Tasya 2 || Dua Puluh

828 103 32
                                    

Waktu istirahat di manfaatkan semua orang yang bekerja untuk makan, minum atau bersantai untuk meregangkan otot mereka tapi tidak dengan Tasya yang marah-marah dan terus mengumpat karena jam istirahatnya kali ini di buat sedikit mistis.

Beberapa menit yang lalu, Tasya membeli kopi dengan mengunakan jasa online dan saat di minum rupanya ada sesuatu yang aneh di dalam gelasnya. Hal itu terlihat jelas pada saat Tasya membuang air kopinya dan hanya menyisahkan esbatu dan benda-benda itu.

Lani yang masih panik sejak tadi terus saja mondar-mandir tidak jelas dengan ponsel di tangannya. Ia bingung harus menghubungi Kesya atau tidak mengenai masalah ini.

Tasya sendiri masih duduk diam di bangkunya dengan mata tertuju pada gelas kopi yang terbuat dari plastik itu.

Tasya menarik nafas membuangnya dengan kasar ketika melihat Lani yang terus bolak-balik tidak jelas di depannya.

"Kamu bisa diam ga? Ga usah kasih tau Mamah saya, nanti dia khawatir."

Lani diam dan mengangguk. Ia duduk di depan Tasya dan ikut menatap gelas itu.

"Kira-kira siapa ya, dok?"

"Saya ga tau. Ini kali ketiga saya nerima semacam ini."

"Tiga?" Lani melongo mendengarnya. Kali ketiga dan Tasya nampak santai? Jika dirinya sudah ketakutan setegah mati.

Bagimana ga takut. Tujuan beli kopi mau menghilangkan haus ini malah dapet hadiah yang bikin tenggorokan terasa kecekik. Ada dua buah silet dan puluhan jarum puntul di dalam gelas kopi Tasya. Sebenarnya yang membuat Lani panik ketika Tasya hampir saja menelan jatum pentul itu dan beruntungnya tidak sampai karena Tasya sudah merasakan.

"Iya. Pertama mobil saya di coret-coret. Kedua beberapa hari yang lalu saya dapet paket yang isinya foto saya dengan darah, tidak, itu seperti darah buatan."

"Sekarang, ini?" Lani melanjut Tasya mengangguk.

"Apa dokter ga mau selidikin? Ini berbahaya lho."

"Saya belum mau bertindak, Lan. Biarin aja pelakunya senang dulu baru nanti saya buat dia nangis." kalimatnya memang terdengar kalem tapi itu cukup membuat Lani merinding.

"Apa-

"Mauren datang! Permisi, ada orang?!"

Baik Tasya maupun Lani menghela malas melihat Mauren yang datang dengan berteriak membuat telinga mereka sakit. Lani yang dari dulu tidak begitu menyukai Mauren memilih pergi meninggalkan ruangan Tasya tentunya setelah izin.

Sekarang gantian Mauren yang duduk di tempat Lani tadi, menatap Tasya dengan senyum namun senyumnya sirna berganti dengan keterkejutan ketika melihat gelas kopi tadi. Matanya melotot kaget, kaget luar biasa.

"Sya, ini lo apa-apaan?" tanya Mauren pada Tasya. Tatapan perempuan itu bergelik ke atas bawah menatap Tasya dan gelas secara bergantian.

"Ada yang iseng sama gue." jawab Tasya singkat.

Mauren mengambil silet di gelas itu secara perlahan, "Ini silet beneran, Sya? Ya ampun bahaya banget. Gila siapa yang iseng sampe segininya."

Tasya mengangkat kedua bahunya, "Gabut kali."

"Lo ga mau nyelidikin, Sya?"

"Males. Nanti juga diem sendiri kalo capek." Tasya memang gila, menganggap hal sebesar ini dengan begitu santai tanpa memikirkan efek dari tindakan orang tersebut.

"Lo ngerasa pernah nyakitin orang ga?"

Tasya diam. Apa ia pernah nyakitin seseorang selama beberapa tahun belakangan? Sepertinya tidak karena Tasya hanya bergaul dengan teman-teman semasa SMAnya saja lalu bagaimana bisa ia menyakiti seseorang?

Tasya 2 (Continued Story) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang