Tasya 2 || Empat Puluh Lima

844 91 14
                                    

Setelah kepergian Steven beserta Zipon. Tasya kembali duduk di tempat semula. Semua masih saling diam tidak mau mengeluarkan suara.

"Jadi, gimana? Masih mau di lanjut atau sudah selesai, kalo sudah saya mau pulang cap-

Naya memandang Tasya dengan ketidak ikhlasan, "Belom. Mungkin yang lain ga berani nanya tapi gue berani. Gue tanya, apa dan kenapa Mauren yang bernotabe sebagai temen lo rela ngelakuin hal yang kekanakan ini sama lo?"

"Cinta."

"Cinta?" beo Restu.

Tasya mengangguk, "Hm, cinta."

"Ada apa dengan cinta?" Valen bertanya tapi terdengar seperti menyebutkan sebuah judul film beberapa tahun lalu.

"Mauren suka sama Alfa tapi Alfa dari dulu sukanya sama gue, begitu sih yang gue denger dari orang-orang." jawab Tasya. Tasya melirik Lani, "Bener begitu, Lan?"

Dengan takut Lani mengangguk karena itu adalah kebenarannya.

"Jadi, dia ngelakuin itu hanya karena cemburu?"

Tasya menggeleng, "No, obsesi. Dia terlalu berobsesi mau jadiin Alfa suaminya."

"Jadi, Mauren rela lakuin hal gila ini hanya karena cemburu sama lo?"

"Maybe." ucap Tasya menjawab pertanyaan Naya sambil mengangkat kedua bahunya.

"Gila sih, cuma karena cinta dia rela ngelakuin hal gila ini. Lo suka Tasya, Al?" pertanyaan Valen membuat Alfa diam.

Catty yang ada di sampingnya berusaha agar tidak marah namun gagal karena semua ini sudah ia tahan sejak lama, "No, Alfa cuma pura-pura suka sama Tasya dan itu atas perintah-

"Kok ga di lanjut?"

Tasya berusaha tenang walau dalam hati ia sangat penasaran. Hal ini tidak ada di list pengetahuannya, jadi Alfa menyukainya karena di suru seseorang? Singkatnya ia hanya bepura-pura karena di bayar?

"Gue. Gue yang nyuru Alfa."

Semua mata tertuju pada Gibran.

"Oh, gue paham. Jadi Alfa orang yang lo suru buat mata-matain gue?"

Gibran mengangguk. Sasaran tidak meleset, "Tepat. Lo emang pinter cuma kurang peka aja."

"Sialan!" Gibran terkekeh mendengar hujatan itu.

"Wait! Jadi Alfa suruhan lo dan Alfa juga suruhan Jupiter? Gila lo Al, duit lo udah banyak banget itu! Wooy! Bakal buat apaan tuh duit?" Restu heboh sendiri padahal biasanya ia selalu menjadi manusia paling kalem.

"Nikah. Untuk biaya pernikahan."

"Anjing! Jadi lo udah mau nikah? Sama siapa lo?!" sudah tidak ada kata formal lagi. Tasya menggunakan kata-kata sehari-harinya.

"Catty. Mereka udah tunangan." sambar Gibran.

"Fak! Pantes lagi itu lo berduaan di ruangan Catty, mau ciuman lo ya!!"

"Sial banget mulut lo, Sya!" Naya menimpuk Tasya dengan tissu berukuran kecil yang ia bawa. Semua tertawa kecuali Alfa dan Catty yang terdiam malu.

Kesya berdehem membuat semua pasang mata menatapnya.

"Ok gini aja. Saya udah ga tau semuanya dan sekarang ini tinggal urusan kalian. Suami saya udah jemput. Permisi."

Kesya pergi begitu saja. Sekarang tinggal Tasya, Gibran, Jupiter, Naya, Restu, Lani, Alfa dan Catty yang masih ada di ruangan ini.

"Kita selesaikan sekarang. Gue minta maaf karena udah terlalu ikut campur urusan lo." jedanya.

"Buat Alfa makasih banget udah mau bantu gue - Alfa mengangguk - Jangan lupa dateng ke acara nikahan gue ya."

"Iya, Tuan."

Jupiter terkekeh, "Panggil Piter aja, kita seumuran kok. Kalo gitu gue balik duluan ya, mau fitting baju."

Jupiter bangun.

"Hati-hati, Pit. Maaf gue udah emosi sama lo." Tasya ikut bangun lalu memeluk Jupiter yang juga ikut membalas pelukannya. Anggap saja ini pelukan terakhir sebelum semuanya benar-benar menjalanin hidup mereka yang sesungguhnya.

Benar-benar yang terakhir.

"Gue tau lo, Sya. Emosi lo cuma sesaat. Udah, lihat muka Gibran noh, mirip kaya tomat."

Kekehan keluar dari mulut mereka semua. Benar, wajah Gibran nampak merah, sepertinya ia marah dan tidak terima ketika Tasya di peluk orang lain.

"Yaudah, balik guys!"

Jupiter benar-benar pergi. Tasya kembali menatap teman-temannya.

"Jadi, Lani suruhan siapa?"

"Saya di suruh sama Oppah David dan Kakek Teddy untuk awasin dokter Tasya. Kalo membahas tentang jurusan saya itu benar, tapi saya tidak suka dengan jurusan itu bahkan saya benci dokter karena orang tua saya meninggal akibat kecerobahan para dokter."

"Jadi, Opah dan Kakek yang nyuruh lo?!" begitu kaget. Pasalnya kedua kakaknya sudah tidak lagi mengikut campurkan urusannya sejak lama, tapi mengapa ini terulang lagi?

"Iya. Mereka cuma suruh saya untuk awasin dokter karena katanya dokter suka kaya anak kecil ga pernah mau makan kalo ga di suru." jawaban klasik tapi benar adanya.

"Maaf karena saya udah bocorin tentang Mauren sama Pak Gibran dan maaf juga saya sempat nguping pembicaraan itu mengenai Mauren tadi."

Tasya mengangguk paham ia memaklumimya.

Sekarang ia paham. Lani adalah suruhan David dan Teddy. Alfa adalah suruhan Gibran yang merangkap menjadi pesuruh Jupiter demi uang yang akan ia pakai untuk modal nikah. Zipon sih anak buahnya adalah suruhan Jupiter.

Ini sungguh-sungguh di luar pikirannya.

Sampai sini ia paham, bahwa sesungguhnya memang ia di kelilingi oleh orang-orang baik yang tidak akan mau melihatnya rapuh tapi kadang caranya saja yang sulit di terima.

Gibran yang melihat senyum Tasya terbit ikut tersenyum. Ia yakin jika sifat pemaaf Tasya masih ada bahkan sampai saat ini.

"Ga usah senyum-senyum lo, gue masih banyak pertanyaan yang harus lo jawab. Malem ini ke rumah gue kalo ga, gue marah." juteknya.

Gibran tersentak kaget karena tiba-tiba telunjuk Tasya ada di keningnya bersama dengan kalimat yang di ucapkan.

"Gue ga suka-

"Apa?! Ga suka di tunjuk? Iya? Tapi itu emang pantes buat lo!" teriaknya kesal. Ada gitu manusia nyebelinnya kaya Gibran.

Plak!

Gibran mengaduh. Kepalanya yang tidak berdosa di tempeleng dengan begitu kasarnya oleh tangan sialan milik Tasya.

"Sakit goblok!"

Mata Tasya melotot. Sialan sekali mulut itu.

"Fak! Gue balik. Bye!"

"Ehh, makanan siapa yang bayar?!" kepergiannya di tahan oleh Valen yang meneriakinya mengenai masalah pembayaran makanan.

Bibir Tasya monyong-monyong menunjuk Gibran yang juga sedang menatapnya, "Tuh, Tuan Gibran yang terhormat aja suruh bayar."

Gibran berdecih, "Jupiter sialan, maen pergi aja."

👩‍⚕👩‍⚕👩‍⚕

Up!

Jam 7 up lg

Tasya 2 (Continued Story) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang