November

10 1 0
                                    

Aku menuliskan apa saja yang pernah kita lalui bersama disini. Di padang sepi dengan satu filicium di tengahnya. Namun daun-daunnya sekarang mengering dan berguguran. Lalu pergi jauh karena tertiup angin.

Aku menulis kenangan kita di langit biru dan cerah milik november tahun lalu. Namun langitnya sekarang menghitam. Dan hujan deras turun di waktu-waktu setelahnya.

Aku berlari melawan angin untuk menuju tempat ini. Aku kira kau akan masih ada disini. Tapi ternyata tidak. Lalu dengan perasaan cemas aku menatap langit. Tanpa aba-aba, hujan tepat jatuh di atasku. Seakan ingin menyamarkan air mata yang jatuh di waktu yang sama.

Aku harus mencarimu kemana? Yang ku tau hanya tempat ini.

Pikiranku penuh dengan rasa khawatir. Bahkan sedikit saja aku tidak mampu berpikir dengan jernih.

Aku menggigil kehujanan, tapi kau tetap tidak terlihat datang. Aku sendiri sampai akhir.

Kenapa rasanya aku hidup di masa lalu lagi?

Hujannya bahkan tidak memiliki belas kasih kepadaku. Kapan kau akan berhenti?!

Kau tau Capella? Daun-daunnya sudah habis. Yang tersisa hanya ranting-ranting kesepian yang mencoba menahan pagi agar enggan menjadi malam. Ia tidak mampu sendirian menopang malam yang berat.

Haruskah aku pergi? Jika aku pergi, ini berarti, aku merelakan semuanya selesai. Haruskah aku pergi? Apa yang salah dariku? Sampai-sampai aku tidak bisa menggenggam tanganmu hingga akhir. Capella kesayangan Auriga, apa kau juga menungguku seperti aku menunggumu?

Kita Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang