Tasya 2 || Empat Puluh Satu

840 90 21
                                    

Seharian ini Tasya menghabiskan waktu hanya untuk bermalas-malasan. Entah berguling-guling di kasur atau turun kebawah bermain bersama Shilla.

Sebenarnya malas ini muncul bukan tanpa sebab melainkan karena Gibran. Pria itu sejak semalam tidak ada memberikannya kabar, terakhir kabar yang ia terima jika Gibran akan keluar kota.

Ia berfikir, apa mungkin pekerjaan Gibran begitu banyak atau malah sebaliknya, yaitu bermain dengan wanita? Tidak mungkin.

Ia turun kebawah masih dengan piyama tidurnya padahal matahari sudah bersinar sangat terang. Di bawah ia bertemu dengan Shilla yang sedang duduk anteng bersama Kesya dan Helmi.

Tasya ikut duduk di sofa dengan wajah malas.

"Lho, kamu ga kerja, Sya?" Tasya menggeleng menjawab pertanyaan papahnya.

Kesya yang ada di depan Tasya sibuk memperhatikan anaknya yang hanya diam dengan wajah yang terlihat suram.

"Kamu kan ga libur, kenapa di rumah?" Kesya bertanya. Tasya menatap mamahnya ogah-ogahan.

"Sendirinya juga ga kerja."

"Mamah libur."

"Sama." Tasya kembali menjawab. Jiwa datarnya kembali muncul di permukaan dan ini terjadi karena orang-orang di sekitarnya yang membuat kadar bicaranya kembali seperti dulu.

"Kamu ga libur, tadi mamah udah tanya sama-

"Tasya bolos sehari dua hari ga bikin pasien mati. Lagi pula dokter banyak bukan cuma Tasya." skartis. Tasya kali ini benar-benar menunjukan ketidak sukaannya pada kesya.

Kesya hanya bisa diam karena ia belum paham mengapa anaknya begitu judes padanya. Helmi menyuruh Shilla untuk pergi ke kamar orang tuanya, tidak baik bagi Shilla jika mendengar perdebatan ini.

"Sya, kamu kenapa?"

"Aku ga papa, Pah."

"Bohong. Kamu kelihatan kesel banget sama Mamah kamu." ujar Helmi.

"Iya, kamu kenapa? Mamah ada buat salah?" Kesya menyambung.

Senyum devil milik Tasya terpancar dan kedua orang tuanya tau itu. Jika senyum ini sudah keluar pasti Tasya sudah sangat muak dengan keadaan yang menimpanya.

"Sya-

"Tasya udah cape dengan permainan murahan yang di mainkan oleh orang terdekat Tasya."

Alis Helmi saling bertautan. Ia tidak paham dengan apa yang Tasya omongkan tapi Kesya sepertinya paham dengan alur pembicaraan anaknya.

Kesya bangun dari duduknya namun di tahan.

"Jangan sampai Tasya yang bertindak, ya, Mah. Tasya ga mandang dia baik atau jahat, kalo Tasya udah bermain jangan harap bisa berhenti."

Kesya kaku. Matanya melotot kaget sepertinya Tasya memang benar-benar sudah mengetahui rencananya.

"Tasya, Mamah bisa jelasin."

Tasya bangun, "Ngga perlu, Tasya bisa cari tau sendiri tanpa bantuan siapapun termaksud Alfa, Catty dan Jupiter."

Monohok! Kesya di sindir dengan kasar. Setelah itu Tasya pergi, kembali masuk kedalam kamarnya. Sedangkan Kesya yang kaku bertambah kaku ketika sadar jika suaminya ikut memandang dengan kesal.

"Apa yang kamu lakuin?"

"A-Aku cuma mau buat perempun itu jauh dari Tasya karena dia yang-

"Caramu salah, Kes." setelah itu Helmi pergi meninggalkannya.

Tasya 2 (Continued Story) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang