Tasya 2 || Empat Puluh

860 90 10
                                    

Tasya masuk kedalam ruangannya tepat di jam satu siang. Sehabis membuntuti mamahnya serta dua dokter itu Tasya pergi kesuatu tempat yang dapat membuat dirinya tenang tapi di sana ia malah bertemu dengan Valen dan juga Dinda yang sedang duduk berduaan di tepi danau. Entah mereka berdua ada hubungan apa Tasya tidak perduli.

Karena kesal dengan Valen yang terus mengoloknya Tasya akhirnya memilih menjalankan mobilnya ke tempat di mana ia biasa sarapan. Warung bubur pinggir jalan.

Dengan hentakan Tasya duduk di kursi putar yang sudah menemani dirinya hampir satu tahun lamanya. Hanya kursi ini yang tau dingin, panas, bau dan lembabnya keadaan bawah Tasya. Iw!

Helaan nafas terus terdengar. Ia tidak habis fikir kenapa dan ada apa sebenarnya antara mereka tapi satu yang Tasya simpulkan dari pembicaraan tadi yaitu ada seseorang yang keberadaannya sedang di sembunyikan oleh mereka, tapi siapa!?

Mereka membawa nama Jupiter dan juga Gibran. Gibran jelas tidak tau menau tentang ini tapi Tasya yakin jika Jupiter tau.

Tasya menumpuh kepalanya, "Mamah disini jelas sebagai ketua yang hanya memerintah dan menerima informasi. Alfa dan Catty terlihat seperti bawahan Mamah, lalu Jupiter, penyalur uang? Bisa jadi."

Tasya terus berfikir kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan terjadi kedepannya. Jika mamahnya bilang jangan sampai Gibran tau berarti ini hal yang fatal, bukan?

"Yang gue permasalahin itu siapa yang mereka maksud? Kenapa otak gue mikirnya kalo sasaran mereka adalah perempuan itu?"

Pluk!

Tasya memukul kepalanya sendiri dengan ponsel. Kenapa sekarang ia begitu bodoh, kemana otak pintarnya? mengapa dengan mudahnya ia bisa tidak tau apa yang sedang terjadi di sekitarnya.

Bukan kah dirinya dulu begitu hebat dan cekatan? Fidel yang bermain cukup cantik saya bisa di sikat lalu sekarang? Bodoh!

"Ah, shit!"

Tasya meringis memegangi keningnya yang baru saja menjadi pelampiasan amarahnya. Ia memang benar-benar bodoh!

Pintu terbuka. Lani terkejud melihat Tasya yang sedang membenturkan keningnya pada meja dan itu cukup keras, apa segitu frustasinya?

"Dok! Kenapa?"

Tasya menonggak dengan kening yang memerah. Ia bisa melihat jika Lani terlihat khawatir.

"Mau apa kamu?!" omongan menyebalkannya keluar lagi, Lani hanya bisa menghela nafas ketika nada bicara dokternya berubah menjadi lebih judes dan datar.

"Maaf, dok. Saya mau minta izin pulang awal karena saya mau pindah kosan."

"Sana."

Lani mengangguk lalu langsung undur diri untuk pulang. Tasya yang masih diam di tempat merasa bingung, apa yang harus ia lakukan karena setaunya hari ini ia libur dan itu yang menyebabkan Tasya bisa keluar masuk rumah sakit sesuka hati.

Tasya melirik jam di pergelangan tangannya, baru pukul dua dan ia sangat malas untuk pulang. Perempuan itu beranjak dari duduknya untuk mengunci pintu ruangannya lalu mendekat pada ranjang pasien, merebahkan tubuhnya lalu menutup mata.

💉

Sore hari Restu menyempatkan diri untuk ke rumah sakit tempat Naya bekerja dan saat ini keduanya sudah ada di kafetarian dekat rumah sakit, duduk berdua saling berhadapan dengan minuman pesanan mereka masing-masing.

Restu menatap kekasihnya yang kecantikannya bertambah ketika jas putih itu di kenakan, seakan aura yang di miliki keluar.

"Nay,"

Tasya 2 (Continued Story) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang