Tasya 2 || Dua Puluh Tiga

878 89 17
                                    

Dengan pakaian rapihnya Tasya memasuki rumah sakit. Hari ini ia berangkat pagi-pagi sekali sebab Lani mengabari jika ada beberapa berkas yang lupa Tasya revisi.

Tasya berjalan terburu hingga tidak menyadari ada Jupiter yang menunggunya tepat di depan pintu rumah sakit. Tasya menoleh dan hampir memberikan pukulan pada rahan Jupiter jika saja Jupiter tidak berteriak menyebut namanya.

"Eh, maaf." ujar Tasya melepas perlahan cekalan yang ia berikan di tangan Jupiter.

"Ada apa? Pagi-pagi ke sini?" Tasya mulai bertanya pada Jupiter yang hanya diam.

Sepertinya rasa cangung masih ada di dalam diri Jupiter.

"Ini, Mami titip ini buat lo dia bilang lo harus jadi juri buat masakan dia kali ini." jelas Jupiter. Tangannya menyerahkan paperbag dan di terima oleh Tasya dengan senyum.

"Kenapa gue?"

"Katanya ini resep dari lo. Nanti gue kirimin nomor Mami lo telepon sendiri, ya?"

"Iya."

Jupiter sedikit merapihi jasnya, "Gue pergi dulu, jangan lupa makan." Jupiter pergi setelah memberikan usapan singkat pada kepala Tasya. Tasya sempat termenung kemudian tersenyum tipis.

"Mungkin sulit buat dia."

Kembali memasuki tempatnya bekerja dengan menenteng paperbag di tangannya. Ia berjalan dengan senyum dan menyempatkan diri untuk bertegur sapa dengan para pegawai yang sedang membersihkan lantai atau mengelap kaca.

"Permisi."

Langkahnya berhenti lagi. Ia kembali menoleh pada seorang pria dengan kaos navi dan juga jeans hitam yang berdiri di dekat lift yang akan Tasya naiki.

"Ada apa, ya, Mas?"

"Mbak tau dokter Clareta?" tanya pria itu.

"Disini tidak ada dokter dengan nama Clareta, Mas." jawab Tasya sopan.

Pria itu nampak bingung. Ia sempat diam seperti sedang berfikir dan tindakannya membuat Tasya kasihan.

Tasya menepuk pundak pria itu pelan, namun pria itu langsung menariknya dan memeluknya erat. Tasya berusaha meronta namun gagal karena tenaga pria itu lebih kuat darinya.

"MAS! JANGAN KURANG AJA DONG!" emosi Tasya naik. Dengan mengeluarkan seluruh tenanganya akhirnya Tasya bisa terlepas dari kukungan pria kurang ajar itu.

Pria itu terlihat seperti pria bodoh yang diam tanpa mau mengeluarkan suara. Tasya menoleh mendengar suara tepuk tangan seseorang dari arah samping.

"Wah, wah, wah! Seorang dokter yang terkenal kalem dan juga anak pemilik rumah sakit kok peluk-pelukkan di tempat umum sih. Tadi mah gue foto terus gue sebar ke grup rumah sakit, seru kayanya."

"Jaga mulut, lo!" protes Tasya pada Catty yang datang di saat waktu yang tidak tepat. Hal ini di manfaatkan oleh pria tadi untuk keluar dari rumah sakit ini menyisahkan Tasya dan juga Catty.

"Kemarin Alfa sosoan di tolak, terus ga lama bawa cowo berjas masuk ke ruangan eh sekarang peluk-pelukan sama cowo itu. Murah banget lo, ya, Sya!" nyinyir Catty.

"Gue ga kenal sama tuh cowo!" balas Tasya.

"Klasik."

Tangan Tasya mengepal kuat. Ia benar-benar marah saat ini. Ia ingin sekali melampiaskan amarahnya tapi entah pada siapa. Tindakan pria itu di tambah kemunculan Catty di waktu yang tidak tepat membuat Tasya jadi panik takut berita ini benar-benar akan di bongkar oleh dokter gila seperti Catty.

Tasya 2 (Continued Story) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang