapat perhatian spesial dari kedua orang tuanya karena ia pandai dalam berbagai hal. Yudi dan Sumi sebagai orang tua melihat jika anak kedua mereka kelak akan mengubah perekonomian keluarga, karena itulah mereka rela berhutang kesana kemari untuk memberikan kebutuhan terbaik Risa.

Sedangkan Yusa, berbeda 180 derajat dari adiknya. Kelebihan yang dia miliki adalah pandai mengurus rumah. Jika Risa bersekolah di International school sejak usia dini, Yusa justru bersekolah di sebuah madrasah tak terkenal di daerahnya. Pekerjaan Yudi sebagai satpam perumahan dan Sumi sebagai pedagang nasi pecel di tepi jalan menjadi alasan agar Yusa mau bersekolah di tempat yang murah. Begitulah Yusa, sejak kecil ia sudah dipaksa untuk selalu mengalah pada adiknya.

Elegi Tawa Niyusa [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now