"Dan lo tadi bilang apa?! Berat?" Aqilla berdeham. "Maaf ya Raffa, kayak nya bukan gue yang berat deh! Tapi lo nya aja yang lemah!"

"Udah di tolongin bukannya bilang makasih malah ngata-ngatain seenak jidat." Sinis Raffa.

"Ngapain bilang makasih, kalo yang nolonginnya aja gak ikhlas!" Balas Aqilla tak mau kalah.

BRAKKKK

Andra memukul meja dengan telapak tangannya. Hal itu membuat teman-temannya yang ada di dalam kelas terkejut.

"Eh Andra!! Lo ngagetin orang aja sih! Kalo gue ngedadak jantungan gmna?! Emang nya lo mau apa tanggung jawabl?!" Tegur Cikal, sebagai ketua kelas.

"Kalo lo jantungan, gue siap kok donorin hati gue buat lo." Ucap Andra, mencoba untuk menggombali Cikal.

"Gak jelas!" Acuh Cikal.

Ucapan Cikal mengundang tawa bagi teman-teman yang ada di kelasnya, terutama Alvaro yang terbahak-bahak menertawai gombalan aneh Andra.

"Salah server, yang di butuhin jantung, yang di kasih malah Hati." Ledek Alvaro yang masih menertawai Andra.

Andra hanya berekspresi datar, karena gombalannya kini malah meleset menjadi menertawai dirinya.

Suasana di dalam kelas XI IPA1 menjadi ramai saat siswa-siswi yang tadinya berada di kantin, kini kembali ke kelas setelah mendengar bunyi bel yang menandakan jam istirahat berakhir. Dan mereka semua mengikuti pembelajaran sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan.

"Sebagai nilai praktek di semester ini, ibu akan memberikan tugas kelompok untuk membuat satu macam kerajinan bahan lunak yamg berasal dari tanah liat! Minggu depan hasilnya akan ibu nilai!" Ucap bu Metta guru mata pelajaran prakarya.

"Bu, pembagian kelompoknya ibu yang tentuin atau kita sendiri yang tentuin?" Tanya Cikal dengan mengangkat tangan kanan nya.

"Nanti ibu yang akan tentukan." Jawab bu Metta. "Karena sebentar lagi jam pelajaran ibu selesai, silahkan Cikal sebagai ketua kelas nanti pas jam istirahat kedua datang ke ruang guru, ambil daftar nama kelompok yang udah ibu bagi di atas meja ibu!" Sambung bu Metta.

"Baik bu." Sahut Cikal.

Bu Metta melangkah keluar kelas tepatnya saat bel pergantian jam berbunyi. Dan jam pelajaran berikutnya di isi oleh bu Anna.

Bu Anna hanya menjelaskan bagian materi yang kemarin belum sempat di terangkan. Setelah beberapa waktu berlalu akhirnya jam istirahat ke dua berbunyi.

"Kantin kuy!" Ajak Raffa yang berlalu menuju luar kelas.

"Gassss." Andra menyusul Raffa, di ikuti juga oleh Alvaro.

"ABANG, LUNA PESEN CILOK 3 PORSI AJA!!DI BUNGKUS YA BANG." Teriak Luna kepada Alvaro, kembarannya.

Alvaro hanya memberi isyarat sebagai jawaban dengan mengacungkan jempolnya ke atas tanpa menoleh kebelakang.

"Buset! Itu laper atau doyan? Sampe tiga porsi gitu!" Komentar Aqilla

Luna memperlihatkan deretan giginya. "Dua-duanya."

"Sriusan lo bakal ngabisin tiga porsi cilok sekaligus?" Devira ikut berkomentar.

"Ih, ya nggak lah. Luna itu sengaja pesen tiga porsi sekalian buat kalian juga, Biar kita ga usah ke kantin. Aqilla sama Devi kan tau kalo setiap jam istirahat ke dua makanan di sana laku keras sampe kita sering gak kebagian makanan. Mangkanya Luna nyuruh bang Al beliin Cilok buat kita." Jelas Luna pada kedua sahabatnya.

"Kok gak sekalian sama minumannya." Ucap Devira hanya sebagai gurauan.

"Oh iya Luna lupa. Yaudah bentar Luna kasih tau bang Alva dulu." Luna mencari keberadaan ponsel milik nya yang ada di dalam Laci mejanya.

Devira dengan cepat menghentikan aktivitas Luna. "Eh udah gausah! Gue cuman bercanda kok. Lagian kan air yang kita bawa dari rumah masih ada. Jadi kita minum air putih aja biar sehat."

"Yaudah deh." Sahut Luna.

Dari arah luar pintu Cikal menghampiri keberadaan Aqilla, Luna dan Devira yang duduk di bangkunya masing-masing.

"Nih, kelompok prakarya. Nanti lo kasih tau ke anggota kelompok lo ya!" Cikal memberikan selembar kertas pada Aqilla.

"Iya. Makasih kal."

Cikal hanya mengangguk sambil tersenyum kemudian kembali melangkahkan kakinya.

"Siapa aja kelompok lo Qil? Gue mau liat dong! Siapa tau aja ada nama gue sama Luna." Ucap Devira berharap.

Mereka bertiga membaca tulisan yang ada pada selembar kertas di tangan Aqilla. Dan ternyata harapan Devira memang benar. Nama Devira dan Luna tertulis dalam daftar kelompok Aqilla.

"Yey kita Satu kelompok." Seru Luna setelah mengetahui namanya ada dalam kertas itu.

Sementara Devira hanya mengembangkan senyumannya karena apa yang tadi ia harapkan tadi benar-benar terjadi.

Bagaimana dengan Aqilla? Cewek itu tidak beraksi apapun sejak mengetahui nama anggota kelompoknya.

Aktivitas Luna dan Devira terhentikan saat mereka berdua melihat Aqilla yang terus diam tanpa sepatah kata pun.

Devira dan Luna menatap Aqilla dengan sorot mata yang penuh dengan tanda tanya.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Aqilla? Mengapa cewek itu tak bereaksi sama sekali setelah mengetahui anggota kelompoknya? Yuk cari tahu jawabannya di part selanjutnya yak guys!

※※※

YANG BELUM FOLLOW AKUN ABDI, YUK FOLLOW YUK!

* Abdiputri *

JANGAN LUPA KLIK LAYAR BERGAMBAR ✩ BAGI YANG BELUM VOTE!

SEE YOU NEXT PART♡

RAFILLAWhere stories live. Discover now